Vote kalian sangat berarti!
***
Mentari pagi telah mengintip di atas cakrawala beberapa menit yang lalu. Seperti biasa, gadis cantik dengan satu ikat rambut di kepalanya menyusuri trotoar di sepanjang jalan.Tak lupa, ia menendang kerikil-kerikil yang dilewatinya. Dan ketika ia menjumpai rambu-rambu lalu lintas bergambarkan bus, ia menghentikan langkahnya. Sekarang dia hanya perlu menunggu bus untuk pergi ke sekolah.
Bus dengan dominasi chat berwarna merah itu akhirnya datang. Semua orang-orang yang telah menunggu di halte pun naik ke dalam kuda besi tersebut. Mata gadis tadi menjelajah seisi bus-berusaha menemukan kursi yang kosong untuk didudukinya. Kelopak matanya perlahan menyipit ketika mendapat satu tempat duduk yang sudah ditempati seorang cowok di sebelahnya.
Tanpa ragu, gadis tersebut menghampiri kursi penumpang itu.
"Gue boleh duduk di sini?" Basa-basinya terhadap sang cowok. Lumayan lah, cogan
Cowok itu memandang penampilan sang gadis tanpa ekspresi, detik berikutnya ia mengangguk.
"Gue kaya pernah liat mata itu," batin sang gadis ketika hazel mata berwarna emerald itu menerobos ke bola matanya.
"Lo anak Bagaskara juga, ya?" Lagi, cowok yang tengah membaca buku itu hanya mengangguk.
"Kenalin nama gue Airys. Nama lo?" Airysh bertanya sembari mengulurkan tangan kanannya. Bukannya menjawab pertanyaan Airysh, cowok tersebut justru mengambil airphone-nya kemudian melekatkannya pada telinga.
"Sial! Gue doain tuli beneran," dumel Airys.
Selama bus berjalan membelah jalan raya, keduanya menyibukkan dirinya dengan pikiran masing-masing. Tak ada lagi pembicaraan yang mereka ciptakan. Ralat, hanya Airysh yang memulai pembicaraan sedari tadi.
Airys mencuri-curi pandang cowok itu. Ia berusaha menemukan name tag milik cowok berpostur tinggi itu, namun sia-sia, hoodie hitam cowok itu menutupi seragamnya.
Bisa dikatakan, Airys itu typcal orang yang mempunyai rasa kepo tingkat dewa. Ia juga tidak bisa mengendalikan mulutnya untuk memyerocos. Maka tak heran jika Ayrish kembali bertanya, "Em... lo ikut OSN, ya? Bukunya tebel banget itu. Gue aja baca buku resep makanan yang tipisnya setipis bawang diiris-iris udah bosen abis. Dasar Airys."
Oke, penunturannya terlihat garing. Cowok itu masih diam tak meresponnya sama sekali.
Kesal diabaikan, akhirnya Airysh nekat melepas earphone yang melekat di daun telinga cowok itu.
"Lo tuli beneran apa gimana sih! Gue dari tadi nyerocos kaya mercon malah dikacangin!"
Cowok pemilik hazel mata berwarna emerald itu masih tak peduli. Ia memasang kembali earphone ke telinganya yang sempat terlepas. Dan, menganggap ocehan gadis di smapingnya sebagai angin yang berlalu. Tidak penting.
Lain halnya dengan Airysh, dia semakin dibuat kesal. Baru pertama kali seorang Airys Pelita Ayudya diabaikan oleh seseorang. Terlebih dengan cowok. Airys tidak terima, ia terlalu berharga untuk diabaikan.
Sekali lagi, Airys melepas earphone tersebut. Namun kini, ia juga mengambil alih benda itu dan memasukkannya ke dalam tasnya.
"Balikin," ucap cowok itu dingin. Suaranya itu indah, namun mengapa ia selalu bisu? Huft.
"Enggak. Itu balesan karena lo nyuekin cewek secantik gue," kata Airys terlampau percaya diri.
Cowok itu menggertakkan giginya-tampak seculat kesal muncul dari ubun-ubunnya. Saat ia hendak berkata lagi, tiba-tiba bus berhenti. Ya, bus tersebut sudah sampai di depan gerbang SMA Bagaskara. Semua siswa-siswi Bagaskara yang menjadi penumpang bis itu pun turun.
Saat sudah memasuki gerbang Bagaskara, Airys mengejar cowok yang ia ambil earphone-nya tadi.
"Lo nggak mau earphone lo balik?"
Cowok itu tak menjawabnya. Ia justru mencepatkan langkahnya untuk sampai ke kelas. Malas, menghadapi makhluk astral ini.
Airys yang sudah diuji kesabarannya berkali-kali perihal selalu diabaikan, akhirnya menepuk keras pundak cowok itu. "WOY! LO TULI APA GIMANA, SIH! "
"Gue nggak ada urusan sama lo. Jadi pergi dan jangan ikutin gue lagi. Oh ya, airphone itu lo simpen aja. Mungkin lo nggak mampu beli," katanya dengan satu kali tarikan napas.
Meskipun dengan nada yang datar, namun perkataan cowok itu begitu pedas. Ayris bahkan mendelikkan matanya-ia merasa harga dirinya sudah diinjak-injak.
"GUE NGGAK BUTUH EARPHONE SIALAN INI!" pekiknya saat cowok itu sudah jauh dari jangkauannya.
***
Kelas X IPA 5.
Ya, Airys memasuki kelas yang masih sepi penghuninya itu, gadis itu kemudian pergi ke tempat duduknya yang terletak di urutan kedua dekat dengan meja guru.
"Dih kenapa lo, pagi-pagi mukanyanya udah kaya lemper," celetuk Dela. Sahabat sekaligus teman sebangku Airysh.
"DIEM ATAU GUE SUMPEL MULUT LO!"
"Anjir ngegas! Kenapa sih lo, Ris?"
"Gue sebel. Sebel. Sebel. Sebel."
Dela memutar bola matanya, malas. "Iya sebel kenapa?"
Airys pun menceritakan kejadian yang ia alami bersama cowok sialan itu kepada Dela.
"BWAHAHA." Dela tertawa terpingkal-pingkal setelah mendengarkan cerita sahabatnya itu. "Seorang Airys Pelita Ayudya dicuekin sama cowok? Rasain! Itu karma karena lo sering malak gue."
"Dih apa hubungannya! Ga jelas lo, Del."
"Ada lah! Eh btw nama cowok itu siapa?"
"Gue nggak tau," jawab Ayris ketus.
"Ciri-ciri mungkin? Kali aja gue tau."
Ayris terdiam sejenak lalu berkata, "Seperti yang udah gue ceritain. Dia super dingin, tinggi, putih, terus kayaknya dia juga anak olim."
"WAH WAH JANGAN-JANGAN ITU KAK AKSA!"
Ayris menakutkan alisnya. "Aksa siapa?"
"Ya elah masa lo nggak tau, sih, Ris. Kak Aksa yang walketos itu. Lo inget waktu kita MOS nggak? Nah dia dulu yang pernah dikerjain sama osis-osis lainnya karena ulang tahun."
"OH iya gue inget! Dia yang pernah ngehukum gue juga kan karena gue telat pas hari pertama MOS? "
"Nah iya itu." Dela mengangguk-angguk mantap. "Kak Aksa tuh most wanted di sekolah kita. Bahkan, dia punya fans yang ngalahin fans-nya kak Sergio."
"Sergio siapa lagi?"
"Parah lo! Nggak tau kak Sergio? Lo kalau di sekolah ngapain aja, sih? Bersemedi?" timpal Dela tak habis pikir.
"Ya gue belajar."
"Aelah molor iya." Dela menoyor pelan kepala Ayris.
"Kak Sergio itu ketua osis Bagaskara. Em... dia beda banget sama kak Aksa. Kalau Kak Aksa ketus sekaligus dingin, kak Sergio beda lagi. Dia ramah dan humoris," terang Dela panjang lebar. "Denger-denger juga, kak Aksa sama kak Sergio itu nggak pernah akur. Mereka sering berantem karena hal-hal sepele."
Ayris hanya ber-oh ria. Peduli apa ia terhadap kehidupan dua cowok most-wanted di sekolahnya?
"Andai gue jadi pacar dari salah satu di antara mereka," ucap Dela.
"CUCI MUKA DULU DELON! KEBANYAKAN HALU LO!"
***
VOTE+COMMENT-NYA JANGAN LUPA YA! (Maksa ini)
Salam manis dari kak Aksa yang dingin abis
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Roman pour Adolescents-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.