🌻42

59 8 0
                                        

"April,"

Setelah mengetuk pintu, Jillian memanggil dengan suara lembut.

"April... makan dulu yuk, sayang."

Jangankan membuka pintu, bahkan Jillian tak mendengar jawaban April.

"Mama salah. Mama benar-benar minta maaf. April, buka pintunya ya, sayang... sebentar saja. Setidaknya April harus makan."

Tentu saja Jillian khawatir. Sejak kejadian siang tadi, April belum keluar kamar. Dan sekarang sudah waktunya makan malam. Berapa jam sudah April berada di dalam kamar? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan putrinya?

"April?"

Masih tidak ada jawaban. Jillian mendekatkan telinganya ke daun pintu. Begitu sunyi dan Jillian tidak berhasil menangkap suara sekecil apa pun dari dalam ruangan. Yang ia dengar malah suara hujan deras dan guntur. Ah benar. Sejak sore, hujan turun begitu lebat.

"Mama, April takut."

Seketika Jillian tersentak ketika teringat, saat masih kecil April takut dengan suara guntur.

Jillian mencoba membuka pintu, akan tetapi terkunci. Seketika dirinya panik dan berlari menuju ruang kerja Loga. Karena di tempat itu terdapat kunci cadangan untuk semua ruangan di seluruh kediaman Loga.

"Lian, ada apa?"

Belum sempat mencapai ruang kerja Loga, Jillian sudah bertemu dengan si pemiliknya.

"Loga, buruan ambil kunci cadangan kamarnya April."

Tidak banyak bertanya, Loga bergegas masuk ruang kerjanya. Mengambil kunci cadangan dan memberikannya pada istrinya.

Jillian bergegas pergi ke kamar April. Meski bingung, Loga tetap mengikuti langkah istrinya.

"Kok nggak bisa?"

Jillian menatap ke arah Loga ketika pintu masih sulit untuk dibuka.

"Sebentar,"

Loga meraih gagang pintu kemudian mendorongnya. Terasa berat, seperti ada benda yang menahan pintu tersebut dari dalam.

"Sial!"

Loga mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong pintu tersebut. Sudah terlihat celah, dan ternyata dugaan Loga benar. Pasti April sengaja mengganjal pintu kamarnya dengan meja belajar.

Pintu berhasil dibuka, Jillian bergegas masuk dengan Loga yang senantiasa mengikuti.

"April?"

Jillian melangkah mendekati ranjang yang terdapat gumpalan selimut di atasnya. Mendapati April yang tertidur membuat Jillian merasa lega.

Namun setelah diamati, Jillian merasa aneh ketika melihat wajah April yang nampak mengernyit tak nyaman. Lalu wanita itu menggerakan tangannya untuk menyentuh pipi putrinya.

Seketika kedua mata Jillian membulat ketika telapak tangannya merasakan panas.

"Ada apa, Lian?"

"April demam."

Sontak Loga meletakan telapak tangannya di dahi April. Panas. Sangat panas.

"Aku akan memanggil dokter."

Loga bergegas keluar.

"Ada apa, Pa?"

"April demam."

"Yaudah ayo kita ke RS. Al akan siapkan mobil."

Alaric sudah hendak pergi.

"Suruh dokternya kemari saja!"

Irreplaceable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang