🌻84

32 4 0
                                        

Berbeda dengan suasana taman yang nampak dramatis dengan tangis. Sementara itu, di balik pohon dekat pagar pembatas ada dua orang yang terlihat sedang rusuh.

"Tuan Shankara mohon bersabar, oke?"

April mencegah Tuan Shankara yang hendak keluar dari persembunyiannya.

"Istriku menangis seperti itu dan kau malah menyuruhku bersembunyi?"

"Jika Tuan keluar menghampiri mereka sekarang, pasti suasana akan menjadi canggung. Jadi, jangan merusak suasana, oke?"

"Sebentar... ini terdengar aneh."

"Apa?"

"Kau memanggil Madira dengan sebutan Mama. Kenapa tidak begitu ketika memanggilku?"

"Anda mau saya memanggil Anda Mama juga?"

"Aish, bukan seperti itu. Maksudku... aih, sudahlah. Lupakan."

April berpikir cukup lama untuk memproses maksud Tuan Shankara.

"Ah, benar juga sih. Aneh kalau saya memanggil Anda dengan sebutan Tuan. Saya kan bukan bawahan Anda."

"Nah, itu kau tahu."

"Lalu, haruskah saya memanggil Anda... Papa mertua?"

"Ekhem," Tuan Shankara berdehem kecil, sebisa mungkin menahan senyumnya. "Terserah kau saja."

▪🌻🌻🌻▪

"Bagaimana perasaan lo?"

Elang menoleh, mengulas senyum sebelum menjawab.

"Perasaan gue? Ehm... rasanya lebih plong, badan kerasa jadi lebih enteng."

"Anjir, malah iklan."

Elang terbahak, lalu merebahkan kepalanya di bahu April. Saat ini, mereka berdua tengah duduk di kursi memanjang yang berada di sekitar pantai sambil menunggu sunset.

"Gue pinjem bentar." Ujar Elang pelan lalu memejamkan matanya.

April yang tadinya mau protes kini hanya berdehem. Membiarkan kepala Elang bersandar di bahunya. Gadis itu meraih tangan Elang kemudian menggenggamnya.

"Mau transfer kekuatan lagi?" Tanya Elang tanpa membuka matanya.

April hanya mengangguk seraya berdehem kecil. Ibu jarinya mengusap punggung tangan Elang yang berada di genggamannya. Sedangkan tangan kirinya kini terangkat, lalu menepuk-nepuk punggung Elang dengan lembut.

"Lo hebat. Gue bangga sama lo."

Mendengar penuturan April, perlahan Elang membuka kedua matanya dan seketika disambut cahaya jingga di ufuk barat.

"Dan gue jadi tambah sayang sama lo."

Sontak Elang mengangkat kepalanya dan dengan gerakan cepat menatap wajah April yang ternyata kini juga sedang menatapnya sambil tersenyum manis.

"Gue cinta sama lo."

Ketika April mengucapkan kalimat itu, rasanya jantung Elang seketika bertalu, berdebar luar biasa seperti hendak keluar dari tempatnya.

Saat ini wajah April yang tersorot cahaya sang surya terlihat begitu cantik dengan helaian rambut yang bergerak dramatis akibat hembusan angin.

Suara ombak yang menabrak batu karang, semilir angin yang berembus, ditambah sinar jingga dari sang surya yang menyorot ke arah mereka membuat suasana seketika berubah menjadi romantis.

Irreplaceable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang