Lian berjalan tertatih ke sofa ruang tamunya ia sudah tak sanggup untuk berjalan, padahal cuma tinggal beberapa meter saja tapi seolah olah ia merasa tak sampai sampai, ia mati matian menahan pusing dan sakit di perutnya saat menjaga kila tadi dan saat maminya kila datang lian langsung pamit pulang karena sudah tak kuat menahanya, ia juga kawatir kalau nanti malah pingsan disana malah membuat mereka repot, mungkin ini efek dari kemarin ia belum meminum obatnya.
Lian mendengar suara langkah yang saling beradu"kamu sekarang udah berani lawan orang tua ya"suara bariton itu sangat ia kenali, lian langsung membuka matanya yang mengabur tapi ia tetap mengenali siapa orang di depanya, ia juga melihat dua orang yang selalu membelanya saat nizar memarahiranya tapi saat ini mereka hanya diam
"kalau ditanya itu jawab! jangan cuma diam!"suara nizar meninggi
Lian menunduk mencengkran rambutnya"akhh"teriaknya
"kamu mau ngelak, hah begaya sifat gila kamu kumat"
Lian menatap nizar tajam mata sayunya berubah merah tajam sekarang, membuat risma dan atha semakin kawatir, risma ingin mendekat tapi lian lari menaiki anak tangga dan atha mengejarnya, setelah itu ia mendengar suara pintu ditutup paksa
Risma menatap nizar tak percaya, sifat asli nizar muncul membuatnya muak, mempunyai sifat keras, sulit menguasai dirinya sendiri, sering membentak anak anaknya, selama ini nizar bersikap lembut sama anak anaknya karena risma sering mengancam kalau sifat nizar yang buruk itu tak dirubah ia akan meninggalkanya
Plakk
Dengan kerasnya risma menampar nizar ia tau sudah keterlaluan, tapi nizar lebih keterlaluan ke anaknya"yang gila itu kamu bukan lian!"ucap risma meninggikan suaranya"nggak usah ikut campur kamu itu hanya orang baru"ucap nizar tak kalah tinggi suaranya
"aku emang orang baru tapi aku lebih tau tentang lian walau aku cuma ibu sambungnya aku tau dari pada kamu"
"tau apa kamu tentang anak gila itu"
"mas! Yang kamu sebut anak gila itu anak kamu nggak sepantasnya kamu bilang gitu"risma sangat geram saat sifat asli nizar yang tak kalah gilanya dengan preman pasar itu sedang menguasai dirinya
"serah kamu, udah muak aku"
Risma memegang pundak nizar"kamu harus tenangin lian hanya kamu yang bisa nenangin dia"
Pyarr
Suara pecahan terdengar dari lantai 2 risma dan nizar langsung berlari menuju sumber suara
"bang, lian kenapa?"tanya risma melihat atha tengah berusaha memeluk lian yang tanganya sudah berlumuran darah"bun, cepet suntik lian"teriak atha ia sudah kewalahan, tenaga lian akan lebih besar jika traumanya kambuh walau kondisi lian sedang sakit
Nizar membantu lian yang dari tadi membrontak sedangkan risma mencari injeksi dan obat untuk lian, setelah menukanya yang ia cari, risma langsung menyuntikan ke lian, tak butuh waktu lama tenaga lian yang tadinya cukup kuat digantikan tenaga yang lemah dan mata yang tertutup
Atha dan nizar memindahkan tubuh lemas lian ke atas kasur empuknya, risma mengambil kotak p3k yang ia siapkan di setiap kamar, dengan telaten ia membersikan darah di telapak tangan lian, sepertinya lian tadi meremas beling terlihat jelas dari bentuk luka lukanya
Setelah selesai mengobati luka lian risma menarik keluar nizar untuk keluar kamar"kamu lihat keadaan lian, apa kamu puas dengan keadaan anak kamdung kamu seperti ini, aku saja yang hanya ibu sambungnya, hati aku sakit saat melihat keadaan lian seperti ini"
Nizar diam tak berniat menjawab ucapan risma, ia selalu hilang kendali saat emosinya tak terkontrol, sampai sampai lupa dengan anaknya yang tak bisa diperlakukan kasar
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Подростковая литератураOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...