tujuh

1.5K 106 3
                                    

Saat risma dipindahkan di ruang rawat awalnya ia tidak menyadari kondisi lian menurun lagi dan traumanya kambuh karena nizar bilang kalau lian hanya tidur saja, namun saat pagi hari sampai menjelasng siang lian tak bangun ia curiga kenapa dari kemarin lian tak bangun dari tidurnya apa jangan jangan kondisi lian semakin menurun

Di ruang rawatnya hanya ada dirinya dan lian, nizar sudah berangkat kerja 2 jam yang lalu sedangkan atha sekolah, sebenarnya nizar dan risma sudah melarang atha untuk sekolah karena keadaanya belum sepenuhnya membaik tapi atha tetap kekeh mau sekolah karena ia harus datang ke acara SMAN 2 GARUDA, akhirnya mereka pasrah mengizinkan atha sekolah asal kalau acaranya sudah selesai langsung pulang dan atha mengiyakan

"sus, anaknya saya kok dari kemarin nggak bangun bangun?"tanya risma

"bukanya kemarin pasien traumanya kambuh bu, makanya sama dokter bima di beri injeksi antiansietas"ucap suster

Risma membelalakan matanya tak percaya kenapa lian traumanya bisa kambuh"kok bisa kambuh kenapa"

"saya kurang tau ya bu, kemarin saya taunya sudah kambuh terus seperti ketakutan gitu"Risma mengangguk paham"kalau gitu saya cek pasien lainya ya bu"

"iya sus"

Sepeninggalanya suster tadi ia mendekati ranjang lian, ia mengamati semua lekuk wajah lian"jangan buat bunda kawatir terus"risma mengusap rambut lian lembut

Lian yang merasa tidurnya terusik ia langsung membuka matanya, ia sedikit mengerjapkan matanya menyusaikan cahaya yang mesuk ke retinanya"bunda"panggil lian lirih

Mata risma langsung berbinar kala melihat kedua manik kembar anaknya terbuka"apa yang sakit sayang"

Lian menggeleng, matanya menyusuri sekeliling ruanganya"aku kenapa disini"

Mata risma berkaca kaca saat mendengarkan ucapan lian, setiap traumanya kambuh dan di beri obat laknat itu lian akan lupa kejadian beberapa waktu lalu yang membuat hati risma sakit"anemia kamu kambuh, makanya kamu disini"

"traumanya juga?"

Risma menggeleng"enggak, cuma anemianya saja"

Lian tidak percaya apa yang di katakan bundanya, pasalnya ia tidak mengingat apa apa yang menimpa dirinya kalau tidak traumanya kambuh kenapa lagi, mata lian terfokus pada perut sang bunda yang seingatnya kemarin perut itu masih buncit tapi kenapa sekarang perut itu rata, apa yang terjadi sebenanrnya"bun, adek?"

Risma reflek mengelus perutnya yang rata, ia langsung tersenyum manis"adek sudah lahir"

Mata sayu lian langsung berbinar"beneran? aku mau lihat bun"

"tunggu sebentar, mungkin sebentar lagi suster bawa ke sini"

Dan benar saja tak lama kemudian 2 suster masuk dan salah satunya membawa bayi mungil yang di bedong warna kuning, suster itu langsung menyerahkan bayi yang digendongnya ke risma"makasih sus"

"sama sama bu"

Lian berusaha duduk namun susah karena badanya masih lemas"sus tolong atur setengah duduk"

Suster itu mengangguk mengambil remot untuk mengatur ranjang lian agar posisinya setengah duduk

Risma langsung memperlihatkan bayi mungilnya ke lian, mata lian berbinar kala melihat adik kecilnya itu"cewek ya bun?"

"iya, cantik nggak"

"cantik kayak bunda"

Risma tertawa"mau gendong"

"takut"

"nggak papa adek gak gigit kok, kamu pengen kasih nama siapa"

Lian tampak berfikir"hmm kalau sifa gimana? kan artinya obat, obat rindunya abang"

Risma terkekeh"boleh nanti nama depanya sifa dan belakangnya biar bang atha sama ayah yang kasih"lian mengangguk semangat

Pintu terbuka menampilka 2 paruh baya dan seorang remaja 4 tahun di atas lian, mereka masuk langsung menghampiri risma
"asalamualaikum"salam mereka

"waalaikumsalam"jawab lian dan risma

"mana cucu mami"tanya sarah ibu dari risma,
Risma langsung menyerahkan bayi mungil digendonganya"lucu banget cucunya oma"

"kok bisa lahirnya maju ris?"tanya beni ayah dari risma

"kemarin ketubanya pecah pi, makanya lahir duluan"

Beni mengalihkan pandanganya ke arah lian yang tengah menunduk itu"kamu sakit apa"

Lian mengangkat kepalanya"anemia"ucap lian singkat dan jelas

"kayaknya sering banget masuk rumah sakit dan setiap opname kamar yang VVIP memang nggak sayang uangnya, setiap kamu opname mungkin bisa beli motor baru, kalau kamu tiap tahunya tiga sampai empat kali bisa beli mobil baru"ucap sarah sinis

"namanya juga sakit? siapa yang mau sih mi"ujar risma

"tapikan sayang uangnya, walau kalian punya uang banyak itu di tabung di bank untuk masa depan bukan ditabung di rumah sakit nggak bisa di ambil lagi, kalau ngerti penyakitan itu pakai BPJS saja gratis cuma tiap bulanya bayarnya murah"

Lian tidak berniat menjawab, ia asik memainkan slimutnya bukan dia takut dengan omanya dari risma itu tapi memang benar apa yang di katakan omanya

Risma menatap lian sendu, ia tak mau kalau lian sampai drop lagi gara gar mendengar ucapan ibunya"mi udah nggak usah bahas itu lagi"

"bener kata kak risma mi, nggak usah ikut campur ke hal itu, kalau anak tirinya kak risma sakit itu kita doain biar nggak sakit sakitan terus"ujar satria adik risma

"alah kamu sama saja sama papi, kita itu sebagai keluarga seharusnya mengingatkan apa yang di lakukan risma dan nizar itu berlebihan nggak pantes"

"mana yang berlebihan mi, aku sama mas nizar itu cuma kasih yang terbaik buat anak kita"

"anak nizar bukan anak kamu"ucap sarah ketus

Sungguh risma kawatir dengan keadaan lian sekarang, kemungkinan besar trauma lian bisa kambuh kalau sarah tetap seperti itu"pi"ucap risma memohon

Beni mengangguk, ia tau apa yang dipikirkan anaknya"mami satria kita pulang sekarang!"

"papi kenapa sih, mami kan mau lama lama gendong cucu"

Beni merebut bayi mungil dari gendongan sarah dan langsung menyerahkanya ke risma"pulang sekarang!"sarah sedikit membrontak saat tanganya ditarik beni

"aku disini aja ya kak"risma mengangguk ia langsung menyerahlan bayinya ke satria

Risma membelali surai lembut lian"dek, nggak usah di pikirin"

Lian menutup wajahnya dengan ke dua tanganya"hiks, aku nyusahin hiks"rancau lian

Risma lamgsung memeluk lian"lian jangan mau kalah ayo lawan dia"

Lian memeluk risma erat"akhh"teriaknya

"ayo kamu pasti bisa"ucap risma menyakinkan kalau lian bisa menguasai dirinya lagi tanpa obat laknat itu
Satria yang tak tau apa apa hanya bisa diam

Pintu terbuka menampikan bima yang langsung kaget saat mengetahui kondisi lian"ris lian kenapa lagi"

"tolongin lian mas"

Dengan cekatan bima langsung menyuntikan lian obat penenang, risma berlahan lahan merebahkan tubuh lian
"ris kenapa lian bisa seperti ini lagi"

"tadi aku sedikit cek cok sama mami, dan lian jadi seperti ini"

"astaga nggak ibunya nggak bapaknya sama aja, udah gue bilangin jangan pernah bentak atau berantem di depan lian, kalau kalian tetep kayak gini kalian secara tidak langsung bisa bunuh lian"

"mas bima jangan ngomong sembarangan!"

"serah kamu"ucapnya setelah itu melenggang pergi
.
.
.
.
.
.itu aja dulu ya, aku juga nggak banyak keluarin tokohnya yang penting up, soalnya aku mau hafalan dulu dan harus disetorkan besok

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang