"Sejak kemarin aku merasa penasaran. Sebenarnya, apa yang membuatmu kemari?"
"Memangnya perlu alasan untuk menemui suami sendiri?"
Jillian mengambil piring, menyajikan nasi goreng untuknya dan Loga.
Pram? Sejak kedatangan Jillian, pria itu lebih memilih menginap di bengkel, membiarkan pasangan suami istri itu berduaan di rumahnya. Bukan karena belum move on, lebih tepatnya tidak ingin menjadi nyamuk.
"Benar-benar ingin menemuiku? Bukan Pram---Aw!"
Loga mengelus keningnya yang baru saja diketuk sendok oleh Jillian.
"Kenapa kau memukulku?"
"Katanya, remot tv kalau tidak bisa mengganti chanel harus digeplak dulu biar berfungsi. Dan barusan aku mencobanya di kepalamu. Nah, bagaimana? Sekarang otakmu sudah berfungsi, kan?"
"Ini kepala loh, Lian... bukan remot yang kau maksud."
Jillian masa bodo, lalu melahap nasi gorengnya.
"Kemarin... apa kau mendengar semuanya?"
Jillian mendongak, menatap Loga yang sedang menanti jawabannya.
"Maksudmu, percakapanmu dengan Pram?"
Loga mengangguk.
"Ah, sedikit. Ketika kau mengatakan... Aku menyesal. Nah, dari situ aku mulai menguping."
"Itu artinya kau mendengar semuanya. Aish, membuatku malu saja."
Loga memalingkan wajahnya membuat Jillian terkekeh.
"Menurutku itu tidak memalukan. Justru kau gentle. Tidak semua orang yang melakukan kesalahan berani mengatakan kalimat itu. Meski sangat terlambat, setidaknya kau sudah mencoba.
Selanjutnya, kita serahkan saja kepada Pram. Dia mau menerimanya, atau tidak. Yang terpenting, mulai sekarang, kau tidak boleh mengusiknya lagi. Bila perlu, bersikap baiklah padanya. Pram adalah penolong kita. Kau harus mengingatnya sampai mati. Mengerti?!"
"Iya iya."
"Bagus. Suamiku memang hebat. Sudah banyak berkembang, tidak mudah meledak lagi. Setidaknya kau sudah menahannya. Terimakasih." Kata Jillian seraya mengulas senyum manis membuat wajah Loga auto merah karena salting.
Suamiku? Wah... Loga beneran baper mendengarnya.
"Sebagai ucapan terimakasih, bagaimana jika kau membantu menyuapiku, istriku? Kau lihat sendiri kan, tangan kananku masih belum boleh banyak bergerak."
Loga memasang wajah memelas membuat Jillian berdecih pelan. Akan tetapi wanita itu tetap menuruti permintaan suaminya.
"Ah, aku hampir lupa."
Jillian meletakan sendoknya di atas piring lalu beranjak.
"Mau kemana? Aku belum selesai."
Loga menahan lengan Jillian, karena nasi gorengnya masih banyak. Baru juga tiga suap masuk ke mulutnya.
"Sebentar, aku tidak akan lama."
Lalu Jillian pergi begitu saja.
"Lian tega sekali. Padahal aku sangat lapar."
"Baru ditinggal sebentar saja sudah merajuk."
Loga menoleh, mendapati Jillian kembali dengan membawa dua amplop berwarna putih. Lalu wanita itu duduk di sebelah Loga.
"Kemarin, Hendry memberikan ini padaku. Katanya kau yang menyuruhnya."
Loga mengamati tulisan pada amplop itu, seketika dia teringat ucapannya pada Hendry kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [END]
Romansa🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...
![Irreplaceable [END]](https://img.wattpad.com/cover/108729465-64-k972972.jpg)