Chapter 09 - Kepanikan Jessica

2.1K 273 89
                                    




Jessica masih betah untuk sekedar merebahkan tubuhnya di kursi santai yang ada di balkon kamar yang ia tempati. Menikmati semilir angin malam sejak dia kembali ke kamarnya setelah makan malam dan sedikit mengobrol dengan Halmoni-nya.

Malam ini ia menginap seperti permintaan Halmoni-nya tadi siang dan sekarang ia berada di mansion Halmoni-nya dan ini kamar yang selalu ia pakai sekaligus kamar sejak ia masih menjadi gadis kecil yang masih sering mengadu manja pada sang Eomma atau Halmoni-nya. Mungkin hanya dekorasi saja yang sedikit berbeda—tapi selebihnya masih sama.

Namun tidak beberapa lama kemudian suara ketukan yang berasal dari pintu kamarnya membubarkan kenikmatannya dan berakhir ia sedikit meninggikan suaranya untuk mengizinkan orang yang mengetuk itu masuk.

Terdengar suara langkah kaki yang tertangkap di indra pendengaran Jessica sesaat setelah pintu kamarnya terbuka lalu tertutup, hingga satu suara benar-benar membuat kedua kelopak mata Jessica terbuka.

"Anda memanggil saya, Presdir?"

"Eoh." Saut Jessica dengan perlahan bangun untuk duduk di bibir kursi. Salah satu tangannya menggapai sebuah benda yang tergeletak di meja kecil sebelah kursinya.

Lalu ia langsung menyerahkan benda itu ke Yuri yang sedang berdiri di hadapannya.

"Ini untukmu," Ujar Jessica menyodorkan kunci mobil itu yang sukses membuat dahi Yuri mengernyit bingung.

"Ne?"

"Ambil lah. Ini sebagai hadiah karena kau telah menyelamatkan ku." Ujar Jessica memerintah.

"T-tapi itu memang pekerjaan saya, Presdir." Saut Yuri yang menolak halus pemberian dari Jessica.

"Aku tau, dan aku hanya ingin memberikan hadiah ini untukmu." Namun Jessica masih memaksanya, itu membuat Yuri semakin bingung.

Tidak, ini bukan tentang dia ingin menerima hadiah Jessica, tapi ia bingung karena—ada apa dengan Presdirnya ini? Maksudnya; itu memang pekerjaannya jadi itu tidak berhak menerima 'hadiah' itu.

"Animnida, saya tidak bisa menerimanya karena itu memang tugas saya melindungi anda." Tolak Yuri lagi, ia merasa tidak perlu mendapatkan hadiah seperti ini.

Dengan menghela nafas Jessica, lalu tersenyum tipis sambil inner-nya berdecih, "Dasar keras kepala."

"Baiklah, jika kau berubah pikiran, kau bisa memintanya padaku." Ucap Jessica kembali menaruh kunci mobil itu di atas meja.

"Ne, khamsahamnida, Presdir." Jawab Yuri sambil menunduk sopan yang di balasi oleh anggukan dari Jessica.

Setelah itu keduanya saling diam, sesekali Yuri melirik pada sang Presdir. Jujur saja sejak pertama kali ia masuk ke dalam kamar Presdir-nya ini dia langsung penasaran mengapa Presdirnya ada di balkon seperti ini? Ini sudah malam, jika berlama-lama ini tidak akan bagus untuk kesehatan.

Dia pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Presdir, maaf jika lancang, tapi anda harus segera masuk ke dalam kamar anda, hari sudah mulai malam dan angin malam tidak baik untuk anda." Ucap Yuri lembut.

Jessica pun yang mendengar langsung bertanya dengan penasaran, "Memangnya sekarang jam berapa?"

"Ini sudah jam 9 malam."

"Ah, cepat sekali. Ya sudah bantu masuk kalau begitu." Ujar Jessica lalu berniat mengambil tongkat yang berada di sisi meja kecil dari tempat duduknya.

Namun sebelum ia berhasil meraihnya, ia hampir saja di buat terpekik karena tiba-tiba Yuri sudah meletakkan salah satu lengan Jessica di tengkuk belakangnya. Memapah untuk berdiri si Presdir yang masih terkejut.

Marriage Contract •YulsicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang