Memasuki hari ketiga, tempat pertama yang dikunjungi peserta studytour adalah Museum Brajasandi. Di sini siswa dapat belajar perjuangan masyarakat Bali dalam mempertahankan kemerdekaan di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai. Dilanjutkan ke Pantai Kuta dan Pantai Pandawa.
Selama di pantai, siswa mengamati gelombang pantai untuk dikaitkan dengan materi pelajaran Fisika. Di samping itu, karena bertemu banyak wisatawan mancanegara, siswa mempraktikkan speaking in English dengan wisatawan.
"Guys, kalian lihat cowok yang pegang kamera di sana?"
Dinda menunjuk ke arah bule tampan yang mengenakan celana pendek selutut, atasannya hanya menggunakan kemeja lengan pendek berwarna putih tulang dengan motif pohon kelapa berwarna hitam. Kancingnya sengaja tidak dikaitkan, sehingga tubuh bagian depannya kelihatan, menampilkan kulitnya yang putih mulus dengan pahatan kota-kotak di perutnya. Pria itu terlihat sedang melihat hasil dari jepretannya.
April dan Syakilla mengikuti arah pandang yang ditunjuk Dinda, lalu bergumam sambil menganggukan kepala.
"Sumpah ganteng banget. Lihat, abs nya kelihatan. Berapa kotak itu? Enam? Delapan... apa sepuluh wey---Aw!"
Dinda mengelus keningnya yang baru saja kena sentil Syakilla.
"Sing eling to, Din!"
Dinda cuma nyengir. "Bantuin gue foto sama cowok itu yuk! Sekalian praktik ngomong inggris gitu. Lo kan paling pinter, Kill... yuk ah, bantuin~"
"Udah lah, Kill turutin aja sebelum tantrum." Kata April.
"Iya, Kill... ayo bantuin gue, pleaseee~" Dinda langsung pasang puppy eyesnya dong.
"Ish iya iya. Ayo!"
"Asiiik!"
Dinda girang banget dong sampai menarik tangan Syakilla menuju pria tadi.
"Lah, Pril napa lo diem aja?" Teriak Syakilla ketika menoleh ke belakang malah mendapati April yang anteng di tempat semula.
"Kalian aja. Gue tunggu sini."
Meski berat hati, Syakilla meninggalkan April sendirian, karena tangannya sudah ditarik oleh Dinda.
"April,"
Mendengar suara familiar, April menoleh.
"Lah, dia lagi." Gumam April malas ketika melihat Aaron berjalan ke arahnya seraya tersenyum lebar.
Di hari pertama di Bali, setelah mengunjungi Bedugul, April bertemu Aaron di pusat oleh-oleh. Itu pun, Aaron dulu yang mengenali ketika April sedang sibuk membeli oleh-oleh. Maklum, ada banyak nama yang sudah April list untuk diberi oleh-oleh.
Bahkan, Aaron mau membayar semua belanjaan April, sudah memberikan kartu debitnya kepada kasir. Namun gadis itu mengambil alih kartu debit Aaron, memilih membayar menggunakan uangnya sendiri. Begitu selesai melakukan pembayaran, baru lah April mengembalikan kartu debit milik pemuda itu.
"Kok sendirian aja? Gue temenin ya."
"Aih, mending lo gabung sama temen lo sendiri aja sana."
"Lo kan temen gue juga. Ah, jangan-jangan selama ini lo nganggep gue bukan temen?"
"Iya, gue emang nggak pernah nganggap lo temen."
"Kalau bukan temen... pacar?"
April menghela napas malas. "Temen aja enggak apalagi pacar."
Aaron malah nyengir. Tidak peduli dengan April yang risih dengan kehadirannya.
"Apa?"
April heran ketika Aaron menjulurkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [END]
Lãng mạn🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...
![Irreplaceable [END]](https://img.wattpad.com/cover/108729465-64-k972972.jpg)