"Sudah, Mbok jangan nangis terus. Udah bengkak loh itu matanya."
Sedari tadi Mbok Kasih terus menangis sambil mengobati luka di wajah Elang membuat pemuda itu tidak tega.
"Tuan Muda kok yo jahat banget. Dipikir wajah kamu samsak?"
"Hehe, kayaknya begitu."
"Kamu kok masih bisa cengengesan to, Lang padahal muka udah bonyok kayak gini."
"Kalau dibanding dulu, ini sih masih mending, Mbok."
Seketika Mbok Kasih tertegun dengan perkataan Elang. Wanita tua itu jadi teringat semenjak datang ke kediaman Shankara, hidup Elang menjadi sengsara. Mereka sering membuat pemuda itu terluka, baik fisik mau pun mental.
Nyonya Shankara yang begitu membenci Elang kerap kali menjadikan pemuda itu pelampiasan amarahnya. Wanita itu tidak segan mencambuk punggung Elang sambil melontarkan makian ketika dirinya merasa kesal. Begitu juga dengan Tuan Muda, yang ketika mendapat masalah malah menjadikan Elang sebagai pelampiasan amarahnya.
Sedangkan Tuan Shankara, meski mengetahui itu semua malah menutup mata dan telinga tanpa berniat mengulurkan tangan walau sekali.
"Aih, Simbok kok malah nangis lagi sih. Elang nggak papa kok. Beneran. Luka kayak gini besok juga sembuh."
Mbok Kasih menyeka air matanya, lalu mengusap kepala Elang. Menatap pemuda itu dengan perasaan bersalah.
"Maafin Simbok ya, Lang. Jika dulu Simbok lebih berani untuk menolak Tuan membawamu kemari, pasti kamu tidak akan menderita seperti ini."
Elang malah mengulas senyum. "Terimakasih ya, Mbok. Elang harap, Simbok berumur panjang dan sehat selalu agar bisa melihat Elang sampai sukses. Kalau Elang sudah punya banyak uang, Elang akan membawa Simbok pergi dari rumah ini, lalu gantian Elang yang akan merawat Simbok."
Penuturan Elang malah membuat Mbok Kasih semakin sesenggukan.
Elang merengkuh Mbok Kasih, membawa wanita tua itu ke dalam pelukannya.
Cukup lama Mbok Kasih menangis di pelukan Elang. Begitu tenang, wanita tua itu keluar dari kamar agar Elang bisa beristirahat. Tak lupa memberikan Elang paracetamol dan penahan nyeri untuk berjaga-jaga.
Elang meraih tas sekolahnya, mengeluarkan seragam serta pakaian yang Pram belikan waktu itu, lalu memasukannya ke dalam lemari.
Oh ya, fotonya!
Elang kembali membuka tasnya, mengambil dua lembar foto yang ia simpan dengan hati-hati di dalam tas sekolahnya.
Dua foto itu adalah foto yang di ambil ketika naik delman di pantai waktu itu. Yang satu foto bersama---yang ada Pram, Pak Kusir, April, dan juga dirinya. Sedangkan foto yang satunya adalah foto mereka berdua---April dan Elang yang sedang saling pandang.
Dalam perjalanan pulang dari pantai waktu itu, Pram sempat mampir untuk mencetak foto tersebut masing-masing tiga, untuk dirinya sendiri, April, dan Elang.
"Widih~serasi banget gila gue sama April. Bener kata Om Pram, kita udah kek model yang lagi iklan baju couple aja, ihirrr~"
Elang memutar kunci laci pada meja belajarnya, membukanya lalu mengeluarkan kotak persegi berukuran 20 cm berwarna hitam. Meletakannya di atas meja belajar kemudian membukanya.
Elang menyimpan dua foto tadi ke dalam kotak hitam itu. Sebenarnya Elang ingin sekali memasukan foto-foto tersebut ke dalam bingkai yang cantik lalu memajangnya di kamar.
Akan tetapi Elang terus teringat kalau kediaman Shankara bukan lah tempat yang aman, termasuk kamar yang ia tempati saat ini. Karena sewaktu-waktu foto-foto itu bisa terancam lenyap jika orang-orang rumah melihatnya. Apalagi jika orang itu Aaron. Wah, Elang bisa menebak pasti Aaron bakal iri dengki dan langsung menghancurkan foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [END]
عاطفية🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...
![Irreplaceable [END]](https://img.wattpad.com/cover/108729465-64-k972972.jpg)