"Siapa?"
Begitu Pram selesai bertelepon, Yuta yang tadinya sedang berada di kolong mobil langsung menyembulkan kepalanya.
"Polisi."
Yuta melotot. "Kau buat masalah apa sampai ditelpon polisi segala?"
"Masih ingat dengan kecelakaan Jisnu dua hari yang lalu?"
Yuta mengangguk, lalu keluar dari kolong mobil.
"Aku lapor ke polisi biar si penabrak bertanggungjawab."
Dua hari yang lalu, Pram pergi ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian tabrak lari yang menimpa Jisnu. Pram menggunakan rekaman cctv yang ada di depan bengkel dan menyerahkannya kepada polisi untuk dijadikan sebagai barang bukti sekaligus untuk mencari pelaku lewat nomor plat mobil tersebut.
"Terus? Ketemu?"
"Iya, tadi Polisi ngabarin kalau pelakunya udah ketangkep dan aku harus ke sana sekarang. Pinjem motor, Yut."
Mobil Pram sekarang ada di rumah. Memang sih kalau jarak dari bengkel ke rumah tidaklah jauh, hanya berjalan seratus meter, lalu belok kiri masuk gang. Rumahnya pun tidak jauh dari gang. Akan tetapi motor Yuta kan ada, kenapa Pram harus merepotkan diri dengan berjalan kaki mengambil mobil di rumah segala?
Yuta meraba-raba saku celana wearpacknya, akan tetapi tidak menemukan kunci.
"Eh, kuncinya masih nyantol di motor kayaknya."
"Kebiasaan. Yaudah, aku pergi dulu. Titip bengkel ya."
"Siap, Bos. Kalau ada apa-apa langsung kabarin."
Pram hanya mengacungkan jempol.
"Lang, Om pergi dulu sebentar. Kalau April tanya, bilang aja Om lagi ada urusan negara."
"Oke, siap Om." Balas Elang seraya mengacungkan jempolnya.
"Loh, Bang Pram mau kemana, Lang?" Tanya Mahen kepada Elang. Tadi dia habis dari toilet soalnya.
"Urusan negara." Balas Elang seraya memompa dongkrak.
"Tch, urusan negara."
Lalu Mahen melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda tadi.
"Oh ya, Lang... perasaan ini belum waktunya libur sekolah, belum terima raport kan?" Tanya Mahen memulai percakapan.
Kebetulan mobil yang Mahen dan Elang kerjakan saat ini juga bersebelahan.
"Iya. Terus?"
"Besok kan udah Senin, mau balik ke Jakarta atau bolos aja sampai liburan abis? Lagian hari bebas juga kan?"
"Kok lo kepo sih?"
"Aku bukan ngepoin kamu, tapi April. Soalnya kalau April bakal di sini sampai liburan selesai kan aku jadi ada kesempatan buat deketin dia."
"Oh, jadi itu intinya?"
Mahen menaikan alis. "Kenapa? April masih jomblo, kan? Boleh dong kalau aku deketin."
"Nggak boleh. April punya gue. Lo cari cewek lain aja!"
"Tch, punya gue katanya? Emang April mau sama kamu? Dilihat dari visual aja, kau itu tidak masuk kriterianya April."
"Emang lo tahu kriterianya April kek gimana?"
"Ya jelas tahu lah. Aku sama April tuh udah kenal dari kecil. Dan tipe cowoknya itu ya yang kayak Bang Pram. Nah, udah jelas kan kau bahkan nggak mirip Bang Pram sama sekali. Badanmu ketinggian, dan kulitmu kegelapan. Belum lagi kau itu masih bocah. April lebih suka cowok dewasa yang umurnya lebih banyak dari dia, kayak aku ini misalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [END]
Romance🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...
![Irreplaceable [END]](https://img.wattpad.com/cover/108729465-64-k972972.jpg)