Nizar masuk ke dalam rumahnya dengan emosi yang menggebu nggebu, tadi dikantor nizar di telfon atha kalau lian membuat masalah besar yang membuat repurtasinya sebagai ketua osis tercoreng
Nizar juga tak habis pikir kenapa anaknya bisa sampai berbuat seperti itu apalagi di sekolah, bukan hanya reputasi atha yang tercoreng tapi repurtasinya juga yang tercoreng sebagai salah satu donatur terbesar di sekolahnya, ya memang sekolah itu negeri tapi wali murid berlomba lomba untuk mengasih donatur besar di sekolah itu.
Nizar melihat risma tengah melamun di jendela yang menghadap langsung ke kolam renang, nizar juga bisa melihat mata risma yang sembab
"asalamualaikum"Risma terkejut langsung membalikan tubuhnya"ehh waalaikumsalam"
"nangisin lian"entah kenapa risma mendengan nama lian air matanya langsung menetes"aku benar benar nggak nyangka anak itu ngelakuin hal yang menjijikan seperti itu"
"jangan marah ke lian"
"nggak boleh marah gimana, kamu jangan selalu bela anak itu, lian sudah mempermulukan keluarga bukan hanya atha yang repurtasinya tercoreng, tapi nama aku juga tercoreng"
" jangan nambah beban lian lagi, aku yakin lian nggak ngelakuin itu semua"ucap risma menyakinkan suaminya
"kamu jangan terlalu sayang sama dia sampai sampai kamu tidak melihat kesalahan dia"
"aku tahu lian, nggak mungkin lian ngelakuin hal yang bodoh seperti itu, kamu sekarang ke kamar lian tenangin dia, lian butuh kamu sekarang, sosok ayah yang sesungguhnya"
"aku harus kasih pelajaran ke lian, kalau enggak dia pasti akan ngelunjak"
"yang di butuhin lian sekarang bukan emosi kamu, tapi kasih sayang kamu"risma menggenggam ke dua tangan nizar
Nizar menganggum mengerti, hatinya luluh seketika menedengar peryataan istrinya"ingat jangan emosi"nizar mengangguk mantab
Nizar membuka pintu kamar lian, ia berjalan ke arah kasur king size yang di tiduri anaknya, nizar mengusap lembut rambut lian
Lian merasa terusik, ia membuka ke dua matanya"ayah"panggil lirih lian
Hati nizar sakit saat anaknya lemas tidak berdaya seperti ini apalagi kedua pipi lian terlihat sedikit ruam merah"kamu demam sayang"
Lian menggeleng"ayah aku nggak salah, kenapa mereka salahin aku, aku cuma nolongin kila kenapa mereka salahin aku, bang atha juga percaya sama mereka, yah aku nggak ngelakuin apa apa hiks ayah percayakan"
Nizar merengkuh tubuh ringkih anaknya"nggak usah nangis, dimana lian yang selalu tegar menghadapi semua masalahnya"
Kalau sudah seperti ini mau semarah apapun akan mencair saat melihat anaknya yang sangat rapuh.Lian meremat dadanya karena merasa sesak mulutnya terbuka untuk menangkup udara di sampingnya namun nihil, seolah olah udara disampingnya semakin menipis, membuat nizar kalang kabut"hah..ayahhh.."
"lian....rismaa"teriak nizar kawatir, bukan risma yang datang melainkan atha yang masuk ke dalam kamar lian
"ayah"
"atha.. Panggil bunda"
Atha mengangguk ia langsung berlari keluarNizar menggenggan jemari lian agar lian lebih tenang"lian luapkan semua masalah kamu jangan di pendam, nanti tambah sesak"
Lian merematkan genggaman nizar, mungkin jika di lepas tangan nizar bisa merah merah bahkan membiru akibat rematan lian, tapi nizar tidak peduli yang di pedulikan sekarang anaknya tenang
Risma terpogoh pogoh masuk ke kamar lian, ia kalut saat mendengar kondisi lian, nizar sedikit menggeser tubuhnya agar risma bisa leluasa mengecek anaknya, risma langsung memasangkan masker oksigen ke lian agar nafas bisa teratur lagi"atha ambilkan injeksi lian"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...