Chapter 26 °Isak

1.6K 134 4
                                    

Seminggu telah berlalu, festival tahunan yang ditunggu-tunggu oleh siswa-siswi Bagaskara pun tiba. Bukan apa-apa, karena selama festival berlangsung, kegiatan belajar-mengajar ditiadakan. Seluruh siswa hanya terfokus untuk menonton dan memberi suport untuk mereka yang hendak berlomba. Sebut saja jamkos.

Setiap sudut sekolah  telah dipenuhi oleh spanduk dan pamflet yang beraneka ragam. Ada juga bendera warna-warnai sebagai perias, dan beberapa stand makanan yang disuguhkan untuk penonton dari luar. SMA Bagaskara yang menjadi tuan rumah Festival Champion School tahun ini menyiapkannya dengan sempurna tanpa ada kekurangan sedikipun.

Dr. Erman Sasmito selalu pendiri Yayasan Kilau Cendekia—yang menyelenggarakan festival ini, menerbangkan merpati dan memggunting pita merah di lapangan utama milik SMA Bagaskara. Resmi, Festival Champion School 2020 dibuka.

FYI, Festival Champion School 2020 yang diikuti oleh enam sekolah di bawah Yayasan Kilau Cendekia, berjalan selama tiga hari berturut-turut. Untuk hari pertama ini, bidang olahraga yang mendominasi. Ada Athletic, football, basket, bulu tangkis, dan volly yang akan diperlombakan.

Sebagai permulaan, basket menjadi cabang olahraga yang pertama kali dipertandingkan. Setelah melewati dua pertandingan, SMA Bagaskara berhasil lolos ke final. Tiga puluh menit lagi, tim basket Bagaskara akan melawan tim basket Payoda.

“Semangat ya, Yang!” ujar Ayris pada cowok yang menggunakan jarsey berwarna merah-hitam dengan ikat kepala hitam yang membuatnya semakin menawan. “Harus menang, jangan malu-maluin pacar.”

[Kurang lebih kek gini penampilan Aksa]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Kurang lebih kek gini penampilan Aksa]

Dengan keringat yang sudah bercucuran deras dari dahinya, sang kapten tim basket SMA Bagaskara berkata, “Gue emang terlatih untuk menang.”

“Ish! Jangan terlalu santai, Kak! Lawan kita kali ini SMA Payoda, skill mereka bagus-bagus loh.”

Aksa terkekeh melihat wajah serius yang ditunjukkan kekasihnya. “Percaya sama gue,” tukasnya seraya mengacak pelan rambut Ayris.

“Kebiasaan deh, berantakin rambut orang sembarangan.” Ayris mengerucutkan bibirnya.

Saat asyik mengobrol dengan Aksa di ruang istirahat pemain, tak sengaja Ayris menangkap kehadiran lelaki yang duduk tak jauh darinya. Lelaki itu menatapnya dan Aksa dengan sorotan kebencian. Ah, melihat sorot matanya, membuat Ayris teringat kejadian tempo hari--saat Aksa dan Sergio berkelahi di ruang osis. Tak dapat disangkal, bahwa selama ini Sergio menyukainya.

Ada rasa bersalah dari dirinya ketika ia tidak bisa membalas perasaan dari ketua osis tersebut.

“Pacar lo di sini, ngapain liat-liat situ?” tanya Aksa ketika atensi gadis di seblahnya teralihkan pada Sergio.

“Gantengan dia, sih,” gurau Ayris.

“Qatarak keknya mata lo, Ris. Gantengan juga aku ke mana-mana.”

ISAK (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang