🎧 Mulmed : Mean It - Lauv
2560 kata. Jangan hoek ya
***
"For every second, you are my reason for breathing. For every moment, I love you."
***
Di depan kelas X IPA 5, Ayris mondar-mandir khas orang yang tengah dilanda kegugupan. Ia bahkan sampai meremas-remas ujung rok yang dikenakannya, tidak peduli bahwa setelah ini sandangnya akan kusut.
"Gila gue deg-degan banget, Del," katanya sembari mengibas-ngibaskan tangannya.
"Tumben, biasanya lo bodoamat sama nilai."
Pupil mata Ayris bergerak ke atas, dia tampak memikirkan sesuatu. Benar kata Della. Untuk apa dia secemas ini? Biasanya, setiap hari pembagian rapot tiba, gadis itu tidak pernah ambil pusing. Jangankan memikirkan nilai merah, Ayris justru asyik rebahan di rumah.
Namun, sensasi kali ini terasa berbeda. Ayris tak ingin melewati hari penting ini setelah dua minggu lamanya ia bekerja keras, memutar otak demi menadapt nilai maksimal. Suatu perubahan besar karena seorang Ayris Pelita Ayudya yang terkenal sangat malas, justru giat belajar untuk kenaikan kelas.
Entah dajjal apa yang merasukinya.
"Iya juga, ya? Hm entahlah."
Puncak kegugupannya terealisasi tatkala Hellen--bundanya keluar dari kelas sambil meneteng rapot berwarna biru gelap. Ayris tidak bisa meprediksi karena Hellen memasang wajah penuh teka-teki. Menahan penasaran setengah mati, gadis itu pun segera menghpiri ibu angkatnya itu.
"Bun ... gimana? Ayris naik kelas 11, 'kan? Nilainya gimana? Merahnya banyak kah? C nya dapet berapa? Terus gurunya tadi bilang apa?" Ayris memberondong pertanyaan bak polisi yang sedang menginterogasi tahanannya.
"Baca sendiri," balas Hellen terlampau dingin.
Lembar demi lembar Ayris buka. Seketika, matanya membelakak melihat kumpulan angka yang bertengger manis di kolom-kolomnya. Ayris melirik sampulnya. Benar, itu rapotnya. Bukan milik orang lain. Hanya saja....
"Eh anjir, kok bisa gini, Bun? Ini gurunya salah ketik kali, ya?"
Di sampingnya, Dela mengernyit heran mendengar penuturan dari sahabatnya. Sontak, gadis berbandana merah maroon itu merebut rapot Ayris.
"Lo pake dukun apa, woy?!" Bola mata Dela nyaris copot saking terkejutnya. Bagaimana tidak? Ayris berhasil memborong angka delapan dan sembilan di setiap mata pelajarannya. Yang paling mencengangkan adalah di mata pelajaran kimia, biasanya gadis itu selalu mendapat nilai C. Namun, kali ini abjad A yang bersinggah. Keajaiban dunia!
"Iya, Sayang ... itu nilai kamu. Bunda bangga bangettt." Hellen menghambur ke pelukan Ayris, tangannya bergerak perlahan mengelus puncak kepala putrinya.
"Huahuaaaaa nggak sia-sia Ayris jadi manusia nokturnal selama dua minggu ini," jawabnya hiperbola.
"Pertahanin, ya." Hellen kemudian menguraikan pelukannya. "Oh ya ... Bunda ada arisan. Kamu mau pulang sekarang bareng Bunda atau nanti?"
"Nanti aja, Bun. Mau minta trakitran cilok dulu ke Della." Hellen mengangguk, setelahnya ia beranjak pergi.
"Nggak kebalik? Harusnya gue yang minta traktir lo, oon!"
"Serah gue, dong!"
Dela menoyor pelan kepala Ayris. "Btw lo harus berterima kasih sama kak Aksa. Dia, 'kan yang selama ini ngajarin kimia ke lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Teen Fiction-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.