tigapuluhenam

855 66 6
                                    

Memang kehidupan itu terkadang ada di atas dan di bawah, mungkin yang di alami keluarga lian kini sedang berada di fase bawah tapi lian yakin ada ribuan orang dalam segi ekonominya jauh lebih baik dari dirinya, ia harus bersyukur ia masih mempunya i rumah yang bisa buat dirinya untuk berteduh bahkan di luar sana ada banyak orang yang hanya tidur di emperan toko, lian harus bersyukur apa yang ia punya sekarang

Atha merebahkan tubuhnya di samping tubuh lian ia baru saja selesai membantu risma memasak di dapur"sekolah nggak?"

"gue?"

Atha berdecak keras, di kamar ini hanya dirinya dan lian siapa lagi coba yang ia tanya. Nggak mungkinkan tanya penghuni rumah ini yang tinggal lebih lama"bukan! baru aja ada setan liwat"

Lian hanya ber oh pendek, ia menegakan tubuhnya setelah itu ia memejamkan matanya kala merasakan sensasi pening di kepalanya setelah di rasa sudah mereda ia beranjak untuk mengambil seragam sekolah untuk bersiap siap untuk sekolah

Atha hanya mengulus dadanya pelan ia harus exstra sabar untuk menghadapi spesies adiknya ini mungkin kalau bukan adiknya sudah atha buang ke sungai amazon dari bayi, seingatnya mendiang ibunya dulu sifatnya tidak seperti lian ibunya dulu penyayang, ramah ke semua orang ya emang dulu lian sifatnya tidak seperti ini tapi menurut atha faru dua gen ayah ibunya itu tidak ada yang mempunya sifat pendiam dan super cuek seperti lian

"dasar anak setan"umpatnya atha masih di dengar lian

Lian membalikan tubuhnya"kalau gue anak setan berarti lo juga anak setan tolol"

Iya juga ya kalau lian anak setan berarti dirinya juga anak setan ia mungkin salah bicara dengan lian, mereka kan satu produk"enggak, gue anak ayah nizar dan bunda sandra ngerti! Lo mah anak pungut yang di ambil bunda sandra di tong sampah"

Tak
Lian melempar gesper yang mau ia gunakan tepat di pelipis atha, membuat sang empu meringis kesakitan"goblok.. Sakit tau"atha melangkahkan kakinya ke depan kaca lemari

"bodo!"

"memar nih tanggung jawab lo"ucapnya masih mengelus keningnya yang memerah sedikit membiru

"ogah!"lian segera keluar dari kamar

"liannn!! Dasar adik laknat!"

Risma memasuki kamar lian dan atha karena mendengar atha berteriak dan lian keluar dengan menahan tawa membuat bingung saja"ada apa bang"

"bun kepala aku sakit"rengeknya

Risma mengerutkan keningnya haran melihat pelipis atha terlihat memar"ini kenapa"tanganya menyentuh pelipis atha yang memar

"di tabok gesper lian"

Risma menghembuskan nafas kasar"dasar anak itu...bunda ambiliin p3k dulu"

*_____*

"hai yan"sapa sifa murid baru waktu itu

Lian mendongak sebentar setelah itu menunduk kembali untuk membaca komik baru yang ia beli kemarin, sifa yang diabaikan lian berdesah pelan baru pertama kali ada laki laki yang tidak tertarik dengan, biasanya kaum adam itu selalu memuji dan menggoda dirinya tapi laki laki di depanya itu tak respek sedikitpun

"lian hmm bantuin pr gue kemarin dong soalnya gue ada beberapa soal yang belum mengerti, katanya lo murid paling pinter di kelas ini"

Lian tetap tak merespon orang di depanya matanya tetep tertuju ke komik yang sedang ia baca, sifa yang tak suka dengan sifa lian langsung merebut komik yang di baca lian, lian langsung murka saat komiknya di rebut paksa

Lian merebut paksa kembali komiknya"lo siapa berani beraninya sama gue!"ucapnya dingin

"gue sifa! Kalau lo nggak tau gue kasih tau!"

Deg
Jantung lian berpacu lebih cepat dari biasanya kenapa ia harus mendengar nama itu lagi, seketika memori memori lama kembali terulang lagi bak kaset rusak, lian memejam matanya untuk menghalau rasa pusing yang tiba tiba mendera kepalanya

"aul"panggil kila menghampiri lian, kila kaget melihat wajah lian pucat pasi dan kringat membanjiri wajahnya, kila menepuk pundak lian pelan

Lian membuka matanya saat kila menepuk pundaknya, sensasi berputar saat ia membuka matanya ia langsung memegang meja di sampingnya dan meremat tangan kila

Sifa mematung di tempat saat melihat kondisi lian saat ini, tadi aja orang di depanya ini membentak dirinya terus kenapa sekarang bisa sampai begini

"sifa tolong panggilkan bang atha"ucap kila kawatir, ia tak tau harus minta tolong siapa ia tak mungkin meninggalkan lian dalam kondisi seperti ini

"orangnya mana gue nggak tau"ucap sifa tak kalah takut melihat orang di depanya seperti orang sekarat

Kila langsung menyerahkan ponselnya ke sifa, kila langsung menerima ponsel kila, ia mengetuk dua kali layar ponsel kila dan langsung menyala menampilkan profil foto kila tengah foto dengan lian ia menatap layar ponsel itu beberapa detik hingga lamunan ya tersadar kala kila meneriaki namanya

Dengan buru buru sifa mencari namor atha dan setelah ketemu ia langsung memencet ikon telepon tak lama kemudian telfonya tersambung

"hallo kil"

"gue bukan kila yang pasti lo ke kelas lian udah kayak orang sekarat"

Tut
Sambungan terputus

"mungkin bentar lagi kesini"ujarnya

Beberapa murid memasuki kelasnya mereka mendekati lian yang duduk lemas bersender di tembok matanya pun tertutup namun mereka hanya melihat tanpa ingin membantu

"kalian tolol banget udah tau lian nafasnya udah pendek gitu ngapain pada kesini!"ujar sifa kesal melihat teman teman hanya mendekat tanpa ingin membantu

Atha dengan nafas terengah mendekati lian yang sepertinya sudah tak sadarkan dirinya tanpa babibu atha langsung mengangkat tubuh lian membawanya ke uks

Karena uks masih kosong belum ada pmr ataupun dokter yang menjaga atha harus turun tangan sendiri untung saja ia sedikit sedikit tau tentang alat medis karena dulu ia pernah belajar dengan risma untuk berjaga jaga kalau lian drop hanya ada dirinya ia masih bisa membantu

*____*

Risma menyenderkan tubuh lemasnya di sofa, hamil ke duanya ini cukup menyiksa dirinya dari pada hamil anak pertamanya dulu, jika dulu ia muntah setiap pagi saja dan tak berlangsung lama hanya beberapa minggu tapi kali ini ia akan muntah tak kenal waktu membuat tubuhnya terasa sangat lemas

Ia mendengar suara salam yang sudah tak asing di dengarnya membuatnya menoleh kebelakang dan memberi balasan salam ia tersenyum mendapati ke dua anaknya sudah pulang , senyumnya luntur kala ia mengingat dirinya belum memasak apapun hanya ada nasi sisa tadi pagi, ia bangkit menghampiri ke dua anaknya yang sedang melepas sepatu

Atha dan lian menyalimi risma dan dengan senang hati risma mengulurkan tanganya, ia mengeryit kala merasakan suhu tubuh lian meningkat"tadi kegiatanya apa aja? Kok adek anget"

Lian merasa bersalah melihat risma kawatir denganya padahal ia yakin risma tengah tidak baik baik saja terlihat mata risma yang sayu dan pucat apalagi ia tadi merasakan tangan risma dingin, dan risma masih memikirkan dirinya yang bahkan jauh lebih baik hanya suhu tubuhnya yang sedikit meningkat, seandainya trauma dirinya tidak kambuh pasti risma tidak akan kawatir seperti ini

"nggak papa kok bun"ucap lian seadanya

"nggak papa gimana badan kamu anget gini, bang adek kamu kenapa bisa kayak gini?"

"tadi...."ucap atha langsung di potong lian"bunda istirahat aja ya liat tangan bunda dingin, aku beneran nggak papa kok!"ujar lian memegang tangan risma yang terasa dingin

"bunda belum masak, mau di masakin apa kalian"

Atha melihat risma yang pucat jadi nggak tega menyuruhnya masak, risma tidak akan telat masak jika tidak apa kepentingan atau risma sedang tidak baik baik aja"bun nanti biar atha pesen aja ya, janji deh yang sehat sehat biar adek sama bunda bisa makan"

Risma tersenyum sendu ia merasa bersalah akibat dirinya bermalas malasan untuk bermasak jadi ke dua anaknya jadi imbasnya"yaudah bunda masak nasi soalnya tinggal sisa tadi pagi aja"
.
.
.
.
.

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang