Vote kalian sangat berarti!
***
Ayris memijit kepalanya yang terasa pening. Ya, kelas X IPA 5 baru saja melaksanakan ulangan harian dadakan mata pelajaran kimia. Oleh bu Farah, ulangan itu langsung dicocokkan. Dan tidak perlu ditanya lagi, Ayris memperoleh nilai terendah di kelasnya. Sebenarnya, Ayris bukanlah murid yang sangat bodoh sehingga ulangan kimianya di bawah rata-rata. Ia hanya lemah dalam mata pelajaran tersebut. Baginya, kimia itu rumit. Terlalu banyak konsep.
"Kamu harus giat belajar lagi, Ayris! Nilai kimia-mu merah semua!" tegur bu Farah sebelum ia mengakhiri kelasnya. Ayris hanya mengangguk-angguk. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Begitulah Ayris.
"Kamu denger enggak!"
Airys memutar bola matanya malas, "Iya iya Bu Farah cantik."
"Ya udah anak-anak cukup sekian pembelajaran kimia hari ini. Ibu akhiri wassalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh."
Setelah itu bu Farah pun keluar dari kelas X IPA 5. Namun ketika sampai di pintu, wanita paruh baya itu menjumpai seorang lelaki yang sedang berdiri di sana.
"Loh Aksa, ngapain kamu di sini?"
"Saya mau ngambil barang saya yang ketinggalan di sini,Bu."
Tiba-tiba saja Bu Farah membalikkan badannya kembali menghadap kelas X IPA 5. "Airys sini! Ada yang mau ibu omongin."
Loh. Loh. Loh. Kenapa bu Farah tau jika Aksa datang ke sini untuk mencari Airys? Jangan-jangan guru bermata empat itu cenayang?
Tak perlu lama Airys keluar dari kelasnya. "Ada apa, Bu? " Sepertnya, gadis berpipi chubby itu belum menyadari kehadiran Aksa di sebelah bu Farah.
"Mulai besok, kamu belajar kimia sama Aksa, ya. Dia pasti bisa ngebantu nilai kamu untuk naik."
Bu Farah memilih Aksa untuk menjadi guru pembimbing Ayris bukan tanpa sebab. Aksa sudah berpengalaman dalam mata pelajaran kimia. Dia bahkan pernah menjuarai olimpiade-olimpiade tingkat nasional. Sebenarnya, Aksa tidak hanya pintar dalam mata pelajaran kimia saja, tetapi semua mata pelajaran dikuasai cowok tinggi 178 cm itu. Maka tak heran jika Aksa masuk ke kelas XI IPA 1-kelas unggulan di SMA Bagaskara.
"Hah! Demi apa! Saya nggak mau!" tolak Ayrish mentah-mentah. Berada di dekat cowok itu satu menit saja sudah membuatnya naik pitam, lalu bagaimana bisa Aksa harus menjadi guru pembimbingnya? Demi dewi fortuna, Ayris katakan T. I. D. A. K
"Kalau kamu nggak mau, bu Farah bisa laporkan nilai-nilai kamu ke orang tuamu. Mau?"
Ayris berpikir sejenak. Bundanya pasti akan sedih jika mengetahui putri kesayangannya mendapat nilai yang sangat buruk di sekolahnya. Ah, pilihan yang sangat sulit.
"Gimana setuju nggak?" ulang bu Farah.
Dengan sangat terpaksa, Airys berkata, "Ya udah deh, Bu. Nggak ada pilihan lain."
Bu Farah tersenyum lalu ia beralih menatap Aksa. "Kamu mau, 'kan jadi guru pembimbing Airys?"
Sebenarnya, Aksa bisa saja menolaknya. Namun, demi menjaga citranya sebagai murid teladan, Aksa pun mengangguk setuju. Toh, di sini ia tidak dirugikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Teen Fiction-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.