Untuk kesekian kalinya atha terbagun dari tidur malamnya, hatinya gusar memikirkan keadaan ayahnya, setiap beberapa jam sekali ia akan terbangun untuk mengecek apakah ayahnya sudah kembali atau belum, namun nihil sampai jam menunjukan pukul 4.30 pagi, ia tak menemukan batang hidung ayahnya, ia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
semalam risma sudah menghubungi beni agar menyuruh asisten pribadi beni yang notabene seorang intel untuk mencari keberadaan suaminya namun sampai sekarang belum ada yang menghubunginya membuatnya bertambah kawatir, dirinya semalam juga tak bisa tidur nyenyak karena memikirkan kondisi suaminya itu.
"bang..."
Lamunan atha buyar saat mendengar risma memanggilnya"iya bun"
"kamu ambil wudhu dulu gih, biar bunda bangunin adek"
Atha hanya mengangguk, ia bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinta ke kamar mandi.
Setelah melaksanakan kewajibanya sebagai umat muslim, lian memilih kembali merebahkan tubuh rungkihnya di ranjang pesakitanya, sejak semalam dirinya tak melihat batang hidung ayahnya itu"bun.."
"iya dek"risma berjalan menghampiri ranjang pesakitan lian kemudian mengelus pucuk kepala anaknya itu
"ayah belum pulang ya?"
Risma terdiam seribu bahasa, ia tak tau harus berbicara apa, ia hanya takut kalau seandainya dirinya berkata sesengguhnya lian akan kembali drop lagi dan risma tak mau itu terjadi sudah cukup kemarin saat sebelum operasi ia menyaksikan anaknya tampak kesakitan yang membuat hatinya seperti ada belati tajam yang menusuk.
"bun..."
"asalamualikum..."semua orang langsung melihat ke sumber arah
"waalaikum salam, papi.."risma dan atha langsung menghambur memeluk beni
"kalian tenang, sebentar lagi mareka pasti akan segera tahu dimana keberadaanya, kasian lian nanti kalau sampai tau"ujar beni lirih"kalian berdua keluar gih biar lian sama opa"
Atha dan risma pun menurut saja untuk keluar dari ruangan lian, beni mendekati ranjang lian, ia menampilkan senyum yang sedikit ia paksakan"udah kuat untuk pulang belum?"
Mata lian berbinar kala beni mengucapkan kata kata pulang, ia sudah tak sabar meninggalkan ruangan berbau obat obatan ini"aku udah boleh pulang opa"
"hmm nunggu dokter dulu ya, kalau kamu sudah di perbolehkan pulang nanti pasti kamu akan pulang ke rumah"
Sontak saja mata binar itu pangsung mereduk kala beni berbicara perihal harus ada persetunuan dokter"yah kok gitu aku kira udah boleh pulang hari ini, oh ya tadi abang sama bunda kemana"
"keluar cari sarapan mungkin?"
Lian hanya membalas dengan anggukan
Beni memeluk tubuh ringkih cucunya itu mengusap surai yang tampak lepek karena lian jarang keramas saat selama di rumah sakit"cepet sembuh ya cucu opa"
"ammin"lian meringis kala tiba tiba perutnya terasa nyeri membuat beni langsung melepas pelukanya"kamu kenapa"namun saat melepas pelukanya tubuh lian sudah melemas, tangan kirinya meremat bagian perutnya yang sakit.
*_____*
Nizar menatap orang di depanya akhirnya masalahnya dengan jeno ayah sifa sudah selesai walau ia hampir saja di jebloskan di penjara kalau ia tak pandai bicara, untung saja otak pintarnya bisa bekerja dengan baik.
Jeno memandang rivalnya dengan tatapan ramah ia tak habis pikir ada orang sepintar nizar, ia tak mau menyianyikan orang sepintar nizar hanya demi anaknya itu, ia akan melakukan apa saja demi memajukan perusahaanya termasuk mengorbankan anak anaknya bahkan keluarganyapun, itulah prinsip jeno sejak dulu"nizar kamu boleh pulang sekarang"
Nizar memamerkan senyum tulusnya"baik pak, semoga rencana kita berjalan dengam baik"nizar mengelurkan tangan kananya dan langsung di balas dengan jeno.
