Chapter 32 °Isak

1.6K 146 6
                                    

🎧 Mulmed : Let Me Love You - DJ Snake ft. Justin Bieber (Emma Heesters cover)

Vote kalian sangat berarti!

***

Alunan lagu mellow menggema di sepunjuru Kafe Florian yang terletak di sekitar daerah Jaksel. Memiliki suasana dan desain interrior yang elegan, membuat kafe itu menjadi tempat hits untuk para kaum remaja berkumpul atau berkencan. Beberapa pengunjung, acap kali tersenyum ketika bercengkrama dengan teman sebangkunya. Terkadang pula, para pasangan di sana menunjukkan sisi romantisnya.

Namun, tidak bagi gadis yang memadukan overall dengan kaus stripped shirt sebagai outfit-nya malam ini. Remang-remang cahaya yang menulusup ke manik matanya, justru membuat tatapan gadis itu semakin sendu. Ya, dia duduk sendirian, mendekap sunyi dan pilu.

"Ayris?" Seseorang menyapa gadis yang sedang tertunduk itu. "Boleh gabung, nggak?"

Sayup-sayup Ayris tersenyum, lalu detik berikutnya ia mengangguk.

"Lo kok sendirian aja?" tanyanya setelah mendaratkan bokongnya ke kursi.

"Lagi pengen aja, Nay. Hehe."

Entah mengapa Ayris merasa canggung lagi di dekat Kanaya, padahal tempo hari--saat lomba LCC pada Festival Champion School, keduanya sudah lumayan akrab. Apa karena pengakuan Kanaya bahwa ia masih menyukai Aksa?

"Gue minta maaf."

"Perihal?"

"Suka sama cowok lo."

Ayris menyeduh kopi panasnya seraya menyibakkan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya. "Kan udah gue hilang, Nay. Menyukai itu hak masing-masing orang. Selagi lo nggak main belakang, its oke. Gue nggak masalah."

"Lo nggak takut, suatu saat gue merebut Aksa?"

"Justru gue yang mau nanya, lo nggak mau ambil kesempatan untuk deketin kak Aksa? Mumpung gue sama dia lagi berantem."

Kanaya tertawa renyah, padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

"Suka nggak melulu terbalas, 'kan? Lagian gue tau diri, Aksa nggak mungkin suka sama gue. Dia cuman cinta sama lo, Ayris."

"Cinta, ya? Gue ragu soal itu." Ayris tersenyum getir.

"Masih soal taruhan?" tanya Kanaya yang dibalas anggukan kecil oleh Ayris.

Gadis berambut pirang itu mengganti posisinya agar menghadap Ayris. Lantas, ia berkata, "Lo nggak ada iktikad baik dengerin cerita dia dulu, Ris?"

Ayris membuang wajahnya, malas. Dela dan Kanaya sama saja. Tidak ada yang memihaknya. Padahal, di sini jelas, bahwa pacarnya itu yang bersalah.

"Sorry sebelumnya, Ris. Kemarin gue jalan sama Aksa, dia curhat ke gue tentang masalah itu. Lo tau alesan dia sebego itu naruhin lo?" Kanaya memberikan jeda terhadap ucapannya. "Karena saat itu dia lagi terpuruk, pikirannya kalut."

Ayris mengernyitkan keningnya. "Terpuruk?"

Aneh saja, setaunya kekasihnya itu hidup damai dan sejahtera. Banyak orang yang menyayanginya. Harta bergelimpangan ke mana-mana. Dan tentunya, banyak otak yang membuatnya mudah menyelasaikan setiap masalah. Oh ralat, masalah hati ia tidak bisa.

Bagaimana bisa Aksa terpuruk?

"Iya," jawabnya seadanya

"Terpuruk kenapa?"

"Gue nggak berhak ngasih tau." Wajah cantik Kanaya berubah serius. "Jadi, mau ya dengerin penjelasan Aksa dulu?"

Berpikir sejenak. Apa bisa Ayris mengikuti saran Kanaya, sementara hatinya terlanjur lara karena kesalahan fatal yang telah dilakukan Aksa?

ISAK (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang