Atha ke kamar lian karena bosan, hari ini ia batal diner dengan tasya kekasih baru atha, karena tasya ada kepentingan keluarga mendadak, alhasil diner pertamanya harus batal
Ia bosan melihat adiknya yang tiap hari hanya membaca buku aja, mungkin enak kali ya mempunyai adik yang sehobi denganya yaitu main game online, sepergi teman temanya yang sering mabar dengan saudaranya kalau dirumah, nggak seperti dirinya yang mempunyai adik bori boro mau main game pegang hp saja jarang
"dek"panggil atha, lian hanya membals dengan deheman saja"mabar yuk"
"gak"
"ayolah dek lo tiap hari cuma baca buku aja nggak bosen apa, lo tuh ya dari jam tujuh sampai jam tiga sore udah buka buku, masak di rumah lo cuma baca buku aja"
Lian menatap atha"keluar"ucap lian dingin
Atha memutar bola matanya malas, sabar sabar ini adik lo, bukanya keluar atha malah merebahkan tubuhnya disebelah lian"gue tidur disini"tidak ada jawaban dari mulut lian, membuat atha tambah jengkel memiliki adik spesies seperti lian, untung sayang batinya
Pukul 20.46 lian selesai bersih bersih ia merebahkan tubuhnya di samping tubuh atha, ia memejamkan matanya tidak butuh waktu lama lian langsung terlelap
*_____*
Lian menatap teman temanya yang sedang berolah raga basket, ia bosan duduk sendiri di pinggir lapangan karena terik matahari yang membuatnya ikut tes duluan baru teman temanya, karena ia tidak boleh terpapar terik matahari terlalu lama bukan karena lian albino yang tidak bisa terkena paparan matahari langsung, lian masih bisa terpapar matahari langsung namun tidak boleh terlalu lama terpapar matahari langsung apalagi diatas jam 09.00 pagi kulitnya akan ruam ruam merah untuk hilangnya pun akan sulit dan tenaganya akan cepat terkuras, seandainya setelah praktik lian boleh ke kelas mungkin lian tak sebosan ini walau sendiri ia masih bisa baca buku atau novel
Lian dari dulu sering diejak sama teman temanya karena takut dengan matahari, apalagi dulu waktu SD, lian hampir tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga, karena waktu olahraga jam 09.00, dan waktu itu pula penyakitnya bisa di bilang parah, untung saja saat ini penyakitnya sudah cukup mebaik, kalau ia selalu mematuhi prosedur dari dokter, penyakitnya tidak akan kambuh dan lian mengerti kondisi tubuhnya yang tidak seperti orang lain
Dito berjalan ke arah lian yang duduk di pinggir lapangan"ganti baju yuk"lian mengangguk, bernajak dari duduknya"muka lo udah mulai merah bawa salepnya kan"lian lagi lagi hanya membalasnya dengan anggukan
______
Kila membuka bekalnya yang tadi disiapakan ARTnya"bil kamu mau?"tanya kila menawarkan makanaya ke nabila
"mau"ucap nabila mengambil lauk kila menaruhnya ke bekal yang ia bawa tadi
"bil, kamukan temanya aul dari smp"nabila mengangguk"berarti kamu tau dong aul sakit apa?"
"lo aja yang dekat sama keluarganya lian nggak tau apalagi gue"
"iya sih, tapi kan kamu yang lebih dulu kenal aul, apa dari dulu aul setiap olahraga kayak gitu"
"gue lihat sih, iya walau dulu waktu smp gue cuma setahun sekelas sama lian, gue lihat lian juga gitu kalau ada praktik olahraga siangan gitu dia nggak ikut, gue juga nggak tahu alasanyaapa, dia lebih memilih di bully sama teman temanya dari pada ngomong tentang penyakitnya, jadi gue nggak pernah tau tuh dia sakit apa"
Kila mengangguk paham"masak dia albino sih"
"gue dulu sempat mikir gitu, tapi lo lihat lian kayak albino nggak, gue lihatnya sih enggak sama sekali, rambunya aja hitam, alis, bulu matanya juga hitam kok dan lian juga masih bisa terpapar matahari langsung, gue pernah lihat orang albino tuh semuanya putih bersih rambutnya juga putih, nggak kayak lian menurut gue lian juga kayak manusia umumnya kok tapi mungkin hanya nggak bisa terpapar matahari secara langsung"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...