Jarum pendek pada jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Seperti biasanya, di jam segini Aksa akan malam malam sebelum ia harus pergi belajar. Dia tidak bisa berpikir jika perutnya masih kosong. Saat Aksa turun ke bawah-ruang makan, ia mendapati bi Inah yang sudah ada di sana dan sedang menata meja makan.
Aksa menarik kursi untuk ia duduki. "Makan apa malam ini, Bi?" tanya Aksa sopan. Baginya, bi Inah sudah seperti ibunya. Dia yang selama ini telah mengurus Aksa semenjak kepergian Viona-mama Aksa.
"Sayur sop kesukaan Den Aksa," ujar bi Inah yang dibalas senyuman tipis dari Aksa.
Belum sempat ia melahap masakan wanita paruh baya itu, kedatangan seseorang di hadapan Aksa membuat selera makannya hilang. Cowok berahang keras itu bangkit dari tempat duduknya dan berniat meninggalkan ruang makan.
"Aksa! Nggak sopan banget kamu!" seru seorang pria yang memakai pakaian rapi itu. Dia adalah Reno-ayah Aksa.
Aksa menghentikan langkahnya. "Saya harus ngapain?" tanyanya malas.
"Papa baru pulang, setidaknya kamu bisa menyambut Papa, bukan main pergi begitu saja."
"Oh. Ya udah. Selamat datang kembali di kediaman rumah Anda pak Reno Arsennio," balas Aksa dingin.
"Benar-benar kamu, ya! Nggak seharusnya kamu bersikap seperti itu sama saya! Ingat, kamu itu cuma anak-"
"Anak pungut?" Aksa memotong perkataan Reno. "Iya saya memang anak pungut. Kenapa Anda repot-repot pertahanin anak pungut seperti saya? Kenapa Anda nggak usir saya saja dari rumah mewah Anda ini?"
"Mama kamu di sana bakalan sedih kalau liat kamu bersikap seperti ini pada orang tuamu sendiri! "
"Jangan bawa-bawa mama dalam hal ini," tandas Aksa."Justru, mama akan sedih karena liat suaminya selalu mengekang anaknya tanpa mau perhatiin kemauannya."
Setelah mengatakan itu, Aksa benar-benar pergi. Bukan ke kamarnya, ia keluar dari rumahnya dengan membawa lamborghini hitamnya.
***
Lamborghini hitam milik Aksa membelah jalanan metropolitan. Amarahnya itu membuatnya harus mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang melebihi rata-rata. Aksa benar-benar gila, dia tak memikirkan nyawanya akan melayang mengingat padatnya kendaraan di kota Jakarta pada jam segini.
"Shit! Kenapa gue harus terlahir di dunia ini!" Aksa mencengkram erat kemudinya.
Aksa memang selalu merasa bahwa dirinya tidak diinginkan oleh semesta. Semenjak ia ditinggalkan oleh Viona-mama angkatnya, hidupnya berubah menjadi berantakan. Tak ada lagi yang memberi Aksa kasih sayang atau sekadar dengan memperhatikannya. Bahkan, Reno-ayah angkatnya menyalahkan Aksa atas kematian Viona. Semenjak itu pula, hubungan Aksa dan Reno kurang baik, ralat tidak baik. Reno yang selalu mengungkit-ungkit kematian Viona lalu menyalahkan Aksa, Reno yang selalu mengatakan bahwa Aksa hanyalah anak pungut, dan Reno yang selalu mengekang Aksa untuk menjadi seperti dirinya.
Benar, Aksa memang anak pungut, dan cowok itu pun mengetahuinya. Ia ingat betul, dulu Viona menolongnya saat ia mengalami kecelakaan ringan dan saat itu juga Viona langsung menganggap Aksa sebagai anaknya. Bukan tanpa alasan, karena pada saat itu wanita yang kini sudah bercampur dengan tanah itu baru saja ditinggalkan putranya, maka dari itu Viona mengadopsi Aksa untuk menggantikan posisi putranya.
Aksa tak mempermasalahkan jika dirinya hanyalah anak pungut, karena dulu Viona dan Reno sangat menyayanginya. Dari mereka berdua, Aksa mengetahui apa itu arti dari keluarga. Namun, saat Aksa menginjak kelas 3 SMP, dia dan Viona mengalami kecelakaan yang berujung maut. Ya, mamanya meninggal, sementara Aksa hanya luka-luka saja. Setelah insiden itu, kehidupannya pun berubah lagi seperti saat ia belum diadopsi oleh Viona dan Reno. Dia sendiri dan tak punya siapa-siapa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Teen Fiction-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.