7. Kantin hari ini

463 31 4
                                        

"Eh eh ini cewek yang centil itu kan?"

"Ih gak tau malu banget dah deketin cowok-cowok ganteng di sekolahan kita."

"Masih kelas 10 udah nge-lonte aja dek."

"Pinter banget nyari cowoknya yang ganteng doang."

"Eh katanya dia adik kandungnya Kak Abim tau."

"Masa sih? Pantes cantik, kebalikan dari Kak Abim gitu."

"Dasar Lonte!"

Sepanjang jalan Qinan melewati koridor, Qinan banyak mendengar berbagai cacian dan makian yang ditujukan terhadapnya. Masih pagi sudah ada saja mulut kurang isian, begitu batin Qinan mengumpat. Kebanyakan yang mencaci Qinan adalah kakak kelas nya.

"Eh Nan, untung lo udah dateng. Coba liat mading deh," ucap salah satu temannya kelas IPA 1 yang pernah satu kelompok saat MPLS dulu.

"Kenapa emang?" tanya Qinan bingung.

"Pokoknya lo liat dulu deh," jawab teman Qinan itu dengan nafasnya yang ngos-ngos an karena berlari menghampiri Qinan.

Qinan pun buru-buru menghampiri mading. Dan ketika melihat mading setelah menelusup murid-murid yang mengerubungi mading, Qinan terkejut karena banyak sekali tulisan-tulisan fitnah tentangnya dan foto saat pulang sekolah kemarin saat Edzard merangkul Qinan didepan rumahnya dan pada saat Qinan tidak sengaja memegang tangan Raka saat berada di Mall kemarin.

Dengan cepat Qinan pun mencabuti semua tempelan tak berguna itu yang mendapati sorakan dan tawaan mengejek dari murid- murid yang barusan mengurubungi mading.

"Kalo kalian semua gak tau faktanya, jangan langsung menilai kalo yang kalian liat itu bener! Karena zaman sekarang, apa yang dilihat belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya terjadi, jadilah remaja masa kini yang bisa membedakan informasi fakta dan opini!" tegas Qinan sebelum pergi meninggalkan mading.

"Lo cukup pemberani juga," gumam seseorang yang menempel semua berita hoax itu di mading.

Qinan sebenarnya tidak ingin menangis, namun entah mengapa air matanya tiba-tiba saja berhasil meluncur di pipi mulusnya akhirnya Qinan menundukkan kepalanya agar orang-orang yang berpapasan dengannya tidak tau bahwa Qinan menangis.

Saat langkah kakinya ia percepat, tiba-tiba Qinan menabrak seseorang yang ternyata itu adalah Edzard. Edzard yang melihat hidung Qinan merah dan matanya yang sedikit sembab karena menangis, langsung bingung dan menahan kepala Qinan agar tidak ditundukkan kembali.

"Siapa yang buat lo nangis?" tanya Edzard to the point.

Qinan menggeleng kepalanya lalu melepaskan cekalan Edzard.

"Gue kelilipan aja bang," jawab Qinan berbohong sambil berusaha tersenyum berharap bisa meyakinkan seorang Edzard.

"Gue gak sebodoh itu Qinan, mata habis nangis sama kelilipan itu beda jauh!" ucap Edzard tahu Qinan berbohong.

Qinan pun terdiam dan menundukkan kepalanya. Tiba-tiba saja Edzard memeluk Qinan sebagaimana seorang kakak terhadap adik kecilnya. Qinan pun menangis dalam dekapan Edzard dan membalas pelukan Edzard dengan erat.

"Siapa yang udah buat lo nangis?" tanya Edzard sekali lagi dengan masih mengelus kepala adik kecilnya.

Namun, Qinan masih saja menangis. Tidak ada jawaban apapun yang Qinan berikan dan Edzard mengerti, maka Edzard pun mengajak Qinan untuk duduk dikursi yang ada di koridor tersebut.

"Jangan nangis, tambah jelek lo!" ucap Edzard saat Qinan melepas pelukannya.

"Ih abang mah," Qinan memukul Edzard kuat.

SKDT [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang