🌻65

44 6 0
                                        

"Aaron Sangga Shankara. Dia anakmu, Arnest."

Arnest memegangi kepalanya yang mulai berdenyut. Perkataan Karina seminggu yang lalu terus membuatnya kepikiran.

....

"Kau gila? Bukankah, dia anaknya pimpinan Shankara Group? Bagaimana bisa dia anakku?"

"Sebenarnya, Saga tidak pernah meniduriku, Arnest. Waktu itu, aku sengaja menjebaknya."

"A-APA?! Jadi, waktu itu kau membohongiku? Astaga, Karina! Kenapa kau melakukan itu?! Jadi, dia bukan anak kandung Tuan Shankara, tetapi anakku?"

"Benar. Dia anakmu, Arnest. Anak kandungmu."

"Kau gila! Bagaimana bisa---

"Kau tidak ingat? Sembilan belas tahun yang lalu, Hotel Z, kamar 404. Jangan bilang kau melupakan malam panas kita?"

"Apa maksudmu? Aku---sebentar! Jangan bilang wanita itu adalah kau?"

"Benar. Itu aku."

Arnest tercengang.

Sembilan belas tahun yang lalu...

Malam itu, Arnest mabuk berat. Biasanya, pria itu tidak mudah mabuk. Ada seseorang yang dengan sengaja memasukan sesuatu ke dalam minumannya.

Mungkin karena efek obat tersebut sehingga Arnest tidak mengingat dengan kejadian menarik tangan seorang perempuan, membawanya masuk ke kamar hotel, lalu melakukannya. Apalagi saat itu kondisi kamar remang-remang, sehingga Arnest tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.

Keesokan harinya, begitu Arnest terbangun, ia mendapati dirinya di atas ranjang hotel dengan kondisi tak mengenakan apa pun. Pakiannya berserakan di lantai. Arnest tidak mendapati seorang pun di dalam kamar itu selain dirinya sendiri. Berusaha sekeras apa pun, pria itu tak mengingat kejadian semalam. Kepalanya malah tambah mumet sampai rasanya ingin meledak.

Melihat noda darah di seprai, Arnest yakin jika yang ia tiduri malam itu adalah seorang gadis. Tapi siapa? Arnest tidak mengingatnya. Pria itu sudah mencoba mencari, namun tak berhasil mendapatkannya. Bahkan rekaman cctv hotel pun tidak bisa memberinya petunjuk. Seakan perempuan itu sengaja tidak ingin ditemukan.

Biasanya, Arnest yang akan meninggalkan teman tidurnya. Namun malam itu, malah sebaliknya. Membuat ego seorang Arnest si pemain wanita merasa direndahkan. Tch!

Setelah sembilan belas tahun berlalu, Karina baru menghubunginya untuk pertama kali, lalu memberitahu hal itu. Sebenarnya, apa tujuan wanita itu?

"Sebenarnya... apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"

Arnest memijit pelipisnya.

"Malam itu kau menelponku. Kau tampak kesakitan. Aku pikir, terjadi sesuatu denganmu. Namun siapa sangka begitu aku ke sana, kau malah menariku ke kamar lalu meniduriku. Sial! Aku jadi emosi lagi membayangkan kejadian itu. Gara-gara kau, aku tidak bisa mendekati Loga lagi. Kau menghancurkan semuanya Arnest!"

"Kenapa kau baru mengatakannya, Karina?"

"Karena jika dulu aku memberitahumu, kau pasti akan membuangku. Seperti yang kau lakukan kepada jalangmu yang lain."

"Lalu, apa tujuanmu mengatakannya sekarang?"

"Karena aku ingin kau mengetahuinya. Itu saja. Ngomong-ngomong... aku juga sudah memberitahu Shankara, kalau Aaron bukan anak kandungnya."

"Lalu, kau mengatakan padanya bahwa dia anakku? Kau gila!"

"Tidak. Aku tidak sampai memberitahu siapa Ayah kandungnya kok. Tapi... kupikir dia akan segera tahu. Hihi"

Irreplaceable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang