Setelah kejadian pertemuanya dengan kila sosok lian menjadi lebih murung dan dingin terhadap keluarganya atau temanya kecuali atha, sebab kemarin kila dan atha sudah bercerita semuanya membuat semuanya terkuak begitu saja.
Sampai sampai nizar dan risma bingung kenapa lian berubah menjadi sosok yang tak tersentuh lagi, seperti pertama kali risma bertemu lian yang jarang tersentuh orang lain, bahkan dirinya saat mau memeriksa lian dirinya harus exstra sabar menunggu jawaban dari anak itu, setiap kali ia bertanya keluhanya apa? Lian hanya diam tak mau menjawabnya, ia harus menunggu atha atau nizar untuk membujuk lian untuk bicara.
Risma mendekati ranjang pesakitan lian, sejak tadi pagi lian tak mau makan bahkan menolak secara terang terangan kalau lian tak mau makan dengan risma, tanganya terulur mengusap rambut lepek lian, namun di luar dugaanya tanganya langsung di tepis lian"dek, ada apa sih cerita sama bunda, bunda bukan dukun yang bisa baca pikiran adek"
"aku mau tidur"ucap lian dingin, membalikan tubuhnya sehingga membelakangi risma.
Sebenarnya lian tak mau mendiami risma seperti ini tapi dirinya terlanjur kecewa denganya, hatinya sakit saat mendengar risma terisak pelan namun egonya terlalu tinggi untuk luluh dengan tangisan risma, matanya memejam mengabaikan isakan pilu risma.
Pintu ruang rawat lian terbuka menampilkan sosok nizar dengan stelan kerjanya dengan tangan kiri membawa tas kerja, nizar kaget melihat istrinya terisak di dekat ranjang pesakitan lian"kenapa? Hmm"ia memuluk tubuh istrinya yang lebih kecil darinya itu.
"aku ada salah ya sama adek yah?"
Nizar menggeleng pelan"enggak, kamu nggak salah ini semua salah aku"
"adek dari tadi pagi belum makan dan minum obat"
"beneran?"
Risma hanya membalasnya dengan anggukan.
Nizar mendekati ranjang pesakitan lian, ia mengelus pelan bahu anaknya itu"dek makan dulu yuk?"
Lian lagi lagi menepis tangan nizar
Nizar menghembuskan nafas kasar"mau kamu apa? Nanti bakal ayah turutin"
"kenapa ayah tega sama aku?"nizar mengangkat sebelah alisnya, bertanda ia tak mengerti apa maksut yang di bicarakan lian"lebih baik aku mati yah dari pada ayah ngejual aku kyak gitu, terus kenapa bunda juga ikut ikutan?"
"maksut kamu apa dek, siapa yang ngejual kamu, ayah sama bunda nggak pernah lakuin itu dan nggak akan mungkin"
"ayah nggak usah bohong, ayah ngebiayain selama aku di rumah sakit itu dari orang tuanya sifa kan, aku nggak suka sifa deket deket sama aku yah, dan ayah nyuruh kila untuk menjauhkan?"
Nizar menghembuskan nafas kasar"maafin ayah, ini juga demi kebaikan kamu"ucap nizar lirih namun masih bisa di dengar semuanya yang ada di ruangan lian.
"baik buat ayah, bukan buat aku!"
"lian!"bentak atha, ia juga marah dengan nizar karena perbuatanya namun dirinya tak pernah sampai membentak salah satu orang paling berharga di hidupnya itu.
Nizar menoleh ke belakang di mana keberadaan putra sulungnya"biarin aja bang"
"terus kamu mau apa biar ayah di maafin"
"batalin semua yang berhubungan dengan keluarganya sifa"
"nggak semudah itu dek"ucap risma mengelus punggung lian
"oke, kalau itu mau kamu, ayah bakal batalin semua yang berhubungan dengan sifa, doain ayah ya biar semuanya berjalan lancar"lian hanya membalas dengan anggukan pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...