Lian sejak sepulang sekolah mengurungkan dirinya di kamar, pintu kamarnya ia kunci, beberapa kali orang tuanya maupun atha mengetuk pintu menyuruhnya makan tapi dia sama sekali tak menyuhut
Lian berjalan ke arah balkon matanya berbinar saat mendapati kila juga ada di balkon, namun saat ia mau memanggilnya kila malah masuk ke dalam kamarnya dan mematikan lampu balkonya, ia tau kila sangat marah denganya tapi apa tak ada kata maaf untuk dirinya
Semenjak kila menjahuinya, ah! Lebih tepatnya ia yang terlebih dahulu menjahui kila, sejak ia menjauhi kila ada rasa yang hilang entah itu apa, hari harinya tanpa ada kericuhan dari kila seperti ada yang kurang, kalau boleh jujur ia mulai tertarik dengan kila ia tak mau kehilangan sosok seperti kila, entah sejak kapan rasa itu datang.
Brakkk
Pintu kamarnya terbuka menampilkan nizar, risma dan atha yang tengan mengawatirkan dirinya
"lian"panggil nizarLian langsung memeluk nizar dengan erat melampiaskan segala amarahnya, air matanya membasahi baju yang di kenakan nizar, ini ke dua kalinya ia merasakan patah hati, semenjak kejadian beberapa tahun silam lian enggan membuka hati untuk siapapun karena ia tidak mau berulang kali sakit hati.
"kenapa cerita sama ayah, jangan di pendam sendiri ayah nggak suka"
"aku capek yah"
"kalau capek istirahat..."
Lian buru buru memotong ucapan nizar"capek berjuang?"gumamnya
Deg
Jantungnya berdetak lebih cepat mendengarkan ucapan lian, nizar mencium pucuk kepala lian"kalau itu kamu nggak boleh capek, inget kamu harus berjuang demi ayah bunda dan bang atha, kita berjuang sama sama"lian mengangguk dalam diam*____*
Dari tadi kila hanya memainkan makananya saja padahal di hadapanya sudah ada mami sama papinya, ya papi kila tadi setelah di telfon maminya langsung terbang ke indonesia entah apa yang di bicarakan maminya sampai sampai papinya langsung terbang ke indonesia,
"aqila makanan kamu kenapa kamu buat mainan"ucap jensen ayah kila, walau ia bisa bahasa indonesia tapi tetap saja masih tak selancar kila
Kila menggeleng pelan"aku nggak laper pi, aku mau ke kamar dulu"
"telselah kamu, besok kita belangkat jam sebelas pagi jangan sampai terlambat"
Kila bangkit dari duduknya ia berjalan ke arah kamarnya yang ada di lantai dua, ia berjalan di jejeran foto fotonya bersama lian dan teman temanya yang paling banyak fotonya dan foto bersama lian, ia mengambil figora dengan bingkai putih yang terdapat foto dirinya yang tengah berpose absurd dengan muka yang di coret coreti lipstik dan di kucir dua, ia ingat waktu itu ia sedang kalah karena permainan anak kecil, entahlah kila lupa mainan apa itu
Ia memeluk figura itu, matanya memanas setelah itu air matanya tiba tiba meluruh begitu saja"aku nggak mau ninggalin kamu ul"monolognya
Kila menghapus air matanya yang membasahi pipinya"aku sayang kamu aulian dwi basira gaydha"
*_____*
Matahari mulai muncul dari timur embun pagi berlahan lahan mengering akibat sinaran matahari dan begitu saja tiap harinya, seperti hidup lian yang setiap harinya hanya monoton tak ada warna apapun setelah sosok yang selalu mewarnai hidup hilang bak di telan bumi
Suara cirikas membuatnya rindu, mata madunya membuatnya kagum di setiap menatapnya selalu ada binar di matanya,ia ingin memutar waktu tapi itu hanya angan angan manusia yang tak pernah terwujut
"adek sarapanya di makan sejak semalam kamu makan sedikit loh, bunda suapin mau"ujar risma,
lian hanya menggeleng pelan ia menyuapkan makananya ke mulutnya, ia menggeser piringnya lalu melipat ke dua tanganya di atas meja makan lalu menidurkan kepalanya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story
Teen FictionOrang yang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya, berkepribadian dingin bak salju di kutub utara, hampir tidak pernah merespon dengan lawan jenisnya semenjak kejadian kala itu, tapi apakah ada orang yang mampu mencairkan itu semua---aulian dwi basir...