🌻55

38 6 0
                                        

Setelah mengantar Jillian dan Loga ke Bandara, sebelum pulang ke rumah, Pram mampir dulu ke supermarket karena stok bahan makanan di kulkas sudah kosong. Sabun mandi dan sabun cuci juga sudah habis.

"Gawat,"

Pram tidak menemukan dompetnya, mungkin tertinggal di dalam mobil? Bisa jadi. Padahal saat ini belanjaannya sudah dipindai dan Mbak kasir sudah menunggu Pram untuk membayar.

"Sebelumnya, saya minta maaf... dompet saya tertinggal. Jika boleh saya hendak mengambil---

"Maaf menyela, apakah boleh menggunakan kartu debit?"

Pram agak terkejut melihat kemunculan Bu Prita yang bisa dibilang tiba-tiba di timing yang sangat pas.

"Tentu boleh, Kakak."

Jawaban Mbak kasir membuat Bu Prita menyerahkan kartu debitnya.

Begitu menyelesaikan pembayaran, Bu Prita pergi lebih dulu, membuat Pram bergegas menyusul.

"Bu Prita,"

Bu Prita menoleh, mendapati Pram yang sudah berjalan di samping kanannya.

"Sebelumnya terimakasih, saya akan mengganti---

"Tidak perlu, Pak Pram. Anggap saja kita impas. Dulu, Pak Pram juga pernah melakukan hal yang sama untuk saya. Permisi."

"Sebentar,"

Pram menahan tali tas selempang milik Bu Prita membuat perempuan itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh.

"Apa saya membuat kesalahan?"

"Tidak. Saya hanya sedang terburu-buru. Jadi, bisakah Anda melepaskan saya?"

"Tidak."

Kedua mata Bu Prita membulat lucu.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Entah mengapa tatapan Pram membuat Bu Prita goyah, perempuan itu akhirnya mengangguk lalu mengikuti Pram. Pria itu meletakan belanjaannya ke mobil dahulu, sekalian mengambil dompetnya, lalu mengajak Bu Prita ke kafe yang ada di sebelah supermarket.

"Beberapa hari ini, Bu Prita menghindari saya. Apa saya melakukan kesalahan?"

"Tidak. Anda salah paham."

"Sekarang pun, Anda melakukannya." Kata Pram karena Bu Prita terlihat tidak mau menatap wajahnya.

"Apa Bu Prita sudah tidak menyukai saya lagi?"

Bu Prita malah menunduk, memainkan jemarinya di bawah meja seperti anak kecil.

"Jika Bu Prita lelah karena menunggu saya yang terlalu lama tidak kunjung memberi kepastian, saya minta maaf. Jika Bu Prita sudah tidak menyukai saya lagi, tak apa. Sekarang, giliran saya yang akan mengejar Bu Prita."

"Eh?"

Bu Prita langsung mendongak, wajahnya yang terlihat terkejut membuat Pram gemas. Bagaimana bisa wajah perempuan berusia dua puluh tujuh tahun masih terlihat menggemaskan seperti itu?

"Sepertinya, saya sudah menyukai Bu Prita sejak lama. Hanya saja, saya terlalu pengecut untuk mengakuinya."

"Apa maksud Anda Pak Pram? Bukankah Anda mengatakan... tidak menyukai saya?"

Pram membuka dompetnya, lalu mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompet tersebut.

"Darimana Anda mendapatkan ini?"

Bu Prita terlihat sangat terkejut melihat foto dirinya yang masih mengenakan seragam SMA. Dari mana Pram memilikinya?

"Mungkin Bu Prita lupa dengan pertemuan pertama kita."

Irreplaceable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang