09. The Curse is on

56 15 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di ruang bawah tanah.

Mereka semua merantai diri dan menunggu waktu sampai bulan purnama tiba. Sebenarnya, mereka dikutuk atas kesalahan leluhur mereka yang melakukan larangan. Namun, sampai saat ini belum ada yang tau cara menghentikan kutukan ini.

"Hyung! Kapan kau akan memangsa dia?" Tanya Eric.

"Kalau sudah, bagi jatah ya!" Sambung Eric.

"Mungkin agak lama! Dan gua ga akan bagi jatah kepada siapapun! Dia milikku!" Changmin dengan tegas menjawab Eric.

"Kek lu bakal mangsa dia aja hyung! " Ujar Sunwoo.

"Eric! Gimana kalau kita taruhan?! Gua prediksi hyung ga bakal mangsa tu cewek! Lu gimana?" Sunwoo mengucapkan itu seolah - olah menyindir Changmin untuk bergerak lebih cepat bila ingin memangsa Heeyoung.

"Ehm..........mungkin bisa aja berhasil kan? Gua sih milih bisa dimangsa!" Ucap Eric dengan ragu.

"Hey! Kalian bertiga ini, udah termasuk paling kecil tapi cerewetttt aja kerjaannya! Liat tuh si Hwall! Kalem." Oceh New yang sedari tadi mendengar ocehan mereka bertiga.

"Guys!!! Setelah kita berubah, ikuti terowongan ini, nanti kita keluar di hutan seperti biasa. Ingat, jangan terlalu jauh dari lubang terowongan ini, nanti tersesat!" Perintah Sangyeon, si alpha ketua pack tersebut.

Awalnya tubuh Changmin dan yang lainnya merasakan udara semakin panas. Manik matanya perlahan-lahan berubah menjadi gelap keemasan dan kelam. Tubuhnya berubah semakin besar disertai bulu-bulu yang tubuh lebat. Hal itu tentunya membuat baju Changmin robek. Tak sampai 10 menit, Changmin beserta anggota pack lainnya berubah menjadi werewolf.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sementara itu, Heeyoung mengeratkan mantelnya. Ia meniupi kedua telapak tangannya yang kedinginan.

Ia tak menyangka pertemuannya diajukan secepat ini secara mendadak. Untung dia sudah menyiapkannya beberapa hari yang lalu.

"Heeyoung, ayo masuk, " Ajak sang paman sambil membukakan pintu rahasia yang ada di belakang gerobak kedai. FYI, kedai itu milik salah satu tetua hunter disini.

"Nona Heeyoung silahkan anda duduk disana. " Ucap salah satu pengawal sambil menunjuk sebuah bangku tua. Bangku itu penuh ukiran naga dengan dihiasi emas dan berlian.

Heeyoung berjalan dengan anggun menuju kursi kebanggaannya dan semua orang membungkuk padanya termasuk pamannya sendiri.

"Mari kita mulai acara ini, " Kata Heeyoung disertai bunyi lonceng.

"Nona besar, apakah anda akan mengubah sistem kerja yang ada? " Tanya seorang ketua hunter divisi Jeju.

"Aku sudah mempelajari sistem ini selama 1 tahun dan aku rasa sistem ini mampu dibobol oleh para werewolf. Jadi lebih baik kita kembali pada strategi 700 tahun yang lalu tetapi dengan bantuan IT yang ada, " Jelas Heeyoung.

Pamannya tersenyum bangga setelah melihat pembawaan Heeyoung yang jauh lebih baik dari kata sempurna.

"Sistem 700 tahun yang lalu membuat kita ditakuti oleh para werewolf. Kita bekerja sebagai bayangan tanpa ada orang yang tahu dan kali ini kita akan memakai sistem sidik jari dan juga GPS, "

"Maksud anda Nona besar? " Tanya salah satu tetua disana.

Heeyoung tersenyum. "Bukankah kalian para tetua sudah dikenali oleh para werewolf kan? Aku tak ingin para kaum bedebah itu tahu diriku, tuan. Jadi aku akan bekerja lewat teknologi, "

"Bagaimana anda berburu kalau seperti itu? " Tanya salah satu dewan disana.

"Aku akan membuat robot tiruan hunter. Akan kubuat dia berburu. Segala gerakannya diatur oleh kita. Selain itu, robot-robot itu dapat membedakan mana manusia mana werewolf dari sidik jari. Saya sendiri nanti juga turun ke lapangan kok...." Jelas Heeyoung.

Ruangan yang tadinya panas langsung diisi oleh tepukan bangga.

"Appa!!.......kini aku menggantikan posisimu! Aku harap appa dan eomma melihatku duduk dikursi ini dengan bangga......." Batin Heeyoung.

Lalu, setelah selesai rapat rancangan kerja, para hunter kembali ke hotel di daerah Daegu. Ia langsung memasuki kamarnya dan merebahkan diri di kasur hotel yang empuk.

"Hah...........Capek sekali! Untung hanya dua setengah tahun sekali! Kalau tiap tahun lelah hayati lah aku!" Keluh Heeyoung yang baru saja memulai rapat para hunter sebagai pemimpin.

"Tok tok tok!" Suara ketukan pintu dari arah luar.

"Siapa?" Teriak Heeyoung sambil berjalan menuju pintu kamar.

"Ya! Kutu kerbau! Kau ngapain nyusul kesini?" Kagetnya Heeyoung melihat salah satu temannya menyusulnya kemari.

"Ayolah!! Apa nanti kata orang bila seorang cowo sendirian mendatangi kamar cewe?" Kode lelaki itu agar membiarkan dirinya masuk ke kamar Heeyoung.

"Justru kalau kau masuk malah semakin menjadi tau. Lebih baik kita berbicara di taman, "

Heeyoung menarik tangan Jeno menuju ke taman belakang. Mereka berjalan dalam diam hingga sampai di bangku taman itu.

"Kenapa kau kemari? "

"Kau pikir aku kesini karena kau? Tentu saja tidak, " Ucap Jeno jahil.

Heeyoung langsung memukul lengan Jeno berulang dan Jeno berpura-pura merasakan sakit.

"Aduh, sudah Young. Aku kemari untuk menggantikan Appa ku!"

"Kau tak berniat terjun ke dunia ini kan? "

"Aku tak kan pernah minat. Lagipula, aku harus menjadi dokter seperti ibuku, "

Heeyoung menepuk pundak Jeno dan berkata, " Kau memang hebat Jen!"

Jeno menatap Heeyoung dengan senyumannya. Ia mengusak rambut Heeyoung yang kebetulan dia gerai.

"Kau juga hebat Young. Pokoknya kita harus semangat!" Ucap Jeno sambil melakukan tos pada Heeyoung.

Bulan purnama mulai muncul. Berbagai auman terdengar. Menghiasi malam yang gelap ini.

"Purnama sudah muncul, " Kata Jeno.

Heeyoung mengangguk dan menatap waspada ke arah sekitar.

"Aku akan membantai kalian semua, " Kata Heeyoung tanpa ekspresi.

Mendengar kalimat yang diucapkan Heeyoung begitu sarkas, ia langsung merangkul bahu Heeyoung dan mengelus bahunya.

"Heeyoung, sudahlah! Kau pasti tersiksa karena kejadian 11 tahun lalu, tapi balas dendam bukan cara yang baik!" Ujar Jeno dengan harapan dapat menenangkan Heeyoung, namun malah sebaliknya.

"Ya! Terus harus pakai cara apa? Negosiasi? Mereka cuma bisa memangsa tanpa berpikir! Kalau bisa mah, ga bakalan ada yang namanya hunter! Dan mungkin orangtua aku masih hidup!" Curhat Heeyoung lalu meneteskan air matanya.

"Ya! Uljima! Heeyoung kuat kok! Orang tuamu pasti melihat bangga disana!" Ucap Jeno sambil mengusap air mata di pipi Heeyoung.

"Hah...... Sudahlah! Ayo kita kembali ke kamar masing-masing!" Ajak Jeno yang sudah beranjak dari kursi taman.

"Ah! Tunggu lah!" Ucap Heeyoung yang terburu-buru mengejar Jeno yang sudah sampai di pintu hotel bagian belakang.

Tbc!

Please kalo lu suka cerita ini, vote!

And pantengin terus ya!

Annyeong!

Die or Love [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang