🌻33

60 9 0
                                        

"Naik bus tanpa pengawasan orang dewasa. Apa kalian tahu hal itu sangat berbahaya? Bagaimana jika ada orang jahat yang berniat mencelakai kalian? Apa kalian tidak pernah mendengar kalau di kendaraan umum seperti itu sering terjadi kasus pencopetan?"

Meski mengomel, Pram tidak menghentikan gerakan tangannya untuk menyiapkan makanan.

Pram belum sempat pergi berbelanja, sehingga pria itu hanya bisa menggunakan bahan seadanya yang ada di dalam kulkas, membuat tumis pakcoy dan telur goreng mata sapi. Untung masih ada nasi di dalam rice cooker. Tak lupa, Pram juga membuatkan teh hangat untuk April dan Elang.

"Lalu, berjalan kaki dari pemberhentian bus sampai rumah tanpa pengawasan orang dewasa. Kalian tidak tahu hal itu sangat berbahaya? Apalagi ini sudah tengah malam. Bagaimana jika tiba-tiba ada orang jahat yang mau menculik kalian? Mengapa tidak menelpon Ayah dan meminta jemput?"

"HP Ayah nggak aktif."

Cicit April membuat Pram tersentak. Pria itu terlupa kalau dirinya sudah mengganti nomor teleponnya, sengaja tidak mengabari April dan malah kabur ke Yogyakarta.

"Tetap saja. Aih, sudahlah... Makan dulu. Kalian pasti lapar."

Perkataan Pram membuat April dan Elang yang tadinya menunduk kini mengangkat wajah.

Mendapati makanan yang sudah disuguhkan oleh Pram membuat April dan Elang tak segan untuk melahap makanan tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri, dua remaja itu memang merasa lapar setelah melakukan perjalanan jauh.

Tadi April dan Elang memang sempat makan pop mie dan minum teh hangat saat di rest area, tetapi tenaga mereka kan sudah terkuras akibat berjalan kaki menuju rumah Pram dari pemberhentian bus tadi yang ternyata jaraknya lumayan jauh. Saat di perjalanan tadi April dan Elang juga sempat bertemu orang aneh sehingga dua remaja itu berlari kesetanan dan berakhir kelelahan dengan perut keroncongan.

Padahal kan mereka berdua sudah menyiapkan alat pelindung diri. Tapi namanya juga panik, akhirnya kabur adalah jalan ninja mereka berdua.

Perkataan Pram tadi benar. Dunia luar memang berbahaya. Terutama di malam hari. Maka dari itu, ketika Pram mengomel, April dan Elang tidak berani menjawab dan hanya bisa menunduk, merasa bersalah.

"Ayah tidak makan?"

"Ayah sudah makan. Kalian berdua habiskan makanannya, Ayah akan membersihkan kamar."

"Biar April bantu."

April hendak beranjak, akan tetapi Pram menghentikan.

"Habiskan makanannya, April."

Pram menepuk pelan puncak kepala April sambil mengulas senyum, lalu berjalan menuju kamar.

"Gawat. Keknya Ayah marah besar." Bisik April membuat Elang yang masih mengunyah makanannya kini menoleh.

"Menurut gue, Om Pram bukannya marah, tapi khawatir."

"Emang iya?"

Elang mengangguk sambil meminum teh hangatnya.

"Lo mau kemana?" Tanya April ketika melihat Elang beranjak.

"Nyuci piring." Kata Elang lalu berjalan ke arah wastafel.

Dapur dan meja makan memang dalam satu ruangan. Jadi, Elang dengan jelas bisa melihat wastafel untuk mencuci piring.

"Widih, gue nggak nyangka ternyata seorang Airlangga Samudra bisa nyuci piring juga? Kalau gitu, sekalian ya~"

April tersenyum meledek setelah meletakan piring dan gelas kotor miliknya ke wastafel.

"Lo nggak lupa kan kalau gue multitalent?"

Irreplaceable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang