🎧 Mulmed : Selamat Ulang Tahun - Jamrud (Rizky Febian Ft. Raden Irfan Cover)
Vote kalian sangat berarti!
***
Malang sekali nasib kelas X IPA 5 yang jam pertama diisi oleh guru berkepala pelontos dan berpostur cebol. Siapa lagi jika bukan pak Ramli--guru pengampu mata pelajaran sejarah peminatan. Semuanya tertunduk lesu, tak berminat mendengar ocehan pak Ramli yang sangat membosankan. Bayangkan saja, pagi-pagi seperti ini, harus mendengar suara yang teramat minim didengar telinga. Sebenarnya, pak Ramli itu mengajar orang atau semut, sih?
"Jadi anak-anak ... homo floresiensis adalah salah satu jenis manusia purba yang ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores pada tahun 2001. Menurut para peneliti, jenis manusia purba ini memilki tubuh kecil karena terisolasi di Pulau Flores yang sumber daya alamnya sedikit," jelas Pak Ramli yang hanya didengarkan oleh segelintir umat X IPA 5. "Sampai sini ada yang ingin bertanya?"
"Saya, Pak!" Beni--salah satu siswa paling usil mengangkat tangannya ke atas.
"Apa, Ben?"
"Pak Ramli kembarannya homo floresiensis bukan, sih?" katanya yang mengundang tawa semua siswa.
"Hahahah. Parah lo, Ben!" sahut Aldi--sang ketua kelas. "Tapi bener juga sih, sama-sama cebol!"
Tanpa berpikir panjang, pak Ramli menghampiri meja Beni yang terletak di paling ujung kelas, lalu beliau menjewer telinga Beni.
"Kurang ajar kamu, ya! Anak siapa, kamu hah?!"
"Ya anak bapak ibu saya," jawab Beni terlampau santai.
"Mereka pasti kurang semangat pas bikin kamu, makanya lahirnya modelan kek gini."
"Tapi kata bapak saya, grepe-grepe-nya udah maksimal kok, Pak!" tandas Beni.
"Gimana bunyinya, Ben? Emphh ... ah ... ah ... " sahut Dito dengan nada yang menjijikkan.
Cowok itu kalau udah bahas ginian, semangatnya ngalahin panglima perang.
"Hey kalian para kaum adam! Di sini ada cewek, bisa nggak sih nggak usah bahas-bahas yang jorok?" Diva--cewek yang berdandan ala tante-tante, angkat suara.
"Alah bilang aja lo pengen nyobain, Div!" todong Beni.
Sementara di tempat duduknya, Dela berusaha menutup telinga agar tidak mendengarkan obrolan tak senonoh itu. Bisa-bisa otak polosnya jadi ternodai. "Ngantin aja yuk, Ris. Males banget gue, bahasnya random banget!"
Ayris mengacuhkan perkataan Dela. Jauh dari lubuk hatinya, masih ada rasa kesal untuk sahabatnya itu. Tidak Aksa, tidak Dela, semuanya sama. Tidak ada yang mengingat hari ulang tahunnya. Apa Ayris harus mengumumkan lewat speaker sekolah agar semua orang tahu?
"Woy elah dikacangin gue!"
"Bodo!"
"Lagi PMS, ya?"
"Gak."
"Lah terus? Kenapa muka lo ditekuk gitu? Kenapa jutek amat sama kembaran Ariana Grande ini?"
"Pikir aja sendiri," sinis Ayris. Lantas, cewek itu pun memilih untuk mengalihkan atensinya ke modul.
"Ris, Ris..."
Ayris menepis tangan Dela yang menarik-narik roknya. "Apasih."
"Nanti pulang sekolah temenin gue, yuk!"
"Ke mana?" Ayris menautkan alisnya.
"Liat aja nanti! Mau, ya, mau?"
Mengulum bibirnya, Ayris jadi berpikir Apakah Dela akan memberinya kejutan di tempat itu? Ah, benarkah? Tanpa ba-bi-bu Ayris pun mengangguk-anggukan kepalanya seraya tersenyum singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Teen Fiction-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.