Chapter 38 °Isak

1.6K 131 26
                                    

🎧 Mulmed : Don't Watch Me Cry - Jorja Smith (Cover by Alexandra Porat)

Ps : Disarankan untuk dengerin Mulmed di atas, biar ngena eak.

Vote kalian sangat berarti!

***

Berjuang sendirian itu sakit. Apalagi saat orang yang diperjuangin tak mau sedikitpun menghargai.

***

Hari ini adalah hari pertama Ayris sekolah setelah tiga hari lamanya ia harus terbaring di rumah sakit. Namun, tidak ada yang mengesankan untuk harinya, semuanya berjalan seperti normal. Mengikuti jam pelajaran dengan Dela yang terus menyerocos di sampingnya, makan cilok mbak Rose saat istirahat, dan yang paling utama ... mengejar-ngejar Aksa hanya untuk mendapatkan penjelasan.

Penjelasan mengapa ia tidak datang di malam ulang tahunnya. Penjelasan tentang perubahan sikapnya. Dan penjelasan tentang perkataannya kemarin.

Aksa berpacaran dengan Iren?

Ayris masih belum percaya.

Budak cinta. Tidak salah lagi, Ayris bucinnya Aksa. Sudah disakiti berkali-kali, namun masih bertahan.

Tet... Tet... Tet....

Mendengar bel pulang SMA Bagaskara, Ayris pun bergegas pergi ke halte--untuk pulang. Ya, kehidupan gadis itu kembali seperti semula, seperti saat ia belum mengenal sosok Aksa. Pergi-pulang sekolah sendirian dengan menunggang kendaraan umum.

Di tempat parkiran SMA Bagaskara, langkah kaki Ayris terhenti saat mendapati Aksa yang sendirian di sana. Tidak ada Iren yang akhir-akhir ini seperti ulet keket--ke mana-mana Aksa pergi, selalu nempel.

Mungkin, ini adalah waktu keberuntungannya. Mungkin, Aksa akan memberinya penjelasan. Dan mungkin saja, setelah ini hubungannya dengan Aksa akan kembali seperti semula.

Sebatas mungkin.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Ayris pun segera menghampiri Aksa yang sedang berjongkok di depan ban mobilnya. Sepertinya, ban mobilnya itu bocor.

"Kak?"

Yang dipanggil mendongakkan kepalanya, detik berikutnya ia berdiri. "Ngapain lagi lo?"

"Masih sama," kata Ayris seraya tersenyum getir, "penejelasan. Gue butuh penjelasan lo," lanjutnya.

Aksa mencebikkan bibirnya, muak. "Penjelasan apalagi, ha? Belum cukup perkataan gue kemarin-kemarin? Gue benci lo! Benci!"

"IYA! ALASAN LO BENCI GUE APA? TOLONG, JELASINN SEJELAS-JELASNYA, KAK!"

"Alasan? Gue nggak butuh sebuah alasan untuk membenci jalang kek lo." Aksa tersenyum. Bukan senyum manis, melainkan senyuman iblis.

Ayris memegang pergelangan tangan Aksa. "Please ... ini bukan lo. Aksa yang gue kenal nggak kayak gini. Aksa yang gue kenal, nggak akan membiarkan ceweknya terluka."

"Sayangnya, Aksa yang itu cuma berpura-pura," sarkasnya yang membuat alis Ayris terangkat. "Jadi, pergi lo dari sini!"

"Gue nggak akan pergi sebelum dapet penjelasan dari lo," ungkap Ayris seraya menghamburkan ke pelukan pacarnya "Kak Aksa ... Sayang ... tolong kasih tau gue. Letak salah gue di mana? Kalaupun gue salah, gue akan memperbaikinya."

"Fuck! Lancang banget lo!" Aksa mendorong tubuh Ayris hingga gadis itu tesungkur ke tanah.

Ayris meringis, kedua sikunya berdarah.

ISAK (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang