Chapter 24 °Isak

1.8K 162 3
                                    

Vote kalian sangat berarti!

***

Matahari nampaknya ingin berendam di ufuk barat. Semburat jingga dari senja pun mulai berpendar. Burung-burung yang semula berkicau ria satu persatu kembali ke sangkarnya. Karena langit mulai gelap, Aksa dan Ayris memutuskan untuk pulang sebelum matahari terganti oleh rembulan.

Mobil dengan merk lamborghini aventador keluaran terbaru 2020 itu membelah padatnya jalan raya ibukota. Awalnya suasana biasa saja-- Aksa fokus untuk menyetir dan Ayris sibuk bergumam mengikuti lagu yang berputar di mobil hiam itu. Namun, saat langit mulai menampilkan gumpalan awan berwarna hitam keabu-abuan, air muka Ayris berubah. Terdapat raut kecemasan yang singgah di wajah cantik itu.

Puncak kecemasannya terealisasi ketika perlahan rintik-rintik air hujan berjatuhan. Seperti biasanya, ketika hujan tiba, gadis itu selalu teringat dengan masa lalunya—saat dengan teganya, ibu kandungnya membuangnya di tepi jalan.

Lain halnya dengan Aksa, dia dibuat limpung dengan perubahan ekspresi dari kekasihnya. Lalu, tanpa sengaja ingatan pemuda itu melayang pada suatu kejadian. Ya, Aksa teringat kejadian dimana dia melihat Ayris menangis di depan gerbang sekolah saat hujan. Meski tak tau alasan Ayris menangis saat itu, namun Aksa menerka-nerkanya. Pasti berhubungan dengan hujan. Pikir cowok itu.

Aksa semakin khawatir karena kini gadis yang duduk di sebelahnya menangis—persis dengan kejadian saat itu. “Ris, kenapa?”

Duarrr!

Gemuruh yang disertai dengan kilatan petir tersebut membuat tangis Ayris semakin histeris. Tak tega, Aksa pun menepikan mobilnya ke tepian jalan.

“Ada aku,” kata Aksa seraya memeluk hangat tubuh mungil itu.

Di dalam balutan bidang dada Aksa, Ayris menggil seraya menumpahkan semua air matanya. Samar-samar, ia berkata, “Aku takut, Kak... “

“Tenang, nggak akan terjadi apapun.”

Aksa mengeluh lembut puncak kepala Ayris dengan tangan kananya, sementara tangan kirinya menggengam erat jemari-jemari gadis itu—berusaha menyalurkan kekuatan agar Ayris tetap tenang.

“Kak?” lirih Ayris.

“Ya?”

“Boleh cerita?”

“Kamu pacar aku sekarang, kapanpun kamu mau cerita tentang kehidupanmu, gue siap dengerin.”

Ayris pun mulai menyeritakan mengapa dirinya phobia dengan hujan. Meski suara gadis itu terdengar tidak jelas lantaran bercampur dengan isak, namun Aksa dapat merasakan derita yang dialami Ayris. Cowok itu pikir, hanya kehidupannya saja yang gelap dan suram, namun realitanya kekasihnya juga mengalami hal yang sama, bahkan lebih tragis.

“Udah jangan nangis. Hilangin ingatan yang mengahantui pikiran lo itu. Anggap aja itu mimpi buruk. Sekarang, yang perlu lo pikirin adalah Bunda lo, dia selalu ada buat lo. Dialah orang yang dikirim Tuhan untuk ngegantiin posisi ibu kandung lo itu,” terang Aksa panjang lebar. “Ayris yang gue kenal itu kuat, kamu pasti tegar ngehadapinnya, Sayang.”

“Makasih, Kak...” Ayris dibuat haru dengan penuturan lelaki itu. Ia pun mulai tenang. “Eh kak ... btw kalau lo lagi megang tangan gue gini, gue jadi keinget sama sahabat kecil gue.”

ISAK (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang