"Tuan Logasenan Landro,"
Mendengar April memanggilnya dengan nama lengkap, bahkan disertai embel-embel 'Tuan' membuat Loga yang sedang menyesap kopinya langsung tersedak, sontak menoleh ke April. Begitu juga dengan Jillian yang hampir menyelesaikan sarapannya langsung menoleh ke April.
Perasaan Loga jadi tidak enak, karena biasanya ketika April sudah memanggilnya dengan nama lengkap apalagi disertai dengan 'Tuan' pertanda gadis itu sedang marah kepadanya.
"Mengapa Anda meminta Elang untuk berhenti menjadi pilot pesawat tempur? Anda pasti tahu, untuk menjadi pilot pesawat tempur tidak lah mudah. Serangkaian tes, latihan fisik, dan banyak hal yang sudah Elang lalui hingga berhasil hingga sampai di titik ini. Dan sekarang Anda malah menyuruhnya berhenti begitu saja dengan dalih syarat untuk memberi restu?"
Nah kan, benar. Sebenarnya Loga sudah curiga dengan kedatangan April ke rumah tengah malam lalu menginap, padahal bukan hari libur. Apalagi jarak dari kediaman Loga dengan tempat kerja gadis itu tidaklah dekat. Hal yang tidak biasa April lakukan.
Jangankan di hari kerja, hari libur atau akhir pekan saja, jika tidak dipaksa oleh Jillian, April belum tentu mau datang ke kediaman Loga dengan alasan mager. Nah, tadi malam putrinya itu malah mendadak datang---tengah malam lagi, lalu menginap. Dan benar saja, ternyata ada udang dibalik batu.
"Ah, jadi bocah itu mengadu?"
"Tidak. Bukan Elang, melainkan Nyonya Shankara."
"Sebenarnya ini ada apa ya? Bisa jelaskan pada Mama?"
Jillian yang tidak tahu apa-apa merasa penasaran dan ingin diikutsertakan ke dalam percakapan.
"Mama tanya saja kepada suami Mama." Balas April sambil menatap sengit ke arah Loga. "Jika tidak mau merestui hubungan April dan Elang bilang saja. Tidak perlu mengajukan syarat menyebalkan seperti itu juga." Ketus April membuat Loga tersentak, sedangkan Jillian sudah mendelik ke suaminya, seakan mengatakan... apa yang kau lakukan pada putriku, hah?!
"Syarat menyebalkan apa sih, Pril? Papa meminta bocah itu berhenti dari pekerjaannya karena Papa tidak ingin putri Papa menjadi janda dalam waktu dekat."
Perkataan Loga membuat April dan Jillian mendelik.
"Maksud Papa apa sih?"
"Menjadi Perwira TNI memang tugas yang mulia, tapi risikonya juga tinggi, Pril. Jangankan ketika menjalankan misi, ketika latihan saja sudah berbahaya sampai bisa mengancam nyawa, apalagi pilot pesawat tempur. Dia bisa mati kapan saja."
April mendelik mendengar perkataan Loga. Tentu saja April paham akan hal itu, tapi bahasanya dijaga dong! Mati? Nggak bisa diperhalus menjadi wafat kah? Aih, April benar-benar tidak menyukai kata-kata itu, apalagi jika disangkutkan dengan Elangnya. Tsah!
"Sebagai perwira, artinya jiwa dan raganya sudah menjadi milik negara. Dia harus selalu siap jika negara membutuhkannya kapan pun itu, dan itu artinya kamu akan selalu menjadi yang kedua. Hal itu membuat Papa tidak rela. Enak saja, suami kamu lebih memilih negara ketimbang istrinya sendiri."
Ya memang sih, membela negara adalah tugas yang sangat mulia. Karena dengan melindungi negara artinya juga melindungi rakyat di dalamnya, termasuk dirinya dan keluarganya. Loga akui itu.
Tapi Loga tetap tidak bisa menyerahkan April kepada seorang pria dengan profesi perwira. Lebih tepatnya tidak sanggup. Bayangan hal menyeramkan dan pekerjaan berbahaya menyangkut Perwira TNI sudah membuat Loga merinding sendiri, khususnya pilot pesawat tempur. Loga hanya tidak ingin putri kesayangannya hidup dengan perasaan was-was dan diliputi rasa cemas setiap suaminya pergi bertugas ke medan tempur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [END]
Roman d'amour🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...
![Irreplaceable [END]](https://img.wattpad.com/cover/108729465-64-k972972.jpg)