Chapter 40 °Isak

1.8K 129 34
                                    

🎧 Mulmed : All I Want - Kodaline (Cover by Alexandra Porat)

Vote kalian sangat berarti!

***

Kematian itu sudah pasti terjadi, tidak ada seorangpun yang bisa mengganggu gugat.

***

"Fuck! Lo ngapain nempel-nempel gue mulu, sih!"

"Kita ini pacaran, Sa. Lo nggak boleh gitu."

"Berapa kali lagi gue bilang, kalau omongan gue di rumah sakit itu cuma settingan, gue nggak bener-bener suka sama lo," timpal Aksa sambil menggertakan giginya, geram. "So, pergi sana lo dari rumah gue!"

Iren menguraikan pelukannya, kemudian berdecak sebal. "Kenapa lo nggak pernah bales cinta gue, sih? Apa karena Ayris sialan itu?"

Bungkam. Aksa tak menjawabnya.

"Udah sih lupain, dianya juga udah nggak ada."

Aksa mengernyitkan dahinya. "Maksud lo?"

"Engh ... itu ... " Iren berpikir sejenak. "Lo udah putus sama Ayris, 'kan? Nah, maksud gue dia udah nggak ada di hati lo."

"Lo lagi nggak sembunyiin sesuatu dari gue, 'kan?"

Iren menggeleng cepat. "Enggak."

"Kok gue ditinggal sih, Sa?" tanya Iren ketika melihat Aksa beranjak dari sofa.

"Gue capek. Pulang sana," usir Aksa to the point. "Lagian ini udah malem, lo nggak malu apa maen ke rumah cowok malem-malem gini?"

"Nggak lah. Orang main ke rumah pacar sendiri."

"Terserah." Aksa melenggangkan tubuhnya untuk pergi dari ruang tamu.

Setibanya di kamar, Aksa duduk di meja belajarnya. Cowok itu memijit keningnya yang terasa pening. Meladeni sikap agresif-nya Iren membuatnya naik pitam.

Aksa menarik korden jendelanya tatkala mendengar dentuman mesin mobil. Ia mengehela napasnya lega saat mobil Iren pergi meninggalkan kawasan rumahnya.

Drttt... Drttt....

Siapa yang nelpon gue di jam segini?

"Halo?"

"Sa, ini gue ... Gio."

"Oh. Ada apa?" Jika biasanya, Aksa akan malas sekali berbicara dengan cowok itu, namun sekarang tidak. Ia sedang belajar menerima kenyataan bahwa Sergio adalah kakak angkatnya.

"Ay ... Ayris...."

"Gue udah nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Lo kalau mau deketin, silakan. Mana tau abis ini dia mau nerima lo."

"Bukan itu."

"Ya terus?"

"Ayris kecelakaan."

Bak disambar petir, tangan Aksa bergetar sangat hebat. Hampir saja ponsel yang ia genggam terjatuh, namun dengan sigap ia menyetabilkan dirinya kembali.

"Nggak usah bercanda. Nggak lucu."

"Buat apa gue bercanda soal ginian?" Di seberang sana, suara Sergio juga bergetar. "Cepet lo ke sini, kondisi Ayris kritis."

Tanpa berpikir panjang, Aksa mengikuti instruksi dari Sergio. Ia langsung menyambar kunci mobilnya dan bergegas ke rumah sakit tempat Ayris dirawat.

ISAK (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang