🌻61

44 6 0
                                        

"Begitu lulus sekolah, pergilah ke Amerika."

"Saya tidak akan ke sana."

Saat ini, Elang berada di ruang kerja Tuan Shankara. Tadi ketika Elang hendak pergi, pria itu memanggil ke ruangannya. Ternyata untuk menyampaikan perihal tersebut.

"Aku sedang tidak meminta persetujuanmu."

"Begitu saya lulus, saya memang akan pergi dari rumah ini. Dan saya berhak memutuskan kemana saya akan pergi."

Elang hendak beranjak, namun suara Tuan Shankara langsung menginterupsi.

"Aku belum selesai."

Elang kembali duduk.

"Begitu menyelesaikan studymu, kau akan mengelola perusahaan cabang yang ada di Amerika. Menetaplah di sana dan hiduplah dengan baik. Ini demi kebaikanmu."

"Kebaikan saya?"

"Bukankah itu lebih baik daripada tinggal di sini? Aku sudah mengurus semuanya. Kau tinggal terima jadi, lalu hiduplah dengan nyaman di sana."

"Hidup dengan nyaman di sana? Wah! Gue sangat tercengang sampai mau gila rasanya." Gumam Elang dengan wajah dingin.

"Sebenarnya apa lagi yang Anda rencanakan wahai Tuan Shankara?"

"Aku hanya ingin kau bisa menjadi manusia yang berguna. Di sini bukan tempatmu."

"Saya tahu. Baik di rumah ini, mau pun Amerika bukan lah tempat saya. Sebelumnya, terimakasih atas kebaikan Tuan Shankara karena Anda begitu memikirkan masa depan saya. Tapi saya harus menolaknya. Biarkan saya memilih jalan hidup saya sendiri begitu saya lulus. Tenang, di masa depan saya tidak akan pernah merepotkan Anda lagi."

Setelah itu, Elang beranjak. Pergi meninggalkan ruangan itu.

"Jangan mendekati gadis itu lagi."

Aih, apa lagi coba?

Elang menggeram kesal. Setelah keluar dari ruangan Tuan Shankara, sudah disambut Nyonya Shankara di ruang keluarga.

Terpaksa langkah pemuda itu terhenti, lalu menoleh. Mendapati Nyonya Shankara duduk di sofa sembari menatap tak suka ke arahnya.

"Aku tidak akan memaksamu pergi ke Amerika jika kau tidak menginginkannya. Lagi pula, tempat itu terlalu mewah untukmu. Aih, suamiku terlalu baik hati. Tapi, satu hal yang harus kau lakukan. Jauhi putri bungsu Landro!"

Putri bungsu Landro? Maksudnya... April?

"Mengapa saya harus?"

"Selain tidak punya sopan santun, ternyata kau juga tidak memiliki otak."

Nyonya Shankara tersenyum meremehkan.

"Apa kau lupa dari mana kau berasal? Kau hanya anak haram yang lahir dari wanita jalang. Kau masih berpikir bisa bersanding dengan putri bungsu keluarga Landro? Kau sedang berimajinasi menjadi Cinderella atau apa? Ah, membayangkannya saja sudah membuat perutku sakit."

"Sebentar... apa gadis itu sudah tahu asal-usulmu? Ah, pasti belum. Jika sudah mengetahuinya, jangankan bersanding denganmu, berteman pun pasti tidak sudi, kan?"

"Apa Nyonya sudah selesai berbicara?"

"Belum. Kau harus mendengarkanku sampai akhir. Jauhi gadis itu atau aku akan membuat hidupmu semakin menderita."

"Saya rasa, itu kalimat terakhir Nyonya. Kalau begitu, saya permisi."

Elang kembali melanjutkan langkahnya, namun...

"Setidaknya kau harus memikirkan Simbok tercintamu itu, kan?"

Langkah Elang otomatis terhenti.

"Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan aku lakukan pada wanita tua itu jika kau berani melanggar perintahku."

Irreplaceable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang