Lian menyenderkan tubuhnya di jok samping kemudi, badanya terasa lemas sebab tadi ia memaksakan dirinya untuk olahraga saat matahari begitu terik, kalau tak pengambilan nilai lian lebih memilih tak mengikuti olahraga untung saja ia tadi tak sampai pingsan.
"lo ada masalah sama kila"ujar atha, sebenarnya dirinya sudah tau permasalahan hubungan kila dan lian, ia hanya tanya apakah lian mau jujur denganya.
Lian diam beberapa menit, ia baru sadar hubunganya dengan kila akhir akhir ini sedikit merenggang, menurutnya ia tak menjahui kila tapi kila lah yang menurutnya menjahui dirinya, beberapa hari ini kila juga tak mau berangkat atau pulang sekolah bersamanya setiap ia menawari kila selalu menjawab sama sopir aja"nggak tau"
"sebenarnya hubungan lo sama kila gimana? Setiap gue tanya lo tentang hubungan lo sama kila jawabnya nggak tau!"
"lo nggak usah ikut campur urusan gue sama kila, urus tuh hidup lo yang belum tentu bener!"lian membuka pintu mobil dan melenggang pergi, meninggalkan atha yang masih bertanya tanya.
Namun masih beberapa langkah ke dua kakinya terasa nyeri, tubuhnya meluruh begitu saja, atha yang masih diam di dalam mobil sontak langsung keluar dari mobilnya menghampiri lian"kaki lo sakit lagi?"
Lian mengabaikan ucapan atha, ia menyelonjorkan ke dua kakinya yang terasa nyeri, lian meringis sakit saat pergerakan di setiap sendinya menimbukan nyeri yang sangat terasa sakit"akhh"
Atha jongkok di depan lian"ayo gue gendong"lian menurut saja, ia mengalungkan ke dua tangan ke leher atha
Setelah di rasa lian sudah di posisi yang benar, atha berjalan memasuki rumahnya"asalamualikum"
"waalaikumsalam"Nizar meletakan koran yang sejak tadi ia baca di atas meja, ia kaget kala melihat lian ada di gendonganya atha"lian kenapa?"
"kayaknya kambuh deh yah, tadi di depan sempat jatuh"ujar atha
"enggak! Cuma nyeri dikit"
Nizar menghembuskan nafas kasar"coba jalan kalau cuma nyeri dikit"
Lian membelalakan matanya tak percaya, bodoh! Kenapa lian harus berbicara kalau dirinya hanya nyeri sedikit padahal persendian ke dua kakinya terasa nyeri bahkan tanganya sekarang juga mulai terasa sakit"hmm, bang turunin"
"beneran?"
Lian hanya mengangguk dan atha menurut saja, saat ke dua kaki lian menampakan di lantai rasa nyeri itu semakin berlipat ganda, ia langsung memegang punggung atha.
Nizar memegang tubuh lemas lian rasa hangat langsung menjalar di telapak tanganya, ia langsung mengangkat tubuh lian"berdiri aja nggak becus, mau belagak sok jalan"
Lian hanya diam, hingga tubuhnya di rebahkan di kasurnya ia tetap diam
"yah?""kenapa"
"beberapa hari ini perut aku sakit banget"ucap lian jujur, ia sudah tak bisa membohongi dirinya sendiri yang bersikap seolah olah biasa saja, beberapa hari ini perutnya terasa sakit bahkan tak hanya satu kali fasesnya mengeluarkan darah.
"bagian yang mana? kenapa baru bilang, ke rumah sakit sekarang aja yuk"
Lian menggeleng pelan"lian takut kalau penyakitnya tambah parah, lebih baik lian di rumah aja, nggak ngabisin uang ayah, lian tau perusahaan ayah sampai kini belum ada suntikan dana"lian menghapus air matanya yang membasahi ke dua pipinya yang sudah memerah"kalau seandainya ini ujung dari hidup lian, ayah harus ihklasin lian"
Nizar merengkuh tubuh ringkih anaknya"apapun yang terjadi ayah nggak mau kehilangan yang ke tiga kalinya cukup bunda sandra dan sifa yang ninggalin ayah kamu nggak boleh, lian harus berjuang lagi, ayah janji bakal carikan uang agar lian dapat pengobatan yang terbaik"
"lian akan berusaha sampai ada yang nggantiin pasisi lian di hati ayah bunda dan bang atha"
Nizar menggeleng keras"sampai kapan pun lian nggak ada yang menggantikan di hati ayah"
Pintu kamar lian terbuka menampilkan risma dan atha yang hendak memasuki kamar
"yah adek kenapa?"tanya risma
"atha siapkan mobil lian kita bawa ke rumah sakit"
"yah...."panggil lian lirih
"cepat tha!"
*____*
Kila beberapa kali menabrak orang yang beralu lalang di koridor rumah sakit di otaknya hanya ada nama lian tak ada yang lain, setelah makan malam tadi kila di telfon atha memberitahukan kalau lian masuk rumah sakit lagi.
Kila berhenti saat netranya menangkap sosok yang akhir akhir ini mengusik hubunganya dengan lian, hatinya sakit melihat perempuan itu juga ada di depan pintu ruang rawat lian, kakinya kembali melangkah mendekati atha dan sifa yang tengah duduk di kursi koridor.
Kila menghambur ke pelukan atha"bang aul keadaanya gimana?"
Atha mengusap punggung kila dengan pelan"lian mengalami pembekakan limpa"
Air mata kila kembali deras membasahi pipi mulusnya"apa itu parah bang? Aul nggak bakal kemana manakan?"
"doain aja ya"
Kila melepas pelukanya, mengusap air mata yang membasahi pipinya"kamu ngapain kesini?"
Sifa berdecak pelan"ck lian kan juga temen gue emang nggak boleh gue kesini, emang lo aja yang boleh di sini"
"bang atha juga kasih tau dia?"kila menunjuk sifa
"tadi sifa kebetulan lewat depan ugd saat lian mau di masukan ke ugd, hmm sif lebih baik lo pulang aja nanti di cariin bonyok lo kalau pulang terlalu larut"
Sifa menatap atha dengan tatapan tak suka"yaudah gue pulang dulu"
.
.
.
.
.
.udah ngaret pendek lagi😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...