Vote kalian sangat berarti!
***
Senin yang cerah. Namun, sangat bertolak belakang dengan suasana hati seorang lelaki berjaket kulit cokelat yang berjalan menyisiri lorong sekolah. Bagaimana mood-nya tidak memburuk? Di sepanjang mading, terpampang jelas wajah Aksa dan Ayris bersama—foto ketika keduanya di Dufan kemarin. Entah siapa yang diam-diam memotret mereka, kemungkinan dari shipper yang mendukung hubungan Aksa dan Ayris.
Entah takdir yang tak pernah berpihak padanya atau Aksa yang selalu menjadi bayang-bayang hitamnya. Sergio terus mempertanyakan hal itu, mengingat setiap perempuan yang ia sukai justru jatuh hati kepada rival-nya. Sebenarnya, apa yang lebih menarik dari diri cowok itu? Tampan? Dirinya tak kalah tampan. Pintar? Meski tak sepintar Aksa, namun Sergio tak terlalu bodoh juga. Atau sifatnya? Perasaan, selama ini Sergio selalu menampilkan aura positifnya. Dibandingkan dengan Aksa yang cuek, Sergio lebih humoris. Lalu apa yang membuat semua wanita lebih menyukai cowok itu?
Sergio berdecak kesal.
Saat melewati perpustakaan, tak sengaja seorang gadis menabrak tubuh kekarnya.
“Eh sorry, Kak.”
Ya, gadis yang menabraknya adalah Ayris. Siswi kelas X IPA 5 yang mampu menarik perhatiannya selama ini. Saat menatap wajah riang yang ditunjukkan gadis berkucir satu ke belakang itu, Sergio jadi teringat dengan kejadian tempo hari.
“Kalian berdua pacaran?” tanya Sergio.
“Iya, dia pacar gue sekarang.”
Sementara Ayris menjawab, “Iya, Kak.”
Itu adalah cuplikan kejadian saat dengan mata kepalanya sendiri, Sergio melihat Aksa dan Ayris beduaan di lapangan basket.
“Iya,” jawab cowok itu dingin.
“Kak gue ada salah ya?” tanya Ayris tiba-tiba.
“Hah?”
“Akhir-akhir ini sikap kakak dingin ke gue, sebelumnya enggak.”
“Gue tau batesan.”
Karena terkadang, sadar diri itu perlu.
“Batasan?”
Ketua osis itu memilih pergi tanpa menjawab pertanyaan dari Ayris. Berlama-lama berbincang dengan gadis itu, membuat hatinya semakin tersayat-sayat.
“Kak Gio kenapa, sih?” desis Ayris yang masih terdengar oleh indera pendengaran Sergio.
***
Jam istirahat telah tiba. Rencana Aksa yang ingin menggunakan waktu istirahat untuk belajar kimia bersama Ayris seketika sirna setelah membaca pesan dari grub WhatsApp OSIS TAHUN AJARAN 2020/2021 itu.
“Luar binasa istrinya pak Ahmat,
Mo kemana sih Sa? Buru-buru amat,” tanya Kenzo di sebelahnya.“Rapat osis.”
“Ohh gitu. Jadi gue ke kantin sendirian, nih?”
“Jomblo biasa sendiri kan?”
“Nusuk banget njir, emang dasar akhlakes lo!”
Aksa memilih untuk keluar dari ruang kelas XI IPA 1 daripada meladeni sahabatnya yang gesrek itu. Saat dalam perjalanan, ia membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada Ayris.
Ayrisinting🐻
Yang..
Bljrnya stlh plng skolah ya
Gue ada rapat osis skrng
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Teen Fiction-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.