🌻50

38 6 0
                                        

April memandangi rumah mewah, ah lebih tepatnya mansion di hadapannya. Agak tidak percaya jika bangunan semegah itu adalah tempat tinggal Elang, mengingat penampilan pemuda itu yang amburadul.

Tatapan April berpindah pada Jayden yang masih nangkring di atas motornya.

"Ngapain lo masih di situ? Buruan turun!"

"Gue tunggu di sini aja. Soalnya baru kemarin gue abis dari sini."

"Ya udah."

Tanpa rasa curiga, April memencet bel yang ada di pintu gerbang.

"Dengan siapa?"

Anjir, kaget gue!

Mendengar suara yang entah muncul dari mana, April jadi kaget membuat Jayden terkekeh pelan. Begitu melihat kamera yang ada di dekat gerbang, baru lah April paham. Rumah orang kaya memang berbeda. Padahal kediaman Loga juga tidak jauh berbeda.

"Saya April, teman sekelas---

"Eh, April?"

Perkataan April terpotong ketika mendengar suara yang familiar.

"Tunggu bentar, gue ke sana sekarang."

"Eh?"

April kaget dong waktu pintu gerbang tiba-tiba dibuka. Padahal kan dia belum menyelesaikan ucapannya.

"April,"

"Lah, kenapa si Aaron yang muncul?"

April bingung dong ketika melihat Aaron melambaikan tangan, lalu berlari ke arahnya. Maklum, jarak dari pintu rumah menuju gerbang kan jauh.

Sontak April menoleh ke Jayden yang diam-diam tersenyum dari kejauhan.

"Ayo masuk."

Aaron hendak menggandeng tangan April, namun gadis itu lebih dulu menghindar.

"Eh, enggak. Gue mau langsung bal---

"Lo tau dari mana kalau gue lagi sakit?"

Aaron sengaja memotong ucapan April untuk menahan gadis itu agar tidak bergegas pergi.

"Eh?"

Begitu melihat wajah Aaron yang nampak banyak bekas luka yang masih basah---terlihat seperti habis dihajar seseorang---baru lah April tersadar maksud perkataan pemuda itu.

"Anak Regen ngasih tahu lo? Aih, padahal gue baik-baik aja. Sorry ya, udah buat lo khawatir. Adeh, gue jadi kelihatan jelek banget ya? Padahal gue nggak mau muncul dalam keadaan berantakan gini di depan lo."

"Bentar, keknya gue salah alamat."

"Eh? Maksudnya?"

"Gue pikir ini rumah temen gue, ternyata gue salah. Kalau gitu, maaf ya, udah ganggu waktu lo. Gue cabut dulu, bye!"

April hendak berbalik, akan tetapi Aaron lebih dulu menahan lengan gadis itu.

Aih, apa lagi sih?

"Jadi, lo ke sini karena salah alamat? Bukan mau jengukin gue?"

April mengangguk. "Iya. Temen gue udah tiga hari nggak masuk. Jadi, gue berniat buat jenguk siapa tahu dia sakit."

Aaron tersentak mendengar penuturan April. Seketika dia teringat kalau April satu sekolah sekaligus sekelas dengan Elang. Dan sudah tiga hari ini Elang tidak masuk sekolah karena sedang menjalani hukuman di dalam loteng yang terkunci.

Padahal April tidak menyebut nama temannya, tapi entah mengapa Aaron merasa yakin kalau orang yang April maksud adalah Elang. Dan hal itu berhasil membuat Aaron terbakar cemburu.

Irreplaceable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang