16. Maaf

342 22 6
                                    

Happy reading!
.
.
Tepat malam ini, malam sabtu. Keluarga Qinan kembali bertemu dengan Keluarga Raka dan tujuannya tetap sama, ingin mengetahui jawaban dari seorang Qinanta Larez Aurumida. Qinan memakai outfit yang sangat sederhana.

Masalah rambut, Qinan tidak suka neko-neko cukup menggurainya dan memakai pita kecil disisi kiri rambutnya. Bukan sneakers yang ia pakai  kali ini karena acaranya bukan untuk bermain, sedangkan Qinan memilih untuk memakai flat shoes berwarna hitam sesuai dengan tas selempang yang ia pakai.

Mungkin terdengar jadul atau tidak cocok dipakai diacara resmi seperti ini, tapi outfit Qinan masih dikatakan sopan karena wajah anggun yang Qinan miliki sehingga tidak memiliki kesan buruk bagi Qinan dari outfit-nya. Lagipula malam ini hanya Raka,Kedua orang tuanya, dua saudara kandungnya dan juga keluarga Qinan.

Sumpah demi apapun, Qinan baru pertama kali merasakan degupan kencang jantungnya yang sangat kencang seperti habis lari maraton mengelilingi kota Tangerang tapi bedanya ini tanpa ngos-ngos an. Apalagi saat Evellyn memanggilnya dan menyuruh duduk untuk disampingnya. Jantungnya berdegub kencang luar biasa dan Qinan pun tersenyum dan mulai membuka diri untuk lebih dekat dengan Evellyn, calon mertuanya(?).

"Gimana lima harinya sayang?" tanya Evellyn to the point

Qinan hanya terdenyum menutupi gugupnya sekalian menjawab pertanyaan Evellyn yang membuatnya bingung harus menjawab apa.

"Pasti Raka bikin kamu kesel lagi ya?" tanya Evellyn menebak-nebak.

Lalu Qinan seperti memudarkan senyuman lebarnya sedikit dan memasang wajah seperti kebingungan dengan kedipan mata berkali-kali dan bola mata yang tidak diam di satu objek.Evellyn menghela nafasnya halus sambil tersenyum dan langsung memfokuskan pandangannya kearah Raka. Yang dijadikan objek malah memasang wajah tanpa dosa dan tentunya datar.

"Kenapa?" tanya Evellyn lembut

Raka menautkan kedua halisnya.

"Kenapa? kamu suka bikin Qinan kesel katanya?" jelas Evellyn

Raka hanya mengedikkan bahunya tidak tahu. Karena memang bingung, perilaku Raka yang mana yang membuat Qinan kesal.

"Loh kok malah gitu bukannya jawab,"

"Gatau," jawab Raka singkat.

"Kok jawabnya gitu sih?" tanya Evellyn tambah bingung dan sedikit kesal karena anak sulungnya ini benar-benar irit bicara, terkecuali memang penting baru Raka akan banyak mengeluarkan kosa kata.

Raka menghembuskan nafasnya kasar dan memilih tidak memandang sang Mamah karena Evellyn akan terus mengintograsinya apabila Raka tak kunjung menjawab dengan penuh keyakinan. Jadi Raka memutuskan untuk menanyakannya kepada Qinan langsung.

Raka pun berdiri dan menarik tangan Qinan untuk ia bawa ketaman belakang, karena tidak mungkin Raka menanyakannya didepan keluarga Qinan maupun Raka, bisa-bisa terjadi perang badar ke dua.

Qinan menolak tarikan tangan Raka, namun bukan Raka jika yang ia mangsa tidak ia dapatkan. Raka tetap memaksa Qinan untuk mengikutinya. Dan dengan berat hati Qinan pun mengikuti Raka.

"Sikap gue yang mana yang buat lo kesel?" Tanya Raka to the point setelah sampai ditaman belakang rumahnya.

Qinan gugup karena Raka kembali irit berbicara, tidak seperti kemarin-kemarin sedikit hangat meskipun dengan raut wajah yang datar.

"Lo gak budek kan?" lanjut Raka karena Qinan tak kunjung memberi jawaban.

Qinan pun menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya pasrah.

SKDT [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang