Chapter 31°Isak

1.6K 139 4
                                    

🎧 Mulmed : Luka Yang Kurindu - Mahen

Vote kalian sangat berarti!

***

Hiks ... hiks ... hiks....

"Ris udah jangan nangis mulu .... "

Di dalam kamar Ayris, Dela berusaha menenangkan sahabatnya yang sedari kemarin malam tak henti-hentinya menangis. Keadaan gadis itu benar-benar memprihatinkan. Sepulang dari puncak pagi tadi, Ayris langsung mengurung dirinya di dalam kamar. Tak ada seorang pun yang dibiarkannya masuk ke ruangan bernuansa peach itu. Namun, Dela berhasil menerobos pintu kamar Ayris. Meski dengan bersusah-payah.

"Gue tanya, lo nangis karena apa? Karena kak Aksa bohongin lo selama ini? Karena kak Gio nyium lo kemarin malam? Atau ... lo takut kehilangan kak Aksa karena Naya masih suka sama dia?" tanya Dela menusuk.

Yang ditanya hanya bungkam. Ayris menunduk dan merenung. Manakah pertanyaan Della yang mendominasi kesedihannya untuk saat sekarang ini?

Ketiga alasan itu sama-sama menyakiti hatinya. Pertama, Ayris merasa sangat kecewa karena kekasihnya itu pernah bertaruhan hanya untuk mendapatkannya. It's oke jikalau taruhan itu tak lagi berguna karena Aksa mencintai Ayris dengan tulus. Namun, tak bisakah pemuda itu jujur? Sekali saja mengatakan bahwa ia pernah melakukan kesalahan dengan menjadikan Ayris sebagai taruhan layaknya sebuah barang?

Tidak. Aksa tak pernah mengatakan itu.

Kedua, gadis itu juga sangat marah perihal Sergio yang menyium bibirnya. Bukan apa-apa, di sini Ayris merasa seperti cewek murahan. Posisinya, dia sudah mempunyai kekasih, namun dengan sejenak jidatnya lelaki lain menyentuh benda kenyal itu. Di depan umum lagi!

Yang ketiga, takut kehilangan sosok Aksa lantaran Kanaya menyukai cowok itu? Tentu, siapa yang tidak cemas dan was-was ketika kekasihnya sendiri dicintai oleh wanita lain. Terlebih, wanita itu orang yang pernah sangat dekat dengan Aksa. Tak bis dipungkiri, bahwa kecemasan ini lebih menguasai diri Ayris daripada kekecewaannya pada Aksa dan kemarahannya kepada Sergio.

Dela mencebik lantaran perkataannya tak digubris sama sekali oleh Ayris, gadis itu masih setia menunduk dan membuang-buang air matanya. Mubazir.

"Gue pulang dulu, deh. Ngomong sama lo berasa ngomong kek tembok gini." Dela mengambil tasnya yang ia simpan di atas nakas. "Udah ya, jangan nangis lagi, mata lo udah kek disengat tawon gitu. Baik-baik di rumah, jangan aneh-aneh. Oh ya, besok berangkat sekolahnya bareng, gue jemput."

Saat Dela hendak beringsut dari kasur, tiba-tiba cekalan tangan Ayris menghentikannya.

"Makasih, Del, udah nemenin gue seharian ini. Dan maaf, udah buat lo kesel." Itu adalah kalimat pertama yang berhasil meluncur dari mulut Ayris setelah insiden kemarin malam.

"Iya. Inget lo itu nggak sendiri, gue selalu ada untuk lo," tutur Dela seraya mendekap tubuh mungil Ayris. "Ya udah gue pulang, ya."

Setelah itu Dela pun benar-benar pergi dari rumah Ayris. Kini, tinggalah Ayris dan sisa air matanya. Saat hendak menenggelamkan kepalanya ke selimut, matanya tertarik pada benda pipih yang sudah dari kemarin malam dalam mode hening.

Aksayang🗻

Ris
Plis dngrn pnjlsn gw
Gw minta maaf
Dulu gw bnr² g mikir pas buat kesepakatan itu
Riss
Bls dong
Jngn diemin gue mulu
Gw hrus nglakuin apa biar lo maafin gw?
Ayris..

Dan masih banyak lagi.

Masih berat hati untuk Ayris membalas pesan itu. Tak ingin dadanya semakin sesak, gadis berpiama biru dongker itu pun menutup ponselnya dan beralih mengambil diary di meja belajarnya.

ISAK (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang