🎧 Mulmed : Before You Go - Lewis Capaldi
Vote kalian sangat berarti!
***
Baru saja aku dibawa terbang. Namun, salahmu karena tak memberiku sayap. Hingga rasanya sesakit ini, tatkala tiba-tiba dihempaskan.
***
Sepanjang perjalanan pulang, Ayris terus merutuki hari sialnya ini. Bukannya mendapatkan kebahagiaan karena sedang berulang tahun, namun justru mala petaka yang berkunjung. Baik Aksa maupun Dela, tak ada yang mengucapkannya selamat atas bertambahnya umur Ayris.
Yang paling membuat gadis itu dongkol yaitu saat pulang sekolah. Ayris pikir, Dela ingin memberinya surprise, namun surprise macam apa karena ternyata sahabatnya itu justru mengajaknya memutari pusat perbelanjaan. Mencari jam bagus untuk diberikan kepada Rian. Bukan satu mall saja, lima mall sekaligus diterjang oleh cewek gila bernama Dela.
Lebih parahnya lagi, Dela tidak mengantarkanya pulang, gadis itu malah menyuruhnya naik ojol. Dasar sahabat dajjal!
"Assalamualaikum..." ucap Ayris ketika sampai di depan rumah.
"Waalaikumsalam." Hellen menyambut putrinya di depan pintu. "Kenapa mukanya ditekuk gitu?"
"Nggak tau, ah! Semua orang nyebelin," rajuk Ayris sambil melepas sepatunya.
"Nyebelin, ya? Hahahaha."
"Kok ketawa sih, Bun? Ayris lagi sedih ini." Huh, bahkan kini bundanya ikut-ikut menyebalkan.
"Terserah Bunda, dong. Mulut-mulut juga punya Bunda," balas Hellen yang membuat Ayris semakin geram. "Sana masuk kamar, terus bersih-bersih!"
"Laper tapi, Bun ... Ayris makan dulu, ya?"
"Nanti kamu juga bakal kenyang di kamar."
"Hihhh! Dikira kamarku restoran kali, ya."
"Udah, cerewet banget kamu, sih! Tinggal masuk kok ribet." Hellen mendorong-dorong tubuh Ayris untuk naik ke anak tangga yang menghubungkan kamar gadis itu.
Bunda kenapa, sih? Aneh banget. Batin Ayris.
Ceklek....
Anjrit! Keren banget! Siapa yang nyulap kamar gue?
Ya, setelah membuka pintu kamar, Ayris ternganga, kagum. Bagaimana tidak, kamarnya yang lusuh serta jauh dari kata indah dan rapi kini berubah menjadi istana layaknya negeri peri. Gadis berpipi chubby itu pun berjalan menuju sisi kamar yang dipenuhi balon-balon berwarna pink. Memegangi, memeluk, bahkan sampai menciumnya.
"Apa kak Aksa yang ngehias kamar gue?" Ayris bermonolog sendiri. "Tapi, ya kali? Tadi pagi aja songongnya minta digaplok gas elpiji."
Sibuk menerka-nerka, hingga akhirnya manik mata Ayris tertarik pada sebuah kertas yang tertempel di tembok dekat meja belajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISAK (Completed)
Teen Fiction-Belum direvisi Ketika kita dipertemukan kembali oleh takdir.