©dotorijen
-Jaehyun jelas belum pernah melihat pria itu. Tinggi tubuhnya kurang wajar, namun rupanya memang tampan. Dengan ukuran tubuh dan penampilan seperti itu, ia langsung menarik banyak perhatian pengunjung di dalam. Pasang mata yang sedari tadi melirik mejanya kini bertambah.
"Sore, dokter."
Jaehyun berdiri untuk menyambut dua orang yang baru saja datang. Pertemuan mereka seperti pertemuan antar kolega kerja, padahal sebelum ini dua di antaranya nyaris menghilangkan nyawa satu sama lain. Sikap yang berkebalikan jauh dari malam itu.
"Maaf membuatmu lama menunggu, dok."
"Tidak juga, aku baru saja sampai." Jaehyun tersenyum tipis menanggapi sikap canggung Jungwoo.
Dengan gangguan yang dimilikinya, Jaehyun tidak yakin apa Jungwoo mengingat kejadian malam itu atau tidak. Kalaupun tidak, Jaehyun yakin pertemuan mereka saat ini dikarenakan mulut Naeun yang tak bisa diam.
Kelabunya melirik kembali pria asing dengan tindik di telinga dan rambut pirang panjang yang terkuncir tersebut. Benar-benar nyentrik untuk seseorang yang menggunakan setelan jas putih pada tubuh jangkungnya, hal itu dapat memperlihatkan dengan jelas identitas orang tersebut. Mungkin mereka memiliki profesi yang sama.
"Ah benar, perkenalkan, ini Dokter Lucas." Jungwoo menunjuk pria berjas putih di sampingnya.
Jaehyun mengerti setelah melihat name tag yang terpasang pada jas putihnya. Gelarnya jelas memberitahu bahwa ia adalah orang yang paling dibutuhkan Jungwoo saat ini.
"Hallo, aku Lucas."
"Aku Jaehyun."
Jaehyun tidak yakin, tapi sepertinya Lucas bukan keturunan Korea. Selain karena rupa, logat bicaranya juga tak biasa, belum pernah ia dengar juga.
Mereka berjabat tangan, rasanya cukup untuk saling berkenalan. Lagipula mereka hanya perlu tahu sebatas nama saja. Selebihnya mungkin di lain waktu.
Jaehyun kembali duduk dengan tenang selagi matanya menelisik dua orang di depan, jelas ada yang berbeda. Ada sesuatu yang terbentang tipis di antara mereka, mengikat dua sisinya dengan kuat. Jaehyun tidak perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi, ia hanya merasa takdir ini sangat lucu.
"Maaf dok, seharusnya aku datang sendiri tapi..."
"Tidak papa, langsung saja katakan apa yang ingin kau bahas. Aku tidak bisa pulang larut malam, maaf." Jaehyun menyilangkan kakinya di bawah meja. Kelabunya terus bertubrukan dengan cokelat terang milik seseorang.
Si rambut pirang rupanya sedang memerhatikan juga. Dari reaksinya Jaehyun dapat mengetahui jika dokter itu telah menyadari sesuatu. Raut wajahnya cukup menghibur.
"Dokter, maaf kalau kau harus menunggu." Jungwoo mencicit, sikapnya jauh berbeda dengan apa yang Jaehyun lihat malam itu. Mungkin monster di kepalanya saat itu sedang bekerja dan butuh seseorang yang mampu merantainya.
Dan orang itu kini ada di depan mata.
"Tidak papa, aku bisa pulang larut malam." jawab Lucas sembari tersenyum.
Jaehyun dapat menebak kedua orang ini lebih dekat dari sekadar pasien dan dokter. Bagaimana mata Jungwoo menatap pria itu dengan cara yang berbeda, seperti bunga yang berseri setiap kali menghadap matahari.
Jungwoo menaruh rasa, itu kesimpulannya.
Hal lainnya adalah Jaehyun tidak takut jika obrolan mereka didengar oleh dokter berambut pirang tersebut. Ia yakin Lucas dapat memahami sepenuhnya apa yang telah terjadi, termasuk kejadian malam itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) Rain Fox
Fanfiction[ SELESAI ] Bagaimana rasanya tinggal dan menikah bersama manusia rubah? Lee Taeyong membeli sebuah rumah di pedesaan. Namun tak disangka, ternyata rumah itu masih berpenghuni dan sosok yang tinggal di sana adalah manusia rubah berekor sembilan. - ⚠...