🌻71

36 6 0
                                        

[Sepuluh tahun yang lalu]

Sebelum naik pesawat, pramugari akan mengecek boarding pass penumpang. Itu sudah peraturan. Tapi yang terjadi sekarang, Elang malah kehilangan boarding passnya. Meski sudah mencari dengan teliti, pemuda itu tak menemukan benda penting itu di dalam tasnya.

"Maaf, sepertinya saya meninggalkannya di toilet tadi."

Karena kesalahan tersebut, Elang berbalik pergi. Sepertinya boarding passnya tertinggal di toilet, karena pemuda itu tadi sempat pergi ke sana untuk buang air kecil, mungkin... karena Elang juga tidak terlalu ingat.

"Lah, kok nggak ada?"

Elang sudah mencarinya ke semua penjuru toilet yang sempat ia singgahi, lalu pergi ke kursi tunggu sembari menunggu pesawat---sebentar... kursi tunggu?

Sekitar lima menit setelah dari toilet, Elang memang duduk di kursi tunggu, lalu...

"Mas tidak apa-apa?"

Elang bergegas menghampiri seorang pria bertubuh gempal yang duduk di ujung kursi karena tiba-tiba jatuh terduduk di lantai, terlihat kesakitan. Kedua tangannya memegangi leher, mata melotot, dan suaranya tercekat.

Melihat burger yang terjatuh di lantai dan terdapat bekas gigitan pada burger tersebut membuat Elang berasumsi bahwa pria gempal itu tersedak dan sekarang tengah mengalami... asfiksia?

Jika tidak segera ditangani, asfiksia bisa membuat seseorang kehilangan kesadaran, bahkan kematian.

"Tolong Masnya berdiri dulu."

Elang memberi interupsi. Meski kesulitan karena nafas yang tercekat, pria bertubuh gempal itu menurut. Setelah itu, Elang berdiri di belakang pria itu, lalu melingkarkan kedua lengannya di pinggang pria itu dan memeluknya dengan erat. Selanjutnya, Elang mengepalkan satu tangan tepat di atas ulu hati pria itu lalu menarik kencang kepalan menggunakan tangan satunya sekuat mungkin hingga menekan ulu hati---bisa dibilang itu adalah teknik heimlich maneuver.

"OHOK!"

Setelah melakukannya sebanyak 3 kali, potongan daging berukuran cukup besar yang tadi menyumbat, kini keluar dari tenggorokan pria itu dan jatuh ke lantai. Mungkinkah pria tadi makan dengan tergesa, sampai melupakan caranya mengunyah? Aish!

"Bagaimana? Sudah baikan?" Tanya Elang.

Pria itu mengangguk, masih terbatuk.

"Te-terimakasih."

Elang mengangguk seraya mengulas senyum.

"Semua penumpang XX293 menuju New York, Amerika, silakan menuju gerbang lima sekarang."

"Ah, saya harus pergi sekarang. Permisi." Kata Elang lalu bergegas pergi.

Sepertinya Elang melupakan sesuatu, tadi pemuda itu sempat mengeluarkan boarding pass miliknya. Dan tanpa sadar Elang malah meletakan benda tersebut di atas kursi kemudian bergegas menghampiri pria yang tersedak tadi untuk melakukan pertolongan pertama. Mendengar informasi penerbangan yang akan segera berangkat melalui speaker membuat Elang terlupa dan malah pergi begitu saja ke gerbang lima tanpa mengambil kembali benda penting tersebut.

Dan benar saja, Elang menemukan boarding passnya ada di kursi yang tadi ia singgahi.

"ELANG!"

Tadinya Elang sudah berencana berlari agar tidak tertinggal pesawat, namun belum sempat melakukan hal tersebut, suara yang begitu familiar memanggil namanya.

"Mbok Kasih?"

Begitu menoleh, Elang malah mendapati wanita tua dengan surai putih itu berlari lalu memeluknya, membuat pemuda itu agak kaget.

Irreplaceable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang