🎧 Tak Sanggup Melupa - Ziva Magnolya
Chapter ending. Udah siap?
Vote kalian sangat berarti!***
Bagaimana aku tidak meragukan perasaanmu? Jika kamu saja selalu mengombang-ngambingkan kepercayaanku.
***
Hidup sekali lagi, demi gue
Bak mendapat sihir ajaib, jasad Ayris saat itu tergugah. Darah yang sempat membeku, mengalir lagi di sekujur tubuhnya. Jantung yang absen bekerja beberapa menit, mulai berdetak lagi. Dan napas yang telah ia hembuskan untuk selamanya berhasil ia hirup kembali.
Tuhan terlalu baik memberi Ayris satu kali lagi kesempatan hidup.
Jauh dari lubuk hatinya, Ayris ingin pergi saja dari dunia ini. Gairah hidupnya telah tiada, ia ingin mengakhiri semua rasa sakitnya. Dan barang kali, jika sudah di atas sana, Ayris bisa melihat ibu kandungnya. Bisa jadi, 'kan?
Ah, pemikiran yang sangat konyol.
Meskipun Tuhan memberi Ayris kehidupan lagi, gadis itu belum bisa membuka matanya sepenuhnya. Jiwa dan raganya masih lemah untuk menyapa dunia kembali. Tau sendiri, 'kan jika benturan karena kecelakaan itu membuatnya gagar otak? Pasti membutuhkan waktu lama sampai Ayris benar-benar pulih.
Di masa-masa komanya, Ayris seperti masuk dalam dimensi yang berbeda. Matanya terpejam tapi percayalah indra pendengarnya masih berfungsi baik. Setiap hari, Ayris selalu mendengar rintihan Hellen dan Dela yang memintanya untuk bangun. Jangan lupakan juga dengan seorang lelaki yang selalu duduk di sampingnya sambil berceloteh tidak jelas.
Cowok itu tau kalau Ayris tidak akan me-respons. Namun, sepertinya dia gila karena mengajak orang koma berbicara.
Ya, dia tidak lain adalah Aksa, kekasihnya. Oh, ayolah berapa kali harus memberi ralatan? Aksa mantan kekasihnya. Camkan itu!
Oke, back to the topik.
Dan hari ini, Ayris ingin menyudahi mimpi panjangnya itu. Ternyata, terbaring di atas ranjang selama dua minggu itu melelahkan sekali. Tubuhnya sangat kaku karena tidak berkutik sama sekali. Mana asupan makanannya hanya cairan infus. Huft, bukan makanan Ayris sekali.
Omong-omong soal makanan, Ayris jadi rindu dengan cilok-nya mbak Rose. Oke, tekadnya untuk bangun semakin bulat!
"Bun ... Bunda ...."
Ayris berhasil mengatakannya, meskipun ia harus menguras kerja kerasnya untuk mengeluarkan satu patah kata yang berat diucap bibir itu.
Dari manik matanya yang temaram, Ayris melihat Hellen dan Dela yang tersenyum haru. Seperkian detik kemudian, kedua wanita itu memeluk tubuh Ayris.
"Akhirnya ... kamu bangun juga, Nak," ucap Hellen sambil menahan isak.
Ayris hanya tersenyum simpul sebagai tanggapan. Dia belum bisa banyak bicara. Lantas, matanya berganti menatap cowok yang berdiri jauh dari ranjang tidurnya. Anehnya, dia tidak menunjukkan ekspresi sedikitpun. Datar sekali.
"El ... elo nggak mau ikutan peluk gue gitu?" tanya Ayris di balik ventilator yang ia kenakan.
Glegg....
Tanpa aba-aba, Aksa memeluk tubuh Ayris sangat erat. Dia bahkan sampai meremas-remas baju Ayris. Berharap dengan itu, rasa rindu yang menyiksa dirinya terbayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Подростковая литература-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.