Mata lian meliar ini bukan kamarnya, tapi ruangan serba putih yang amat ia benci, tapi ia tadi mendengar bundanya kesakitan, apa ada terjadi sesuatu pada bundanya, kalau benar ia tak akan memaafkan dirinya sendiri
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka menampikan atha yang baru saja mandi, tanganya sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk"syukur deh lo udah sadar, gue tadi hampir jantungan gara gara denger lo masuk rumah sakit"
Sepulangnya rapat atha langsung balik ke rumah karena perasaanya tak enak, padahal tadi temanya satu organisasi osis ada yang ulang tahun dan berencana meneraktir semua anggota osis, tapi atha menolaknya dengan alasan sebelum dia kesini adiknya sakit, dan benar dugaanya, saat asep membukakan pintu gerbang, asep langsung memberitahu kalau lian dan risma dibawa ke rumah sakit
"bunda..gue mau ketemu bunda"ujar lian berusaha bangkit dari rebahanya
"lo istirahat di sini aja, bunda nggak papa"
"nggak papa gimana, tadi gue denger bunda kesakitan itu pasti gara gara gue, pokoknya gue pengen ketemu bunda"lian melepas nasal canulanya
"yan stop, lo baru aja sadar, bunda sudah nggak papa"
Lian tetep kekeh pendirianya. Ia ingin ketemu bundanya"oke lo boleh ketemu bunda, tapi gue panggilin dokter dulu"atha memencet emergensi diatas bangsal lianTak lama kemudian dokter dan suster datang"om adek pengen ketemu bunda"ucap atha
"tapi kamu baru aja sadar"ujar bima, dokter lian sekaligus sahabat nizar
"aku mau ketemu bunda!"ucapnya dengan nafas sedikit berat
"oke tapi pakai kursi roda ya dan suster kamu pakaikan kembali nasal canulanya"salah satu suster itu mengangguk dan memasangkan nasal canula ke hidung lian dan satu suster lainya mengambilkan kursi roda
Bima dan atha membantu lian pindah ke kursi roda sebenarnya lian tak sanggup untuk berlama lama menegakan kepalanya karena rasa pusing yang menyiksanya tapi ia harus kuat tidak boleh mengeluh
Sesampainya di ruang rawat risma, lian bisa meliahat risma tengah di cek salah satu dokter kandungan dan nizar duduk disamping bangsal risma
"bunda"panggil lian
Dona dokter kandungan itu menggeser karena ia sudah selesai mengecek keadaanya risma
Risma tersenyum manis karah lian"kok kesini?"
"bunda nggak papakan?"tanya lian mengalihkan pembicaraan
Risma tersenyum"bunda nggak papa kok, nggak usah kawatir"risma mengelus perut buncitnya"calon adiknya bang lian juga nggak papa"
Lian tersenyum, ia senang akhirnya di panggil abang oleh risma, ia juga senang kalau calon adiknya baik baik saja
"adiknya abang atha juga, kalau lian mah nggak pantes jadi abang"
Lian memutar bola matanya malas"tadi soalnya aku sempat denger bunda kesakitan, aku takut kalau bunda kenapa napa"
"dek, bundakan bentar lagi melahirkan jadi wajar kalau bunda kesakitan gitu, itu juga bukan salah kamu kok, sejak semalam bunda kamu udah ngeluh sama ayah kalau perutnya sakit jadi nggak usah kawatir"
Mata sayu lian berbinar mendengarkan kalau sebentar lagi bundanya akan melahirkan"kapan?, bunda kapan melahirkanya?"
Risma terkekeh"bunda juga nggak tau dek, bisa besok atau minggu depan bahkan bisa bulan depan, doain aja bunda sehat sampai pesalinan nanti"
Lian mengerucutkan bibirnya lucu membuat orang disekitarnya gemas"aku kira besok"lian menidurkan kepalanya di bangsal risma karena kepalanya bertambah sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...