"saya percaya dengan anda"
Nizar melangkahkan kakinya keluar dari gedung berarsitektur eropa yang mewah dan megah itu, ia masuk ke dalam mobilnya melaju dengan pelan membelah jalanan yang cukup lengggang itu dan nerhenti di parkiran rumah sakit ia sudah tak sabar menemui keluarga yang mungkin sedang menunggunya pulang, sebab dari kemarin ia tak menampakan batang hidungnya
Tangan kirinya membuka pintu ruang rawat lian"asalamualaikum"
"waalaikum salam. Ayahh"pekik risma dan atha.
"ayah nggak papakan, nggak di apa alain sama keluarganya sifakan"ujar atha
"seperti yang kamu lihat ayah baik baik aja"nizar berjalan ke arah ranjang pesakitan anaknya, ia mendudukan bokongnya ke kursi dekat ranjang lian, tanganya terangkat mengelus surai lepek anaknya"sejak kapan tidurnya?"
"dari tadi, mungkin bentar lagi bangun udah waktunya minum obat soalnya, tadi juga sempet ngeluh perutnya sakit tapi kata mas bima nggak papa kok"ujar risma
Lian membuka matanya karena merasa terusik oleh keadaan sekitanya, pertama kali netranya melihat sosok ayahnya yang tersenyum ke arah dirinya"ayah...."ucap lian serak khas bangus tidur
"ada yang sakit?"tanya nizar
Lian menggeleng pelan"kata om bima hari ini aku boleh pulang"
Nizar mengeritkan keningnya heran pasalbya tadi risma bilang lian sempat mengeluh sakit di bagian perutnya tapi kenapa sekarang lian bilang kalau bima mengizinkan anaknya pulang, apa lian belum sepenuhnya sadar dari tidurnya"bener bun?"
"iya, kata mas bima tadi bilang kalau sampai sore adek perutnya nggak sakit lagi adek sudah boleh pulang"
*____*
Setelah menjalankan serangkaian tes terakhir lian sudah di perbolehkan pulang ke rumahnya karena kondisinya sudah membaik, lian tentu saja senang sekali setelah mendekam selama beberapa minggu di rumah sakit sekarang dirinya bisa bebas menjalan rutinitasnya yang tertunda akibat mendekam di rumah sakit
Lian mengerutkan keningnya heran melihat mobil yang di kendarai nizar belok ke perumahan elit yang ia dan keluarganya dulu tinggal, apa ayahnya itu lupa kalau sekarang mereka sudah pindah, pikirnya"kok kesini yah"
"udah kamu diam aja"ujar risma
Mobil yang di kendarai nizar berhenti di pekarangan rumahnya dulu, ia membuka pintu mobil, matanya meliar melihat sekitar rumahnya, jujur ia sangat merindukan rumahya ini yang sudah ia tinggali hampir 9 tahun lamanya, banyak suka duka yang turukir di rumah megah bernuansa putih itu.
Nizar memeluk pundak lian dari samping"mulai sekarang kita tinggal di tumah ini lagi"
Mata lian berbinar mendengarkan apa yang di katakan ayahnya"beneran yah"
Nizar mengangguk, ia menuntun lian untuk masuk ke dalam rumah, tangan kananya membukan pintu yang menjulang tinggi yang langsung terhubung ruang tamu itu.
"SELAMAT DATANG LIAN"ujar mereka yang ada di dalam
Bibir lian terangkat menampilkan senyum manisnya, ia kira teman temanya dan atha tak tau ia keluar dari rumah sakit ternyata mereka menyiapkan ini semua.
END
Ah akhirnya cerita ini kelar juga, maaf ngeret banget karena tugas kuliah sangat menumpuk, ini pun aku up karen hari ini nggak ada jadwal matkul.
Akhir ceritanya garing banget ya, soalnya aku nggak tau endingnya mau gimana kalau aku terusin nanti malah semakin ambrul adul😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...