Jika mengingat April pernah menangis sampai seharian karena kepergian Elang sepuluh tahun yang lalu, seharusnya hari ini menjadi pertemuan yang mengharukan. Namun begitu melihat wajah Elang sekarang, mengapa April justru merasa sebal?
Setelah kabar kecelakaan pesawat sepuluh tahun lalu, April tidak mendapat kabar lagi mengenai Elang. April memang sempat mendengar kabar kalau ternyata Elang tidak ada dalam daftar penumpang di pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut---di duga karena suatu kesalahan petugas.
Akan tetapi, hanya itu yang April dengar. Karena setelahnya, April tidak pernah bertemu lagi dengan Elang, atau sekadar mendengar kabar mengenai pria itu. Seakan-akan, Elang hilang bagai ditelan bumi. Dan sekarang... bagaimana bisa setelah sepuluh tahun menghilang, pria itu baru muncul dengan wajah tengil seperti itu? Benar-benar menyebalkan.
"Eheyyy, biasa aja dong ngeliatnya~ Ah, emang sulit sih ngalihin pandangan dari wajah gue yang gantengnya tak berujung ini. Dan tadi kalau nggak salah denger, lo bilang kalau gue suami lo? Akhirnya, setelah ribuan purnama, lo mengakuinya juga."
April menghela napas, lalu tersenyum lebar. Elang yang sudah lama tidak melihat pemandangan itu jadi ikutan tersenyum juga. Namun, detik berikutnya...
"Akh!"
Elang mengaduh kesakitan karena barusan tulang keringnya ditendang cukup keras oleh April.
"Rasain! Ayo, Jeno. Kita pergi dari sini!"
April menggandeng tangan Jeno, membawa bocah laki-laki---yang masih belum paham situasi itu---pergi meninggalkan Elang yang masih memegangi tulang keringnya.
"April, tunggu! Habanero!"
April mengabaikan panggilan Elang. Terus melangkahkan kedua kakinya seraya menggerutu kesal.
"Bisa-bisanya setelah sepuluh tahun ngilang tiba-tiba muncul dengan wajah tengil kek gitu?! Aish! Nyebelin banget sumpah!"
"Kak April kenapa?"
Jeno mendongak. Tidak paham karena April berbicara dengan cepat dan tidak terdengar jelas seperti sedang kumur-kumur.
"April."
Elang menyusul April yang sudah berjalan melewati pintu kafe.
"Tungguin dong~"
Karena April tidak mau berhenti, alhasil Elang menahan lengan gadis itu.
"Lepas!"
"Bocah itu... beneran anak lo, Pril?" Tanya Elang seraya menunduk, melihat ke arah Jeno.
"Iya, dia anak gue."
"Lepasin tangan Kak April."
Jeno mendorong paha Elang. Maklum, tinggi Jeno bahkan tidak mencapai pinggang Elang. Bukan Jeno yang pendek, melainkan Elang saja yang terlalu tinggi. April yang tingginya 1,67 m saja hanya sebatas dadanya Elang.
"Kak April?"
Elang menaikan sebelah alisnya.
"Jenooo."
April menoleh ke Jeno, memperingati.
"Eh, maksud Jeno... Mama! Lepasin tangan Mama!"
Elang melepas genggamannya di lengan April.
"Ya ampun, kalau gue ketawa dosa nggak sih? Anjirlah, Pril... lo kalau mau ngibul pinteran dikit dong. Briefing dulu kalau bisa. Terus, jan nyuruh anak kecil buat bohong juga. Dosa! Perasaan gue sebagai calon masa depan lo nggak pernah ngajarin yang enggak-enggak deh."
"Tch, masa depan lo bilang! Aish! Dah ah, Ayo Jeno. Dia orang jahat. Jangan deket-deket sama dia."
April mengajak Jeno pergi. Tentu saja Elang masih mengikuti, berjalan bersisian dengan April.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [END]
Romance🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...
![Irreplaceable [END]](https://img.wattpad.com/cover/108729465-64-k972972.jpg)