5. Cowok gak jelas

571 34 7
                                    

"Assalamu'alaikum," salam Qinan.

Tentu saja yang berada didalam ruangan menjawab salam dari Qinan yang baru datang. Qinan-pun langsung menyalami sopan seluruh orang yang menurutnya seumuran dengan orang tuanya.

"Loh Papih kok ada disini? Kapan pulang? Katanya-" pertanyaan Qinan terpotong oleh ucapan Algi.

"Gak baik banyak bertanya seperti itu didepan banyak orang," ucap Algi memperingatkan.

"Maafin Qinan Pih, Maaf Om, Tante" ucap Qinan langsung merasa bersalah.

Semuanya tersenyum mengerti.

"Yaudah, kamu bersihin badan kamu dulu gih, jangan lupa balik lagi kesini," lanjut Algi.

"Saya pamit kekamar dulu om, tante," pamit Qinan sopan lalu menaiki one by one tangga rumahnya.

Satu orang lelaki menarik sudut bibirnya melihat tingkah Qinan masih manja dan sedikit kenakan. "Masih belum berubah," gumamnya.

***

Setelah beberapa menit kemudian, Qinan pun turun dengan senyuman termanisnya dengan menggunakan gaun selutut yang berlengan sedikit melibihi bahunya, berwarna peach dan dipadukan dengan bunga-bunga melati yang terbuat dari brukat. Rambutnya ia biarkan terurai rapih. Qinan tidak sama sekali memoleskan make up diwajahnya, hanya polesan bedak tabur bayi dan sedikit memakai celak mata.

Semua melihat Qinan dengan tatapan terkagum-kagum. Hanya satu yang tidak menatap Qinan. Pria itu terus saja fokus menatap lantai yang sedang ia pijakkan kakinya. Entah sedang berfikir entah sedang melamun, pria itu susah ditebak.

"Sini, duduk deket abang," ucap Satria membuat jarak antara dirinya dengan Edzard.

Qinan pun menurut dan tak memudarkan senyumannya sedikitpun.

"Bang, ini ada apaan sih?" tanya Qinan berbisik pada kedua abangnya yang berada disisi kanan dan kirinya.

"Ikutin aja," ucap keduanya bersamaan seperti sudah direncakan sebelumnya.

Qinan hanya mendengus sebal mendengar jawaban dari kedua kakak-nya.

"Baik, semuanya sudah kumpul. Apa bisa dimulai sekarang?" tanya Algi membuka pembicaraan resmi.

"Silahkan kapten," ucap seorang pria paruh baya berumur Algi sambil terkekeh. Dia bernama Kamath Melviano.

"Jadi, pertemuan antara keluarga Larez dan keluarga Melviano kali ini, kami akan membicarakan tentang perjodohan Putra Sulung dari Keluarga Melviano, yaitu Raka Rafisqy Melviano dan Putri bungsu kami, Qinanta Larez Aurumida." Ucap Algi penuh ketegasan dan keyakinan.

Setelah mendengar ucapan Algi, Qinan membulatkan matanya sempurna karena tidak percaya. Sedangkan, pria yang ia yakini adalah yang akan dijodohkan dengan Qinan tampak biasa saja, malah wajah datar yang ia tunjukkan.

"Pih, ini becanda kan? Ah Papih becandaannya gak lucu," ucap Qinan meyakinkan ucapan Algi sambil diiringi kekehan garing.

"Enggak Qinan, ini serius! Dan papih harap tidak ada bantahan!" bantah Algi penuh penekanan.

"What? Kok Papih gak kasih tau Qinan sebelumnya sih? Pih, Qinan masih kelas 1 SMA lagi pula Qinan bisa cari pacar kok gak harus jodoh-jodohan kayak gini. Qinan masih dalam masa pubertas pih, jadi wajar kalo Qinan belum dapat pacar," tolak Qinan penuh dengan alasan.

"Kalau Papih kasih tau kamu, bisa-bisa kamu kabur ke Bandung! Dan Papih bilang tidak ada bantahan. Papih ataupun Mamih tidak menerima alasan apapun, mau tidak mau kamu harus mau!" Algi tetap bersikeras dengan keputusannya karena menurut Algi, inilah yang terbaik untuk putrinya.

SKDT [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang