Vote kalian sangat berarti!
***
Keesokan harinya, Ayris benar-benar melaksanakan perintah dari bu Farah untuk belajar bersama Aksa. Tentunya dengan tidak suka rela, Ia terpaksa.
Sesuai rencana, Ayris dan Aksa akan belajar bersama setelah pulang sekolah. Namun sepuluh menit lamanya, Aksa tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Apa cowok itu lupa?
"Lo nungguin siapa, sih, Ris?" Dela mulai bosan menemani Ayris di kelasnya. "Mending anterin gue ke ruang osis."
"Mau ngapain ke ruang osis? "
"Rian ngajak gue pulang bareng tapi dia lagi rapat dulu sama anak-anak osis."
"Kak Aksa kan walketos ya? Berati dia ikut rapat, dong?" pikir Ayrish.
"Kenapa nggak ngomong dari tadi, sih. Yaudah kita ke ruang osis sekarang."
"Lah, tumben. Apa dari tadi lo nunggu anak osis juga? " tanya Dela heran.
Ayris memutar bola matanya malas. "Lo lupa atau pura-pura lupa sih, Del. Gue kan disuruh belajar bareng sama kak Aksa."
"Oh iya. Ya udah, yuk."
Keduanya pun berjalan beriringan menuju ruang osis yang terletak di sebelah laboratorium. Sesampainya di sana, pintu ruang tersebut masih tertutup, yang artinya rapat belum selesai. Sembari menunggu rapat usai, Ayris membuka handphone-nya dan menuliskan satu pesan kepada seseorang.
Kak Aksa
Jadi belajar bareng, kan?
Gue nunggu lo di depan ruang osisTak lama kemudian, benda persegi panjang itu bergetar. Ya, itu balasan dari Aksa.
Ya
"Dih singkat bener. Kyboard-nya rusak, ya?" dumel Ayris setelah membaca balasan Aksa yang tak lebih dari dua huruf.
Dela yang juga sedang bermain ponsel menoleh ketika Ayris berbicara sendiri. "Lo ngomong apa, Ris?"
"Nggak ada," jawab Ayris ketus.
"Ga jelas lo."
Beberapa menit kemudian, pintu osis terbuka. Semua orang-orang di dalam sana satu persatu keluar. Rata-rata dari mereka adalah kelas sebelas, namun ada juga yang masih kelas sepuluh, tetapi hanya beberapa. Della tersenyum canggung ketika mendapati kakak-kakak kelasnya menatap dirinya. Berbeda dengan Ayris, ia memasang wajah judes.
"Loh Ayris, kan? Ngapain di sini?" tanya Sergio setelah melihat Ayris.
Ayris tersenyum singkat. Sergio masih sama seperti yang ia temui kemarin. Dia ramah dan senyumnya selalu merekah. "Nungguin temen, Kak," jawab Ayrish kemudian.
"Siapa? "
"Ah ini—sebenarnya temen gue yang nungguin Kak Rian." Ayris terpaksa berbohong karena ia tak mau cowok di depannya ini mengetahui jika dirinya ingin belajar bersama Aksa.
"Ohh... mau pulang bareng, nggak? "
Seandainya jika hari ini Ayris tak disuruh belajar bersama Aksa, pasti dengan senang hati Ayris menerima tawaran itu.
"Nggak usah. Kak Gio duluan aja."
"Beneran?" tanya ketua osis itu memastikan.
Ayris mengangguk dan berkata, "Iya."
"Ya udah gue duluan, ya." Lagi, Ayris mengangguk.
Setelah kepergian cowok itu, Rian—kekasih Dela juga keluar dari ruang osis. Cowok tampan itu menyambut kehadiran Dela dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Teen Fiction-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.