"Padamkan apinya dan evakuasi semua orang!"
Para petugas damkar dan paramedis berlarian memberikan penyelamatan. Terjadi kebakaran dua rumah warga, diduga akibat korsleting listrik.
Dengan cekatan Paramedis ikut membantu petugas damkar mengevakuasi serta memberi perawatan dan pertolongan pertama kepada para korban.
Memberikan bantuan alat pernapasan kepada korban yang mengalami kesulitan bernapas karena menghirup banyak asap. Untuk luka bakar ringan---mendinginkan dengan air dingin lalu menutup luka bakar menggunakan kasa steril agar tidak infeksi. Dan segera mengangkut korban yang terluka parah masuk ke ambulans lalu membawanya ke rumah sakit terdekat.
Petugas medis rumah sakit yang memang sudah diberitahu akan datang pasien kebakaran menyambut kedatangan ambulans, membantu paramedis 119 membawa pasien yang terbaring di atas brankar masuk ke ruang UGD.
"Seorang pasien dengan luka bakar tingkat 1, dan dua pasien dengan luka bakar tingkat 2. Ada satu pasien tingkat 3 yang terbakar seluruh tubuh."
April memberi informasi pasien kepada tenaga medis rumah sakit.
"Pasien tingkat 3 pergi ke ruang hybrid, dan sisanya pergi ke sana." Jelas seorang dokter pria, menunjuk bangsal ER.
Begitu memastikan pasien itu diperiksa dan mendapat perawatan, April beranjak pergi.
"April."
Langkahnya yang sudah sampai di lobi terhenti. Gadis yang mengenakan seragam dan rompi berwarna biru tua itu menoleh, mendapati Jayden yang masih mengenakan seragam OK nya berjalan menghampirinya.
Seketika April mengangkat tangan kanannya sebentar.
"Oho, Pak Dokter!"
"Ikut gue!"
Jayden menarik lengan April.
"Eh, lepas woy! Gue sibuk!"
"Bentar, obati luka di pipi lo dulu, baru gue lepas."
"Eh?"
April bahkan tidak sadar jika pipi sebelah kirinya terdapat luka goresan. Mungkin luka itu ia dapatkan ketika membantu mengevakuasi para korban kebakaran.
"Idih, luka kecil doang. Iya iya."
Melihat tatapan Jayden yang menyeramkan membuat April menurut, duduk dengan tenang di pinggiran bangsal sementara Jayden mengobati luka di pipi kiri gadis itu, membersihkannya dengan cairan antiseptik kemudian mengoleskan salep antibiotik, terakhir menempelkan plester.
"Oke, beres."
"Tengkyu."
April beranjak. Jayden mengikuti langkah gadis itu.
"Gue anter sampe depan."
"Dih, gue udah apal letak pintu keluar. Jadi, lebih baik Pak Dokter urus pasien aja!"
April mengibaskan tangannya membuat Jayden terkekeh. Tentu saja pria itu tidak menurut, dan malah berjalan bersisian dengan April.
"Syakilla udah lahiran. Nggak ada niatan mau jenguk?"
"Udah lahiran?!"
April melotot. Kaget. Perasaan kemarin baru nikah, menurut April. Padahal kenyataannya, sudah setahun lewat. Wkwk
"Kapan?"
"Dua hari yang lalu."
April langsung melebarkan senyum, kedua matanya berbinar-binar.
"Oho! Cewek apa cowok? Sehat kan? Sekarang masih di RS apa udah balik?"
"Cewek. Sehat. Udah balik ke rumah, kata Dinda. Lo nggak baca grup?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable [END]
Lãng mạn🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...
![Irreplaceable [END]](https://img.wattpad.com/cover/108729465-64-k972972.jpg)