Setelah bangun tidur lian di buat kaget oleh kakaknya yang terbaring di samping ranjangnya, ranjangnya juga sama persis sama yang di tidurinya, wajah kakaknya itu bener bener pucat hidung dan mulutnya tertutupi masker oksigen di wajahnya, ia menatap risma dan nizar yang masih terlelap tidur di atas karpet bulu, waktu masih menunjukan pukul 03.20 dini hari
Setelah dua hari tak bertemu kakakmya itu kenapa saat bertemu atha dengan keadaan sakit seperti ini, seingat nizar dan risma tak berkata kalau atha sakit, memikirkan itu membuatnya lupa kenapa ia bisa terbangun karena kebelet BAK, semalam kateternya di lepas mau tidak mau ia harus ke kamar mandi sendiri ia tak ingin membangunkan orang tuanya yang kelihatan cepek itu, saat kakinya berpijak di lantai yang dingin sontak kakinya terasa ngilu, matanya meliar mencari sandal yang bisa ia pakai, namun saat beberapa langkah ia langsung oleng karena kakinya benar benar masih lemas untuk berjalan
Risma dan nizar langsung bangun saat mendengar dentungan keras yang jatuh ke lantai"lian"teriak nizar
Risma dan nizar langsung menghampiri lian yang sudah bersimpuh di pantai yang dingin"kamu mau kemana sih yan"
Lian menyengir"kebelet pipis"
"astaga, kan bangunin bunda kalau nggak ayah"
"tanganku sakit bun"ucapnya tak bohong, memang benar punggung tanganya sakit karena infusnya terlepas paksa
"makanya nggak usah aneh aneh"nizar membantu lian jalan ke ranjangya"bun pasangin kateter aja, dari pada keulang lagi"
"eh nggak mau, ayah nggak tau sakitnya pipis di kateter"
"orang nggak kerasa apa apa"
"ya bentar lagi suster ke sini, kamu nurut aja dek"
"bun yah, bang atha kenapa?"
Nizar dan risma mengalihkan padanganya ke atha yang masih tak sadarkan diri itu"maag dan tifusnya kambuh"
"gara gara aku ya"
"eh enggak enggak bukan salah kamu"bukan, itu bukan suara risma dan nizar melainkan atha yang baru saja membuka matanya sebenarnya sudah beberapa menit yang lalu lebih tepatnya saat lian terjatuh tapi kepalanya sangat pusing saat membuka mata
Risma bernafas lega, mungkin kemarin atha emosinya ridak stabil karena demanya tinggi makanya halusinasi, ia mendekati atha dan benar saja saat ia menyentuh kulitnya sudah tak sepanas kemarin"syukur deh demam kamu udah turun"
"ada yang bisa saya bantu"ucap suster yang sudah datang beberapa menit tapi tak di hiraukan mereka
"eh ya ampun susternya udah datang ya, ini sus anak saya di pasangin kateter lagi aja"ujar nizar
"enggak mau"
"nurut aja sih dek"
Lian menarik nizar agar mendekatinya"suster itu cewek nanti kalau ngiler sama sosis aku gimana"bisik lian membuat nizar tertawa keras
"hahaha lucu banget sih kamu dek hahaha"tawa keras nizar sangat menggema ruangan, sampai sampai perutnya terasa kram
"ayah ketawanya di jaga"tegur risma
"haha iya iya, emang sosis kamu segede apa sih dek"
Lian menatap nizar tajam setelah itu melihat suster yang menahan tawa"ayahh!!"
"udah udah sus panggilin perawat laki laki ya, eh bunda bisa loh masangin"
"enggak mau"
"dulu aja yang masang sama nyopotnya bunda, kenapa sekarang malu malu kucing"goda risma
"serah"ucap lian dingin
"eh ngambek dianya, panggilin perawat cowok aja sus"Suster itu mengangguk
*____*
Nabila dan dito berjalan di koridor rumah sakit yang masih memakai seragam sekolahnya mereka tak berniat untuk sekedar ganti baju setelah sepulang sekolah tadi mereka membeli cemilan dan langsung pergi ke rumah sakit.
"eh kila lo bukanya tadi nggak sekolah terus ngapain lo malah di sini, pakai seragam lagi bolos ya lo"tanya dito
Kila menggaruk rambutnya yang tak gatal, ia jadi malu tertangkap bolos di rumah sakit, ia tadi memang tak berniat sekolah dan sialnya tadi ia lupa bawa baju ganti"hehehe mau temenin aul"
"padahal udah gue suruh sekolah"ujar lian
"ih kamu tuh udah di temenin nggak makasih malah ngomel terus"gerutu kila
"gue nggak butuh lo temenin"
"tau ah nggak pedali aku nanti kalau kamu sakit nggak mau nemenin kamu"
Lian menarik rambut kila yang di gerai itu sampai kepala kila menyentuh dadanya"gitu aja ngambek"
"sakitt tau nggak!"
"enggak, yang sakitkan lo bukan gue"
"serah kamu aja, eh bil kenapa lo dari tadi bibir lo manyun gitu lo marahan sama dito"tanya kila
Bukanya menjawab nabila malah langsung memeluk kila sambil terisak"eh kamu kenapa?"
Dito membuka makanan ringan yang ia beli tadi"dia di judohin sama temen mamanya makanya nangis gitu dia tuh maunya sama gue, dan kalain ngerti nggak nabila tuh di jodohin sama anak SMP kan bocil"
"sumpah demi apa? lo mau nikah sama bocil hahaha jangan mau nikah sama berondong bil di sangka adiknya loh"
Nabila melepas pelukanya"gue bukan mau nikah tapi di jodohin tapi gue nggak akan terimalah, dan lo bilang jangan sama brondong terus lo sama lian kalau lo bukan pacaran sama brondong, apa coba?"
Kila baru ingat kalau lian lebih muda 3 tahun denganya, ia melirik lian yang menatapnya tajam"emm umur kamu sekarang berapa ul"
"pikir aja sendiri"ucap lian ketus, ia memang paling malas kalau seseorang tanya umurnya
Tuh kan marah kenapa ia begok banget harus nyindir perihal umur sih"jangan marah dong ul, kan aku cuma nanya umur kamu, kenapa sih kamau harus marah kalau di tanya umur kamu, padahal kalau aku dulu bisa ekselerasi pasti sekarang aku udah kuliah dan aku bangga banget ke diri aku sendiri, nggak kayak kamu sama umur sendiru malu"
"umur gue lima belas puas sekarang, lo tadi bilang nggak maukan pacaran sama brondong terus ngapain lo mau sama gue pacaran sana sama bagas"
"umur lo masih empat belas tolol"ucap atha dengan suara serak
"eh bang lo kebangun ini semua gara gara lo dan terserah gue kurang enam bulan juga umur gue lima belas, ngapain lo masih kesini sana jalan sama bagas"
Kila mengerucutkan binirnya, kenapa harus bicara tentang bagas sih dan kenapa coba lian benci banget sama bagas"tuh kan nyakutin kak bagas lagi
Kan aku udah minta maaf""pergi sana!"
"ul jangan marah dong, sensitif banget"
Nabila mentap lian heran"eh lian bisa cemburu juga ya, cemburunya jelek lagi"
"gue nggak cemburu!"
Kila memegang lengan lian"jangan marah, aku sayang cuma kamu kok walau kamu umur sepuluh tahun juga aku sayang cuma sama kamu"
"tuh yan liat kila tuh tulus sama lo, jangan sia sia'in dia"
"bodo amat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...