Pembicaraan dengan kedua orang tua April waktu itu, ternyata tak berjalan mulus. Untuk Jillian tidak masalah, karena wanita itu memberikan restunya dengan mudah. Masalahnya ada pada sang kepala keluarga, Logasenan Landro.
"Aku akan mengajukan dua syarat."
Usai makan malam bersama, Loga menyuruh April untuk masuk ke kamar, sementara Loga mengobrol berdua dengan Elang, berbicara empat mata di ruang kerja Loga.
"Berhentilah dari pekerjaanmu, lalu jadilah penerus Shankara Group."
"Aku hanya tidak ingin putri kesayanganku menjadi janda dalam waktu dekat."
"Kau pasti sadar kan, menjadi perwira berarti menyerahkan jiwa dan raganya untuk negara? Dengan kata lain, istrimu akan menjadi nomor dua. Aku tahu pekerjaanmu saat ini sangat mulia. Tapi sebagai Ayah, aku tidak ingin putriku di nomor duakan oleh suaminya. Apalagi kau seorang pilot pesawat tempur, yang bisa kehilangan nyawa kapan saja, entah saat menjalankan misi mau pun latihan. Maka dari itu, aku memintamu untuk memutuskan."
Bohong jika Elang tidak mumet. Pria itu sangat mencintai April, jadi sudah pasti tidak akan melepas gadis itu begitu saja. Baiklah, soal berhenti menjadi pilot pesawat tempur, Elang masih bisa mempertimbangkan, meski berat karena dirinya sudah terlanjur menyukai profesinya saat ini.
Jika itu benar terjadi, mungkin nantinya Elang akan pergi ke salah satu maskapai untuk mendaftar sebagai pilot pesawat komersial. Setidaknya, profesinya masih tetap menjadi seorang pilot.
Tetapi untuk menjadi penerus Shankara Group... memikirkannya saja Elang tidak pernah. Bahkan dirinya sudah tak mau lagi berurusan dengan keluarga tersebut, lebih tepatnya tidak sudi.
Tapi...
"Aku tidak memaksamu. Itu pilihanmu. Tapi, itu juga syaratku untuk memberi restu. Ah, satu hal lagi. Buatlah dirimu akur dengan kedua orang tuamu. Aku tidak ingin putri kesayanganku tidak disayang mertua karena suaminya saja tidak akur dengan kedua orang tuanya."
"..., 195, 196, 197..."
Akur dengan orang tua? Tch, emangnya gue punya orang tua?
"..., 199, 200! Stop wey! Udah 200! Mau nambah berapa lagi lo?"
Sepertinya Elang tidak mendengar seruan Samuel---yang tadi dimintai tolong untuk menghitung---sehingga masih melanjutkan push-up nya tanpa berniat berhenti, seakan tenaga pria itu masih banyak meski sudah melakukan 200 kali push-up.
Kebiasaan Elang---semenjak bergabung dengan Angkatan Udara---ketika kepalanya sedang mumet karena banyak pikiran, pria itu lebih memilih melampiaskannya dengan push-up. Karena bagi Elang, meski kepala mumet, dia tetap bisa melakukan hal yang berguna---untuk ototnya---dari pada melamun. Dia takut kesurupan.
BUGH!
Elang seketika beranjak, berdiri tegap seraya menatap tajam Samuel yang barusan menggeplak belakang kepalanya.
"Mau sparing?"
Seketika pria yang mengenakan headband itu merinding. Ada apa dengan temannya itu? Kenapa semakin hari auranya semakin menyeramkan saja?
"Enggak dulu. Gue sibuk!"
Samuel bergegas berbalik, belum sempat melangkah, kerah bagian belakang seragamnya sudah ditarik Elang.
"Ampun, Kapten!"
Elang sudah mengangkat tangan kirinya, hendak menempeleng kepala Samuel. Namun...
"Lapor, Kapten!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [END]
Lãng mạn🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...
![Irreplaceable [END]](https://img.wattpad.com/cover/108729465-64-k972972.jpg)