Chapter 3 °Isak

3K 274 77
                                    

Vote kalian sangat berarti!

***

Ayris baru saja sampai ke rumahnya. Ia tampak senyum-senyum sendiri layaknya orang gila. Apa lagi jika bukan karena cowok yang mengantarnya barusan?

Ya, cowok yang mengantarnya pulang ke rumah tadi adalah Sergio. Lebih tepatnya Sergio Azriel Dwitama. Benar yang dikatakan Dela, cowok yang telah menjabat sebagai ketua osis di SMA Bagaskara sejak satu tahun yang lalu itu adalah sosok yang ramah dan humoris. Sergio merupakan typical orang yang mudah berbaur dengan semua orang, mungkin karena kepiawaiannya itu, ia dipercayakan oleh guru-guru dan murid-murid SMA Bagaskara untuk menjadi ketua osis.

Sergio tak kalah tampan dengan Aksa. Keduanya sama-sama mempunyai karisma tersendiri untuk memikat hati seorang wanita. Oke, Airys akui, Aksa lebih tampan satu tingkat di atas Sergio. Namun, karena karakter Aksa yang dingin seperti itu, membuat Airysh tak senang berlama-lama dengannya. Menjengkelkan.

“Ih kok gue banding-bandingin mereka berdua, sih!” batinnya.

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya datang menghampiri Ayrish yang sedang terduduk di sofa ruang keluarga. “Kenapa senyum-senyum gitu, Nak?”

“Eh Bunda... nggak papa, kok.”

“Cie cie. Pasti mikirin cowok, ya? Udah dapet berapa cowok kamu di sekolah?” tanya Hellen seraya terkekeh pelan.

“Ih kok ngeselin sih, Bun?”Airysh melipat kedua tangannya di depan dada. Ia juga memasang wajah kesal seperti anak kecil.

Ketika di rumah, gadis berpipi chubhy itu akan memiliki kepribadian yang sangatlah berbeda. Jika di sekolah ia terlihat judes dan bar-bar, maka di rumah dia menjadi sosok anak perempuan yang manja terhadap kedua orang tuanya, terlebih kepada bundanya tercinta.

“Udah gede jangan ngambek terus ah,” bujuk Hellen—Bunda Ayrish. “Gimana kalau Bunda masakin rendang? Mau nggak?”

Seketika raut sedih yang terpapar di wajah cantik Ayris sirna terganti oleh lengkungan senyum. Bundanya itu memang pandai merayu. Oh ralat, Ayris lah yang selalu tunduk jika ada sogokan rendang masakan bundanya. Baginya, masakan bundanya nomor satu. Tak ada satu restaurant pun yang menandingi resep menu makanan milik bundanya. Ayrish begitu mencintai masakan bundanya, juga orangnya.

Terlepas dari semua itu, terdapat satu fakta yang tidak bisa dipungkiri oleh gadis itu. Bahwa Hellen—bundanya, bukanlah ibu kandungnya. Ya, Airys hanyalah anak angkat yang diadopsi dari panti asuhan. Namun, Hellen selalu meyakinkannya bahwa Hellen telah menganggap Airys seperti anak kandungnya sendiri. Hellen tak mempermasalahkan, ada dan tidaknya darahnya yang mengalir pada tubuh putrinya.

“Iya cepet bikinin, Bun! Yang super pedes, ya!” suruh Ayris penuh semangat 45.

***

Di kehidupan lain, seorang lelaki yang masih memakai seragam putih abu-abu masuk ke dalam rumah mewah dengan dominasi chat berwarna cream. Meskipun rumah itu terlihat sangat besar, namun keadaan di dalamnya sangatlah sunyi. Seperti tak ada tanda-tanda kehidupan di sana.

“Eh, Den Aksa udah pulang. Mau Bibi bikinin minum?” tanya bi Inah—asisten rumah tangga Aksa, sopan.

“Nggak usah, Bi.” Aksa melepas hoodie hitamnya dan menyampirkannya ke lengan kanannya. “Papa belum pulang? “

“Belum, Den.”

“Oh yaudah.” Setelah mengatakan itu, Aksa menaiki satu persatu anak tangga di rumahnya untuk pergi ke kamarnya.

ISAK (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang