Chapter 27 °Isak

1.5K 132 4
                                    

🎧Mulmed : Tge Weight - Shawn Mendes

Vote kalian sangat berarti!

***

Masih dalam suasana festival, Sergio melenggangkan tubuhnya ke sana ke mari. Sebagai ketua osis, ia sangat disibukkan dengan tugas-tugas. Terkadang meng-koordinir setiap perlombaan yang berlangsung, terkadang juga ikut terjun ke lapangan sebagai pemain--seperti kemarin, bertanding bola basket. Untung saja, di hari kedua Festival Champion School ini ia tak mengikuti lomba-lombanya.

FYI, agenda lomba kali ini seputar akademik, ada lomba cerdas cermat, literasi, baca puisi, dan pidato. Oh ya, selain itu pertandingan football yang kemarin belum selesai lantaran tak cukup waktu, akan diteruskan di hari ini. Lagi, SMA Bagaskara lolos final dan akan bertanding dengan SMA Ancala dalam cabang olahraga football ini.

Sergio berlarian di lorong sekolah seraya meneteng sebuah kotak berisikan nomor undian. Namun, tak sengaja dirinya menabrak seorang gadis berambut pirang.

Degg.

Apa matanya tak salah liat? Itu ...

"Long time no see, Gio."

"Naya?"

"Iya ini gue. Kaget, ya?" jawabnya seraya terkekeh pelan.

Mata Sergio tak berkedip sekalipun, ia terpukau dengan senyum yang ditunjukkan oleh gadis di depannya. Masih sama seperti dulu kala, cantik. Namun, saat ingatan buruk melintasi kepalanya, air muka ketua osis itu mendadak berubah horror.

"Ngapain di sini?" tanya Sergio dingin.

"Masih benci gue?"

"Lo salah kalau berpikir gue membenci lo," balas Sergio tanpa ekspresi.

"So? Kenapa dulu lo jauhin gue?"

"Pantas ya gue selalu ada di deket lo sementara hati lo nyuruh gue pergi?"

"Gi .... "

"lupain," katanya dingin. "Jadi, kenapa lo ada di sini?"

"Suporter SMA Payoda."

"Lo sekolah di sana?" tanya Sergio.

"Iya."

"Kenapa nggak di Bagaskara aja?"

Pemilik nama lengkap Kanaya Gabriella terkekeh pelan mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh lelaki itu--persis sekali dengan pertanyaan Aksa kemarin. Memang, dari dulu keduanya tak bisa terlepas.

Bukannya menjawab, Kanaya justru berbalik tanya, "Masih sahabatan, 'kan sama Aksa?"

Bungkam, tentu saja Sergio tak menjawabnya. Sahabat? Untuk dikatakan teman saja mungkin tidak bisa. Ya, persahabatannya dengan Aksa telah lenyap dua tahun silam. Setelah insiden itu.

Flashback on

Dua pemuda berkemeja putih-biru berjalan beriringan sambil meneteng sepedanya masing-masing. Kala itu, langit kian gelap, senja pun sudah berpamitan.

"Sa ... kalau suka sama sahabat sendiri boleh gak, sih?" tanya Sergio kepada sahabatnya, Aksa.

"Lo suka sama Kanaya?"

Wajar, jika dari ribuan nama wanita di dunia ini, yang Aksa sebut adalah nama Kanaya. Sebab, ia tau betul bahwa sahabat Sergio hanyalah dia dan Kanaya.

"I--iya," jawabnya lemah. "Gue ngehianatin persahabatan kita nggak, sih?"

"Hmm ... soal hati nggak ada yang tau, Gi. Sejak kapan emang?"

ISAK (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang